Konflik Palestina vs Israel

Pesawat Nirawak Hizbullah Hantam Pangkalan Militer Binyamina Israel, 4 Tentara Tewas dan 100 Luka

operasi itu merupakan respons terhadap serangan Israel, termasuk serangan udara di wilayah Basta dan Nweiri di Beirut tengah yang menewaskan 22 orang.

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS.COM/Angkatan Darat AS
(ilustrasi) Angkatan Bersenjata Yaman telah menembak jatuh pesawat nirawak MQ-9 Reaper ke-10 di atas wilayah barat daya Yaman. 

Kehabisan amunisi ini diduga terjadi karena intensitas serangan yang meningkat secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir. 

Konflik dengan kelompok-kelompok perlawanan di Gaza dan Lebanon telah menyebabkan Israel menguras stok amunisinya lebih cepat dari yang diperkirakan. 

Langkah-langkah penghematan amunisi ini mulai terlihat dalam operasi militer Israel, yang biasanya intensif dalam penggunaan senjata berat. 

Beberapa laporan dari media lokal dan sumber militer Israel menyebutkan bahwa serangan udara dan penggunaan artileri berat telah berkurang dalam beberapa hari terakhir, menandakan adanya keterbatasan suplai amunisi.

Tank, pengangkut personel lapis baja, dan jip militer milik tentara Israel terlihat bergerak di daerah yang dekat dengan garis perbatasan Israel – Jalur Gaza saat serangan Israel di Jalur Gaza, yang dimulai pada 7 Oktober, terus berlanjut tanpa henti di Israel pada 9 Juli 2024.
Tank, pengangkut personel lapis baja, dan jip militer milik tentara Israel terlihat bergerak di daerah yang dekat dengan garis perbatasan Israel – Jalur Gaza saat serangan Israel di Jalur Gaza, yang dimulai pada 7 Oktober, terus berlanjut tanpa henti di Israel pada 9 Juli 2024. (SERAMBINEWS/Anadolu Agency)

Militer Israel sejauh ini telah mengurangi serangannya ke beberapa wilayah di Gaza dan Lebanon, mereka mengambil langkah untuk bertahan.

Militer Israel telah mengadopsi kebijakan ‘ekonomi senjata ketat’ terkait penggunaan peluru dan senjata lainnya sebagai respons terhadap menipisnya stok amunisi dan embargo global atas ekspor senjata ke Israel

Menurut laporan kantor berita Israel, Haaretz, militer Israel sekarang beroperasi di bawah "manajemen senjata yang ketat," dengan otorisasi penggunaan senjata tertentu yang dalam beberapa kasus ditingkatkan kepada komandan brigade yang berpangkat kolonel. 

Kebijakan ini dirancang untuk memastikan bahwa komandan senior memprioritaskan penggunaan senjata berdasarkan tujuan operasional mereka, sebuah tanggung jawab yang sebelumnya ditangani oleh perwira berpangkat rendah.

Militer Israel juga menyebutkan bahwa "ekonomi amunisi" untuk intersepsi Iron Dome dimulai pada minggu kedua perang, dilansir dari kantor berita Al-Mayadeen.

Namun, kondisi stok amunisi saat ini mengharuskan pembatasan lebih lanjut.

Hal ini terjadi saat Israel menghadapi operasi militer tanpa henti yang melibatkan peluncuran roket, rudal, dan pesawat tak berawak oleh faksi-faksi Poros Perlawanan, yaitu Hizbullah, Perlawanan Palestina, Perlawanan Islam di Irak, dan Angkatan Bersenjata Yaman, sejak dimulainya perang Israel di Jalur Gaza pada 7 Oktober 2023.

Mengingat perkembangan ini, negara-negara seperti Inggris, Jerman, dan Kanada baru-baru ini memberlakukan pembatasan ekspor senjata ke Israel.

Hal ini menimbulkan kekhawatiran bahwa perusahaan milik Israel mungkin tidak dapat menutupi kerugian ini.

Banyaknya jumlah warga sipil Palestina yang terbunuh akibat serangan Israel di Gaza memicu tekanan luas pada beberapa negara untuk membatasi ekspor senjata mereka ke Israel.

Terutama setelah putusan Mahkamah Internasional (ICJ) menyerukan entitas pendudukan untuk melakukan segala kemungkinan untuk mencegah tindakan genosida di Gaza.

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved