Berita Pidie
Kerupuk Mulieng, Komoditi Utama Masyarakat Pidie Mampu Hidupi Warga hingga Tembus Pasar Ekspor
Kerupuk mulieng atau emping melinjo menjadi camilan kerupuk favorit tidak hanya di bagi masyarakat Indonesia tapi juga merambah pasar Internasional.
Penulis: Firdha Ustin | Editor: Muhammad Hadi
Di tepi jalan Banda Aceh-Medan, setiap paginya menjual buah aneuk mulieng (biji melinjo) mentah berjejer, sementara di seberang jalan dari terminal, satu deret panjang ruko menjajakan kerupuk mulieng sebagai barang niaga utama.

Rani Usman (55), pedangang biji sekaligus pengepul atau Muge dalam bahasa Acehnya, ia telah menjual biji melinjo mentah sejak 12 tahun lalu di pasar pagi Beureunun.
Setiap hari dia menjual puluhan kilogram biji melinjo yang ia dapatkan dari warga di Kecamatan Tiro, Pidie dengan harga Rp 15.000 per bambu, nantinya dia akan menjual lagi kepada pengrajin melinjo dengan harga Rp 18.000-22.000 per bambu tergantung kualitas.
"Biji ini saya dapat dari Tiro, per bambu dihargain 15 ribu, nanti saya jual lagi 18 ribu per bambu, harganya juga tergangung kualitas, kalau kualitas bagus bisa dilihat kulitnya hitam pekat, dalamnya putih bersih. Kalau yang ini kualitasnya kurang bagus makanya saya jual 18 ribu per bambu," ujarnya.

Dari hasil penjualan tersebut, ia bisa mencukupi kebutuhan rumah tangga.
Meski demikian, ia menambahkan, penjualan biji melinjo itu tidak dilakukan setiap hari, artinya, apabila biji melinjo tidak musim, dia beralih bekerja sebagai petani.
"Kadang kadang setahun tiga bulan aja jualannya, ini (melinjo) tergantung musim, kalau gak musim, saya nggak jualan, saya menanam padi di sawah," timpalnya.
Emping Melinjo Tembus Pasar Ekspor
Usaha kerajinan kerupuk mulieng di Kecamatan Mutiara terus hidup di tengah perubahan zaman, termasuk upaya melibatkan generasi muda.
Muhammad Ikhsan, ST, putra asal Mutiara, Pidie ini sukses menekuni dunia eksportir kerupuk mulieng ke Australia dengan merek dagang emping melinjo "Mutiara Farmer" dengan tagline "Aceh society commodities to the world".
Ikhsan memulai usahanya sejak tahun 2018 dimana saat itu hanya berfokus untuk memenuhi market lokal saja, dan pada tahun 2020 ia memulai eksportir ke Australia khususnya ke New South Wales.
Di kediamannya yang berada di Jln Lameu-Busu, Kecamatan Mutiara, Pidie, Ikhsan berperan sebagai pengepul kerupuk mulieng untuk diekspor.

Ia membeli kerupuk mulieng dari pengrajin lokal yang tersebar di Kecamatan Mutiara dengan harga Rp 60.000 - 100.000 per kilonya tergantung harga pasar.
Nantinya, kerupuk tersebut akan dikemas sesuai standar yang ditetapkan oleh permintaan pasar Australia, dengan ukuran 250 gram, setengah kilogram dan satu kilogram.
Dibantu istri dan beberapa pekerjanya, Ikhsan berusaha memenuhi permintaan pasar Australia setiap dua hingga tiga bulan sekali.
Dalam menjaga kualitas kerupuk mulieng, Ikhsan menekankan kepada pengrajin kerupuk mulieng agar menggunakan bahan baku yang berkualitas hingga proses penjemuran yang tidak langsung terkena sinar matahari, ini bertujuan agar warna kerupuk mulieng tidak terlalu kening.
Tekan Angka Stunting dan Kematian Bumil, Dinkes Pidie Fasilitasi Pemeriksaan Ibu Hamil di Tangse |
![]() |
---|
Dua Putra Pidie Lulus Akmil 2025, Lulusan SMA Mosa dan SMA Unggul Sigli, Orang Tua Ucap Syukur |
![]() |
---|
Polres Pidie Terima Penghargaan dari Ketua PWI Aceh, Diserahkan Saat Konferkab VII |
![]() |
---|
Firman Kembali Terpilih Menjadi Ketua PWI Pidie Periode 2025-2028 |
![]() |
---|
Harga Coklat Rp 60 Ribu/Kg, Pinang Rp 16.000/Kg, Petani Pidie Lega Bisa Tutupi Biaya Pendidikan Anak |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.