Kesehatan

Ini Tindakan yang Harus Diberikan Kepada Anak-anak Korban Pencabulan, dr Boyke : Jangan Terulang!

dr Boyke memberikan penjelasan terkait apa saja yang harus dilakukan kepada anak-anak sebagai korban pencabulan.

Penulis: Firdha Ustin | Editor: Muhammad Hadi
YouTube Kacamata dr Boyke.
Pakar seksolog dr Boyke Dian Nugraha 

SERAMBINEWS.COM - Kasus pencabulan belakangan ini marak terjadi di Indonesia.

Pada Oktober 2024 lalu, kasus pencabulan yang dilakukan oleh Kepala Yayasan terjadi di Panti Asuhan Darussalam An Nur di Tangerang Banten.

Total 18 korban yang mengalami pencabulan dan juga mengalami kekerasan seksual. 

Mayoritas korban pencabulan tersebut dialami oleh anak-anak.

Kasus ini menyoroti banyak pihak hingga mendapat perhatian luas.

Setelah ramai kemarin terkait adanya tindak pencbulan terhadap anak-anak, lalu apa yang harus dilakukan atau tindakan aapa yang harus diberikan kepada anak-anak tersebut?

Terkait hal itu, seksolog dr Boyke Dian Nugraha, SpOG, MARS memberikan penjelasan terkait apa saja yang harus dilakukan kepada anak-anak sebagai korban pencabulan

Hal tersebut disampaikan dr Boyke melalui akun TikTok miliknya.

Dikutip Serambinews.com pada Rabu (20/11/2024), dr Boyke mengatakan, setidaknya ada proses penting yang harus diberikan kepada anak-anak korban pencabulan.

Adapun proses tersebut adalah proses mendapatkan bimbingan kepada pihak profesional.

"Jelas mereka-mereka menjadi korban, mereka perlu mendapat bimbingan. Bimbingan dari siapa? Bimbingan dari profesional seperti psikiater atau psikolog," kata dr Boyke.

Lanjut dr Boyke, apabila anak-anak korban pencabulan tidak mendapat bimbingan, dikhawatirkan kejadian pencabulan tersebut akan terulang kembali, dimana kelak ketika dia dewasa akan melakukan hal yang sama kepada orang lain.

Bukan tanpa alasan, dr Boyke juga menyebut fakta sesuai penelitian dimana sebanyak 80-85 persen korban pencabulan akan melakukan hal yang sama.

"Karena seringkali kalau kita teliti mereka-mereka yang melakukan sodomi itu 80 sampai 85 persen mereka pun pada waktu kecilnya disodomi, jangan sampai
anak-anak ini pun tumbuh karena tidak terselesaikan masalah kejiwaannya, tidak diobati oleh profesional, mereka pun melakukan hal yang sama nanti," lanjut dr Boyke.

Kondisi ini akan semakin parah jika diantara mereka yang tidak disembuhkan itu memiliki sebuah lembaga atau yayasan kelak, dikhawatirkan tempat itu dijadikan sebagai tempat penyaluran hasrat atau kelainan seksualnya.

"Ketika mereka sudah menjadi atau katakanlah orang yang mempunyai yayasan atau mempunyai lembaga, nanti dikhawatirkan dilakukan lagi kepada anak-anak laki-laki lagi," timpalnya.

Dalam hal ini, dr Boyke kembali menegaskan, apabila terdapat anak-anak korban pencabulan, sebaiknya bawa mereka memulihkan kembali jiwanya kepada profesional.

Sementara kepada para pelaku pencabulan, sebaiknya diberikan hukuman kebiri atau dipenjara.

Tapi disamping itu semua, yang paling penting adalah memberikan perhatian lebih para korban pencabulan

"Tapi yang harus kita perhatikan adalah korban-korbannya mereka, jangan sampai akhirnya mereka pun menjadi predator seksual seperti yang dilakukan oleh oknum
daripada kepala yayasan tersebut," pungkasnya.

Predator Seksual Sering Kali Berkedok Orang Baik dan Membantu

Seksolog dr Boyke yang dikenal sebagai pakar seks kenamaan Indonesia menanggapi terkait maraknya kasus pencabulan di Tanah Air.

Salah satu kasus yang mendapat sorotan adalah kasus pencabulan dengan orientasi seks menyimpang yang dilakukan oknum Kepala Yayasan terhadap anak asuhnya yang mencapai puluhan anak di Tangerang, kasus ini sangat viral beberapa waktu lalu.

Menanggapi hal tersebut, dr Boyke mengatakan, kasus pencabulan tersebut termasuk juga ke dalam seks menyimpang, yang dimana pelakunya adalah seorang gay. 

Gay adalah pria yang mencintai atau merasakan rangsangan seksual sesama jenisnya. 

"Yang namanya seks menyimpang boleh dikatakan penyimpangan orientasi seksual atau yang dikenal dengan gay," kata dr Boyke

Dalam perspektif dr Boyke, kepala yayasan tersebut memang sengaja menampung anak yatim piatu dan memanfaatkan kondisi lemah mereka.

"Dalam arti kata, secara mental pun dia sudah merasa tidak punya ayah tidak punya ibu sehingga anak laki-laki tersebut ketika mendapatkan oknum yayasan itu dan menganggap dia seperti ayah, jadi dia dipeluk dan sebagainya pada mula mulanya mau-mau saja tetapi akhirnya terjadilah yang namanya hubungan seks yang menyimpang," sambungnya. 

Kasus pencabulan dan penyimpangan seksual ini tidak hanya terjadi di panti yayasan yatim piatu saja tetapi di tempat lainnya juga berisiko tinggi seperti di tempat-tempat yang tertutup.

Meski demikian, kondisi ini memang cenderung dialami oleh anak yatim piatu di sebuah yayasan.

Pasalnya, anak-anak tersebut tidak mempunyai tempat untuk bercerita dan mendapat kasih sayang, sehingga apabila dia menemukan kasih sayang pada orang lain, anak tersebut akan mudah menuruti keinginan dari predator seksual.

"Anak yatim piatu mereka mau bercerita kepada siapa? Satu-satunya dia ceritakan cuma pada kepala yayasan ataupun guru-guru di sana," timpalnya.

dr Boyke melanjutkan, bahwa orang-orang dengan penyimpangan seksual ataupun predator seksual memang kerap memiliki sikap seolah-olah baik dan ingin memabantu, padahal sebenarnya mereka menutupi orientasi seksualnya.

"Itu mereka kadang-kadang berkedok seperti orang yang baik yang membantu, tapi dibalik kedok itu mereka mempunyai penyimpangan seksual atau kelainan orientasi seksual," tegasnya.

Melihat maraknya kasus pencabulan, dr Boyke mengimbau kepada masayarakat agar semakin waspada dan jangan sampai anak-anak kita terjebak dalam kasus tersebut.

Jika anda ingin menitipkan anak di boarding school ataupun di lembaga-lembaga keagamaan, pastikan bahwa apakah pengurusnya itu tidak mengalami kelainan orientasi seksual.

"Mau agama Kristen, agama Islam tetap harus diperhatikan bahwa apakah pengurus-pengurusnya itu ada kecenderungan untuk melakukan kelainan orientasi seksual atau yang disebut dengan LGBT," pungkasnya. 

Edukasi Seksual Perlu Diberikan Sejak Dini pada Anak

Edukasi seksual penting ditanamkan sejak dini pada anak untuk melindungi diri mereka dari perilaku pelecehan hingga predator anak atau pedofil.

Dalam menanamkan edukasi seksual, orang tua ternyata memiliki peran besar untuk menyampaikannya kepada sang buah hati.

Dalam hal ini, seksolog dr Boyke membagikan cara khusus terkait bagaimana cara orang tua memberikan edukasi seksual yang tepat pada anak.

Bagi sebagian orang tua, membahas soal edukasi seksual pada anak masih dianggap tabu.

Padahal menurut seksolog dr Boyke, edukasi seksual pada anak harus diberikan sejak dini dan penting dilakukan.

Hal ini dilakukan agar anak memahami tentang tubuh, hubungan interpersonal, hingga batasan-batasan yang penting dalam menghadapi situasi berpotensi berbahaya, termasuk rentan mendapatkan kejahatan seksual.

Dikutip dari laman Universitas Jambi, pendidikan atau edukasi seksual merupakan suatu keterampilan dan pengetahuan yang perlu diberikan sedini mungkin kepada anak mengenai perilaku seksual untuk menghadapi hal-hal yang akan terjadi di masa depan seiring bertambahnya usia serta membentuk karakter dan pola perilaku agar mampu terhindar dari perilaku-perilaku yang beresiko terhadap pelecehan seksual maupun perilaku seksual menyimpang.

Sudah saatnya orang tua memberikan edukasi seksual pada anak, dalam hal ini, orang tua memiliki peran penting.

Lantas, bagaimana cara yang tepat orang tua ajarkan edukasi seksual pada anak?

Menurut dr Boyke, edukasi seksual penting dilakukan namun harus sesuai dengan porsinya. Ini tentu penting bagi anak untuk melindungi dirinya dari pedofilia.

Dikutip Serambinews.com dari akun Instagram @horn.indonesia, dr Boyke mengatakan, sebaiknya edukasi seksual perlu diberikan sejak dini kepada anak.

"Edukasi seksual sejak dini perlu untuk menghindarkan predator seksual," kata dr Boyke.

Pada kesempatan lainnya, dr Boyke mengatakan bahwa kurangnya edukasi seksual menjadi faktor utama pemicu banyaknya seks pra nikah yang terjadi pada masa sekarang ini.

Tentunya hal ini menjadi perhatian bagi banyak pihak, mengingat ada banyak risiko yang ditimbulkan jika terjadi seks pranikah pada remaja hingga dewasa.

Hal tersebut disampaikan dr Boyke melalui video yang diunggah akun Instagram @horn.indonesia.

Menurut dr Boyke, terjadinya kasus seks pranikah dikarenakan kurangnya edukasi seksual yang diberikan kepada orang tersebut.

"Mengapa banyak sekali terjadi seks pra nikah? Karena kurangnya pendidikan seks sesuai dengan pola budaya dan agama kita," katanya.

Seks pranikah atau istilahnya, “pre-marital sex”, merupakan aktivitas seksual yang dilakukan tanpa adanya ikatan perkawinan yang sah.

Banyaknya kasus seks pranikah tentunya menjadi kekhawatiran tersendiri. Pasalnya, ada banyak bahaya yang ditimbulkan.

Tak hanya berisiko terkena penyakit HIV/AIDS, dr Boyke mengatakan bahkan tiga risiko berikut ini bisa mengintai para remaja hingga dewasa yang melakukan seks pranikah.

Ketiga risiko tersebut adalah terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, terkena penyakit kelamin hingga kanker mulut rahim.

"Lalu apa bahayanya? Tentu saja kehamilan yang tidak diinginkan yang biasanya diakhiri dengan penguguran kandungan.

Kedua adalah, banyaknya penyakit- penyakit kelamin seperti genore, herpes, sifilis, yang bsa mengakibatkan nantinya kecacatan pada janin.

Bahkan HIV/AIDS yang blm ada obatnya dan belum bisa disembukan.

Yang ketiga ini buat para wanita, bisa terjadi kanker mulut rahim," tandasnya.

Agar tidak terjadi risiko seperti yang telah disebutkan di atas, maka penting sekali orang tua memberikan edukasi seksual pada anak sejak dini.

Lantas apa saja yang bisa disampaikan orangtua untuk pendidikan seksual pada anak di usia dini?

Menurut dr Boyke, adapun cara untuk memberikan pendidikan seksual kepada anak bisa dimulai dengan PANTS RULE.

PANTS RULE merupakan kepanjangan dari lime poin berikut :

  • Private Is Private,
  • Always Remember That Your Body Belongs to You
  • No Means No,
  • Talk About the secrets. that upset you
  • Speak up.

P : Private Is Private

Artinya, organ tubuhmu milik kamu.

Ajarkan kepada anak untuk mempelajari organ-organ tubuh dan bagian tubuhnya.

Ajarkan pula ada beberapa organ tubuh yang tidak boleh diberi kepada siapapun baik itu menyentuh dan sebagainya.

A : Always Remember That Your Body Belongs to You

Artinya : Itu punya kamu, jadi kamu gak boleh ada orang yang menyentuh kamu.

Beri tahu kepada anak, tidak boleh ada yang menyentuh tubuh kecuali tanpa izin.

Beri tahu anak bahwa tidak ada yang boleh melihat, bahkan menyentuh bagian tubuh intimnya, kecuali orang tua atau pengasuh yang dipercaya.

N : No Means No

Artinya : Kalau dia maksa, tetap katakan tidak.

Ajarkan anak untuk berkata tidak jika ada seseorang yang memaksa, baik itu memaksa menyentuh dan sebagainya.

T : Talk About the secrets that upset you

Artinya : Bicara Tentang rahasia yang membuatmu kesal

Ajarkan anak untuk bisa mengkomunikasikan apa yang ia rasakan terutama hal-hal yang membuat dirinya kesal.

Hal ini berfungsi jika anak berani berbicara ketika mendapat perlakuan yang tidak mengenakkan.

"Jangan ada rahasia kalau ada orang orang yang mencoba mengarayangi kamu atau mencoba menyentuh kamu," kata dr Boyke.

S : Speak up

Ajarkan anak berteriak jika terdapat perlakuan pemaksaan seperti memaksa meraba-raba bagian tubuh atau menyentuh tubuh. (Serambinews.com/Firdha Ustin)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved