Perang Gaza

Banyak Mayat Tergantung di Dinding dan Langit-langit Bangunan setelah Serangan Israel di Beit Lahiya

Kebanyakan dari mereka yang datang tertidur ketika mereka dibunuh. Situasinya sejujurnya sangat mengerikan. Kita tidak bisa mengatasi banyaknya korban

|
Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/Al Jazeera
Bahkan mereka yang terluka pun kesulitan untuk mencapai satu-satunya rumah sakit yang berfungsi, Kamal Adwan, karena kurangnya kendaraan, bahan bakar, dan obat-obatan. 

SERAMBINEWS.COM - Rumah Sakit Kamal Adwan di Beit Lahiya Dr Hussam Abu Safia mengatakan sebagian besar korban serangan bom Israel sedang tertidur ketika mereka terbunuh.

“Sejumlah besar korban telah tiba, dan masih banyak jenazah yang tergantung di dinding, langit-langit. Sebagian besar adalah anak-anak dan wanita, yang tiba tiba-tiba beberapa waktu lalu,” katanya dalam pesan suara pagi ini.

“Kebanyakan dari mereka yang datang tertidur ketika mereka dibunuh. Situasinya sejujurnya sangat mengerikan. Kita tidak bisa mengatasi banyaknya korban luka dan korban jiwa yang tiba di Rumah Sakit Kamal Adwan,” katanya.

Dokter anak mengatakan serangan itu menghantam seluruh blok perumahan di dekat Kamal Adwan dan bahwa staf rumah sakit berada di lokasi, mengambil mayat, mengumpulkan sisa-sisa dan menyelamatkan orang-orang yang terperangkap.

“Kami sudah beroperasi dengan sumber daya minimum, itulah sebabnya sebagian besar staf kami sekarang sibuk menyelamatkan yang terluka karena kurangnya ambulans dan sumber daya,” tambahnya.

Baca juga: Netanyahu Berjanji Menghancurkan Hamas dan Menyelamatkan Sandera Saat Kunjungan ke Gaza

Gaza utara telah berada di bawah pengepungan Israel selama lebih dari enam minggu dan militer Israel telah melarang tim pertahanan sipil beroperasi di daerah tersebut.

Pengadilan Kriminal Internasional Perintah Tangkap Netanyahu dan Eks Menhan

Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant.

“Mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk dua orang, Tuan Benjamin Netanyahu dan Tuan Yoav Gallant, atas kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang yang dilakukan setidaknya sejak 8 Oktober 2023 hingga setidaknya 20 Mei 2024,” kata pernyataan dari pengadilan tersebut seperti dilansir Al Jazeera, Kamis (21/11/2024).

Ada alasan yang masuk akal untuk meyakini bahwa Gallant dan Netanyahu.

"Sengaja dan sadar merampas hak-hak warga sipil di Gaza atas berbagai hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup mereka, termasuk makanan, air, obat-obatan dan perlengkapan medis, serta bahan bakar dan listrik," lanjut pernyataan itu, yang hanya mencakup sebagian dari tuduhan terhadap mereka.

Pengadilan tersebut juga menolak dua tantangan Israel terhadap yurisdiksinya, dengan mengatakan bahwa, “Penerimaan yurisdiksi Pengadilan oleh Israel tidak diperlukan, karena Pengadilan dapat menjalankan yurisdiksinya atas dasar yurisdiksi teritorial Palestina”.

Selama beberapa bulan terakhir ketika semua ini digulirkan, Israel melakukan yang terbaik untuk mendiskreditkan ICC. 

Israel mencoba menantang yurisdiksinya dan politisi Israel secara internal melakukan segala yang mereka bisa untuk melawan keputusan potensial.

Namun, Israel kini harus menghadapi hal ini. Realitas di lapangan di Gaza adalah penyebab terjadinya hal ini. 

Perang yang berlangsung selama 410 hari, yang menewaskan lebih dari 41.000 warga Palestina. 

Menurut pengadilan internasional, dan sekarang ICC, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant harus bertanggung jawab.(*)

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved