Berita Kutaraja

Dosen MIPA Gugah Kesadaran Warga Pentingnya KEL, Aceh Punya Keanekaragaman Hayati Tertinggi di Dunia

Ia mengatakan, Ekosistem Leuser adalah salah satu benteng terakhir keanekaragaman hayati Indonesia. 

Penulis: Indra Wijaya | Editor: Saifullah
For Serambinews.com
Departemen Biologi Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala (USK) menggelar seminar internasional bertajuk “Biodiversity in the Leuser Ecosystem” di Auditorium FMIPA USK, Selasa (3/12/2024). 

Laporan Indra Wijaya | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Departemen Biologi Fakultas MIPA Universitas Syiah Kuala (USK) menggelar seminar internasional bertajuk “Biodiversity in the Leuser Ecosystem” di Auditorium FMIPA USK, Selasa (3/12/2024).

Seminar ini merupakan salah satu rangkaian acara “Peukan Raya Leuser" yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman akan pentingnya Kawasan Ekosistem Leuser (KEL) sebagai salah satu kawasan dengan keanekaragaman hayati tertinggi di dunia.

Dekan Fakultas MIPA USK, Prof Dr Taufik Fuadi Abidin mengatakan, menyampaikan bahwa di tengah gempuran berbagai permasalahan ekosistem, seperti penebangan liar, pengalihfungsian lahan serta pembangunan infrastruktur KEL, dan terus melakukan upaya konservasi. 

Upaya konservasi itu meliputi reboisasi dan perlindungan satwa liar oleh LSM, komunitas akademik, dan inisiatif pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi ancaman. 

"Upaya konservasi ini menajdi tanggung jawab semua elemen dalam masyarakat," katanya.

Hal serupa juga dikatakan perwakilan dari HAkA (Hutan, Alam dan Lingkungan Aceh), Irham yunardi. 

Ia mengatakan, Ekosistem Leuser adalah salah satu benteng terakhir keanekaragaman hayati Indonesia. 

Menurutnya, dukungan akademisi dan masyarakat adalah kunci untuk melindungi kawasan ini dari ancaman yang terus meningkat, seperti deforestasi, dan perdagangan ilegal.

"Hanya dengan bekerja bersama, kita dapat memastikan bahwa Ekosistem Leuser tetap menjadi kebanggaan Indonesia dan dunia," tutupnya.

Ketua Departemen Biologi FMIPA USK, Prof Dr Lenni Fitri mengatakan, seminar itu menghadirkan lima pembicara ternama. 

Mereka adalah Dr Ian Singleton, Head of Conservation PT Orangutan Haven. Kemudian Mike Griffiths, seorang ahli ekologi dan konservasi asal New Zealand.

Lalu, Senior Advisor Forum Konservasi Leuser, Rudi Putra, Dosen Departemen Biologi, Peneliti dan Ahli Rayap, Prof Dr Syaukani dan Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati, Dr Ikeu Sri Rejeki.

"Ekosistem Leuser adalah warisan alam yang tidak tergantikan. Melalui diskusi yang kaya dan kolaborasi yang solid, kita semua memiliki peran dalam menjaga keberlanjutannya,” papar dia. 

“Saya berharap seminar ini menjadi langkah awal untuk tindakan nyata yang lebih besar di masa depan," pungkasnya.(*)

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved