Aceh Utara

GEPEUBUT Aceh Pertanyakan Progres Bendung Irigasi Krueng Pase, Kerugian Petani Terus Bertambah

“Kami mempertanyakan komitmen dan keseriusan pihak terkait dalam memastikan proyek ini selesai tepat waktu. Sudah lima tahun petani tidak dapat...

Penulis: Jafaruddin | Editor: Eddy Fitriadi
FOR SERAMBINEWS
Ketua Gerakan Pemuda Berusahatani (Gepeubut) Aceh, Zulfikar Mulieng SP MSi. GEPEUBUT Aceh Pertanyakan Progres Bendung Irigasi Krueng Pase, Kerugian Petani Terus Bertambah. 

Laporan Jafaruddin I Aceh Utara

SERAMBINEWS.COM,LHOKSUKON – Gerakan Pemuda Berusahatani (GEPEUBUT) Aceh menyampaikan keprihatinan mendalam terhadap keterlambatan penyelesaian proyek bendung irigasi Krueng Pase, yang sebelumnya dijanjikan oleh Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera I untuk selesai dan dioperasikan pada awal tahun 2025.

Proyek ini sangat vital bagi pertanian di Aceh Utara, yang mengairi 9.174 hektare sawah di delapan kecamatan.

Ketua GEPEUBUT Aceh, Zulfikar Mulieng SP MSi, dalam siaran pers yang diterima Serambinews.com, Jumat (6/12/2024) kembali menegaskan bahwa tertundanya penyelesaian bendung ini menyebabkan kerugian ekonomi yang sangat signifikan bagi petani.

“Kami mempertanyakan komitmen dan keseriusan pihak terkait dalam memastikan proyek ini selesai tepat waktu. Sudah lima tahun petani tidak dapat menggarap sawah mereka karena kurangnya pasokan air yang memadai,” ungkap Zulfikar.

Bendung irigasi Krueng Pase, yang dirancang untuk mengairi persawahan di kecamatan-kecamatan seperti Tanah Luas, Nibong, Meurah Mulia, Samudera, Syamtalira Bayu, Syamtalira Aron, dan lainnya, memiliki peran penting dalam menjaga keberlanjutan sektor pertanian.

Namun, keterlambatan proyek ini telah menyebabkan kerugian yang sangat besar, mencapai lebih dari Rp 250 miliar per musim tanam, atau total Rp 2,5 triliun dalam lima tahun terakhir.

Dengan rata-rata produksi padi yang mencapai 5,5 ton per hektare, petani di Aceh Utara biasanya memperoleh pendapatan sekitar Rp 27,5 juta per hektare per musim tanam.

Dalam kondisi normal, petani dapat menanam dua kali dalam setahun. Namun, karena irigasi yang belum berfungsi, lebih dari sepuluh musim tanam telah terlewat tanpa hasil.

Ini berdampak langsung pada ekonomi daerah dan kesejahteraan ribuan keluarga petani.

“Kerugian ini sangat besar dan mengancam keberlanjutan sektor pertanian serta perekonomian masyarakat di Aceh Utara,” tegas Zulfikar.

Situasi ini, lanjutnya, tidak hanya mempengaruhi hasil panen tetapi juga merugikan ribuan keluarga petani yang bergantung pada pertanian sebagai sumber penghidupan utama.

GEPEUBUT mendesak agar BWS Sumatera I segera memberikan penjelasan yang transparan mengenai perkembangan proyek bendung irigasi Krueng Pase dan memastikan proyek tersebut selesai sesuai dengan target waktu yang telah ditentukan.

Selain itu, GEPEUBUT juga mengajak masyarakat tani dan seluruh pihak untuk bersama-sama mengawal proyek ini agar berjalan lancar dan dapat segera dirasakan manfaatnya oleh petani.

“Kami tidak ingin proyek vital seperti ini terus tertunda. Kehadiran irigasi Krueng Pase adalah kunci untuk memulihkan produktivitas pertanian di Aceh Utara dan membantu meningkatkan kesejahteraan petani yang telah lama menanti solusi,” tutup Zulfikar.

GEPEUBUT adalah organisasi pemuda yang berfokus pada pemberdayaan dan pengembangan sektor pertanian di Aceh.

Dengan visi untuk memajukan kesejahteraan petani, GEPEUBUT aktif dalam berbagai inisiatif advokasi, pelatihan, dan inovasi di bidang usaha tani dan agribisnis.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved