Breaking News

Jurnalisme Warga

Melalui Workshop, Disdik Aceh Tingkatkan Kompetensi ‘Linum’ Siswa SMA

Di antara penguatan yang dilakukan oleh Disdik Aceh adalah dengan menggenjot kemampuan literasi dan numerasi (linum) peserta didik.

|
Editor: mufti
IST
MUCHLISAN PUTRA , S.Pd., M.Pd., Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Pidie dan Guru SMA Sukma Bangsa Pidie, melaporkan dari Banda Aceh 

MUCHLISAN PUTRA , S.Pd., M.Pd., Anggota Forum Aceh Menulis (FAMe) Chapter Pidie dan Guru SMA Sukma Bangsa Pidie, melaporkan dari Banda Aceh

Dinas Pendidikan  (Disdik) Aceh sepertinya serius menggodok kualitas lulusan SMA yang akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Berdasarkan data, setidaknya tiga tahun terakhir, beberapa SMA di Aceh bersaing di tingkat nasional dalam 1.000 besar peraih nilai ujian tulis berbasis komputer (UTBK) tertinggi yang dirilis setiap tahunnya oleh situs resmi Lembaga Tes Masuk Perguruan Tinggi (LTMPT).

Memang peringkat beberapa SMA di Aceh masih di urutan ratusan. Namun, tren peningkatan terjadi di beberapa SMA di Banda Aceh dan Aceh Besar dari tahun ke tahun. Tidak berlebihan jika Kadisdik Aceh, Bapak Marthunis ST DEA punya ambisi dengan menargetkan Aceh masuk 10 besar nasional pada tahun 2027.

Merujuk pada data tahun 2024, setidaknya ada lima SMA di Aceh yang masuk 1.000 besar yang dirilis LTMPT. SMA Modal Bangsa Aceh Besar berada di urutan 191, SMA Fajar Harapan di urutan 242, SMA Fatih Bilingual School di urutan 286, MAN Insan Cendikia Aceh Selatan di urutan 486, dan MAN 1 Banda Aceh di urutan 905. Beberapa SMA tersebut mengalami tren meningkat dan menurun dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

Namun, sebagaimana pidato Kadisdik Aceh pada pembukaan kegiatan workshop bahwa beliau optimis di tahun 2027 jika ikhtiar kita kuat dengan mempersiapkan segala macam perangkat untuk menuju target 10 besar tersebut akan mudah diraih.

Di antara penguatan yang dilakukan oleh Disdik Aceh adalah dengan menggenjot kemampuan literasi dan numerasi (linum) peserta didik.

Sebagaimana diketahui, tes perguruan tinggi, kini bernama seleksi nasional berbasis tes (SNBT), memiliki tiga materi dan tujuh subtes yang diuji berbasis linum. Tiga materi tersebut adalah Tes Potensi Skolastik (TPS), Literasi Bahasa (Indonesia dan Inggris), serta penalaran Matematika. Adapun tujuh subtes yang diuji meliputi: 1) kemampuan penalaran umum; 2) pengetahuan dan pemahaman umum; 3) kemampuan memahami bacaan dan menulis; 4) kemampuan kuantitatif; 5) literasi bahasa Indonesia; 6) literasi bahasa Inggris; dan 7) penalaran matematika.

Berangkat dari obsesi menuju 10 besar nasional dan kesadaran akan pentingnya persiapan yang tinggi untuk meraih mimpi tersebut, Disdik Aceh mengumpulkan 50 guru-guru terbaik se-Aceh di Hotel Arabia Peunayong, Banda Aceh, pada tanggal 6-9 Desember 2024.

Kegiatan yang diberi tajuk “Workshop Strategi Peningkatan Literasi dan Numerasi SMA” ini fokus mendesain, menganalisis, dan merancang prediksi soal setara UTBK.

Kegiatan yang dibuka langsung oleh Kadisdik Aceh, Marthunis ST DEA tersebut didampingi oleh instruktur dan fasilitator hebat dari guru-guru inti Aceh, seperti Bapak Adi Darmawan, Bapak Saifullah, Bapak Mohammad Toha, dan Bapak Khairuddin.

Mengawali kegiatan di hari pertama, seluruh peserta mendapatkan pretest soal linum. Kegiatan pretest tersebut bertujuan untuk memetakan sejauh mana para guru memahami dan menguasai konsep linum.

Pretest ini memakan waktu kurang lebih  satu  jam.

Selanjutnya, materi pertama bertajuk Konsep Dasar Literasi dan Numerasi disampaikan oleh Muhammad Toha, seorang guru fisika senior yang kini mengajar di salah satu SMA di Banda Aceh.

Beliau menyampaikan konsep-konsep dasar dalam linum. Sesi bersama Pak Toha sangat menarik karena diselingi dengan berbagai cerita pengalaman narasumber mendampingi dan mengajar siswa di kelas dengan trik khusus agar mereka tertarik dengan numerasi.

“Saya mengajar selalu memberikan dan menyelipkan konten humor agar para siswa tertarik dan menyukai numerasi,” ujar Toha.

Sesi ini diselingi beberapa narasi humor yang saat beliau sampaikan membuat para peserta workshop tertawa sekaligus terinspirasi.

Selanjutnya untuk materi kedua, Disdik Aceh mengundang narasumber dari kalangan akademisi, yakni Prof Dr Rahmah Johar MPd. Beliau dosen di Prodi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Syiah Kuala (USK) yang juga menjabat Kepala Pusat Riset dan Pengembangan Matematika Realistik Indonesia (PRP-PMRI).

Prof Rahmah Johar menyampaikan materi tentang Pengembangan Soal Numerasi atau Penalaran Matematis. Beliau mengawali dengan menyampaikan kondisi Indonesia dari data hasil PISA yang masih memprihatinkan untuk tingkat linum.

Selain itu, materi Prof Rahmah juga mengupas tentang kualitas soal yang terdiri atas lima komponen penting yang harus diperhatikan, mulai dari validitas, reliabilitas, daya pembeda, derajat kesukaran, sampai dengan efektivitas fungsi pengecoh dalam soal-soal berbentuk pilihan ganda.

Setelah mendapatkan materi demi materi yang dibutuhkan, para peserta workshop yang sebagian besar guru-guru inti seluruh Aceh mulai melakukan aksi merancang dan menulis soal-soal prediksi setara UTBK untuk nantinya diujikan kepada seluruh siswa SMA di Aceh.

Fasilitator menyampaikan target yang harus dicapai adalah 1.000 soal. Setelah dibagi rata, para peserta workshop mendapat jatah per orang menyelesaikan 30 soal. Waktu yang dihabiskan untuk merancang soal ini adalah satu hari.

Selanjutnya sesi terakhir adalah sesi menguji dan menganalisis beberapa sampling soal yang telah dirncang oleh peserta. Sesi ini kembali didampingi oleh Prof Rahmah. Analisis ini dilakukan mulai dari menguliti teks stimulus soal sampai dengan memberikan dan menuliskan komentar sejawat terhadap kualitas soal yang telah ditulis oleh rekannya.

Momentum ini membuka peluang untuk saling berdiskusi antarsesama peserta workshop.

Uniknya, di sela-sela sesi akhir pada malam hari bersama Prof Rahmah, peserta workshop dikejutkan dengan kehadiran Bapak Marthunis, Kepala Dinas Pendidikan Aceh, yang meminta waktu untuk merancang sekaligus mengarahkan para peserta workshop dalam hal rencana tindak lanjut (RTL).

Dalam waktu satu jam, beliau memberi arahan terkait langkah-langkah teknis dan tindak lanjut dari apa yang harus dilakukan untuk dua sampai tiga tahun ke depan. Beliau bahkan sudah menyusun beberapa item uraian aktivitas yang ditampilkan melalui layar LCD (infocus) berikut dengan jadwal perkiraan waktu yang dibutuhkan dalam melaksanakan tindak lanjut selama satu tahun ke depan.

“Siklus itu akan berulang lagi sampai tiga tahun dalam target 2027 nantinya,” ujar Marthunis detail dengan tangan menunjuk ke arah layar LCD.

Jika tidak berlebihan mengungkapkan, jarang sekali kami mendapati seorang kepala dinas yang langsung "turun gunung" untuk menyampaikan teknis RTL kepada peserta pelatihan.

Biasanya, sekaliber pejabat eselon 2 setingkat kadis provinsi selama ini hanya menyampiakan arahan-arahan umum saja. Biasanya, untuk menindaklanjuti teknis memang cukup para instruktur, fasilitator, atau paling banter pejabat eselon III dan IV setingkat kepala bagian abag atau kepala seksi.

Mungkin beliau ingin menyampaikan pesan betapa ini serius sehingga beliau yang langsung harus turun mendampingi dan mengawali rancangan rencana tindak lanjut dari workshop ini.

Semoga mimpi Kadisdik Aceh, Pak Marthunis, untuk menjadikan pada tahun 2027, SMA di Aceh masuk dalam top 10 dengan ranking skor UTBK terbaik, dapat terwujud. Amiin.

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved