Konflik Palestina vs Israel

Pemimpin Oposisi Israel Sebut Netanyahu Tak Inginkan Gencatan Senjata di Gaza:Perang Terus Berlanjut

"Netanyahu lalu mendatangi media asing dan menjelaskan bahwa dia tidak akan menghentikan perang dan membuat kesepakatan dengan Hamas,"

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
SERAMBINEWS/IDF
Pasukan Israel yang menyerbu memutus hubungan Jabalia dengan Kota Gaza beberapa minggu lalu sambil mengeluarkan perintah evakuasi dan menuntut warga sipil meninggalkan rumah mereka dan pindah ke selatan.  

Setidaknya tujuh orang meninggal dan beberapa lainnya terluka setelah serangan udara Israel menargetkan tenda-tenda yang menampung warga Palestina yang mengungsi di kamp pengungsi al-Mawasi, dekat Khan Yunis, Gaza selatan.

Di Gaza tengah, serangan serupa terhadap sebuah sekolah di barat laut kamp pengungsi Nuseirat menyebabkan beberapa korban jiwa.

Artileri rezim Israel juga menembaki beberapa daerah di Gaza, menyebabkan sejumlah warga Palestina meninggal dan terluka.

Israel melancarkan perang di Gaza pada 7 Oktober 2023, setelah kelompok perlawanan yang dipimpin Hamas melancarkan Operasi Banjir al-Aqsa sebagai respons atas kampanye penghancuran selama puluhan tahun terhadap warga Palestina.

Serangan berdarah rezim Israel di Gaza sejauh ini telah menewaskan 45.227 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, dan melukai 107.573 lainnya. 

Ribuan lainnya juga hilang dan diduga meninggal tertimbun reruntuhan.

 

AS Lebih Mementingkan Israel Diatas Kepentingannya Sendiri

Mantan pejabat Kementerian Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Mike Casey mengatakan pemerintah AS mengejar kepentingan Israel di atas kepentingannya sendiri.

Itu terjadi setelah lebih dari setahun kebijakan AS dipusatkan kepada kepentingan Israel dan mengabaikan rasa kemanusiaan di Gaza.

Amerika Serikat telah menutup mata dan hatinya atas apa yang telah dilakukan Israel di Gaza selama ini.

Mike Casey mengatakan dia belum pernah melihat yang seperti itu, apa yang dikatakannya Gaza porak poranda atas kebijakan Presiden AS, Joe Biden kepada Israel.

Mantan pejabat Kementerian Luar Negeri AS yang menjabat sebagai wakil penasihat politik di Kantor Urusan Palestina Amerika Serikat, menggambarkan pengalamannya sebagai diplomat di Yerusalem sebagai penghinaan.

"Terus terang ini memalukan, melihat cara kita menyerah pada tuntutan pemerintah Israel dan terus mendukung apa yang dilakukan pemerintah Israel meskipun kita tahu itu salah," kata Casey, dilansir dari Al Jazeera, Senin (23/12/2024).

“Dan saya belum pernah melihat hal seperti itu di negara lain tempat saya bertugas,” sambungnya.

Setelah empat tahun menjabat, Casey mengundurkan diri pada Juli 2024 atas apa yang ia gambarkan sebagai dukungan teguh pemerintah AS terhadap Israel meskipun Israel melakukan kampanye militer yang menghancurkan di Jalur Gaza.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved