Bos Rental Mobil Ditembak

Nasir Djamil dan Muslim Armas Menanggapi Kasus Penembakan Bos Rental Mobil untuk Diusut Tuntas

Anggota Komisi 3 DPR RI, Nasir Djamil, Muslim Armas, Ketua Taman Iskandar Muda (TIM) menanggapi beberapa kejanggalan penembakan Bos Rental Mobil.

Penulis: Gina Zahrina | Editor: Muhammad Hadi
Captured YouTube Serambinews.com
Anggota DPR RI, Nasir Djamil, dan Muslim Armas, Ketua Taman Iskandar Muda (TIM), dalam live podcast Serambinews dengan judul "LIVE TOKOH ACEH DESAK UNGKAP TUNTAS KASUS PENEMBAKAN BOS RENTAL MOBIL," Kamis (8/1/2025) 

SERAMBINEWS.COM - Seorang pengusaha rental mobil, Ilyas Abdurrahman (48), tewas ditembak oleh seorang prajurit TNI AL di rest area Km 45 Tol Tangerang-Merak, arah Jakarta, pada Kamis (2/1/2025) pukul 04.30 WIB.

Dalam acara live podcast Serambinews yang turut dihadiri oleh anggota DPR RI, Nasir Djamil, dan Muslim Armas, Ketua Taman Iskandar Muda (TIM), mendesak pihak berwenang untuk mengungkap secara tuntas kasus penembakan terhadap bos rental mobil tersebut (8/1/2025).

Kronologi insiden ini terjadi saat Ilyas dan timnya berusaha merebut kembali mobil Honda Brio yang digelapkan oleh penyewa bernama Ajat Sudrajat. 

Upaya pengembalian mobil ini memicu kejar-kejaran panjang antara Ilyas dan pelaku yang berawal di wilayah Pandeglang dan Anyar, Banten, hingga berakhir di rest area tersebut.

Selain Ilyas, anggota Asosiasi Rental Mobil Indonesia (ARMI), Ramli Abu Bakar (59), juga terkena tembakan dan kini dirawat di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta. 

Penembakan ini melibatkan tujuh orang, termasuk empat warga sipil dan tiga prajurit TNI AL. Dua di antaranya, IH dan RH, masih dalam pencarian pihak berwajib.

Berdasarkan keterangan korban yang disampaikan dalam berbagai media, terdapat beberapa kejanggalan yang mencuat. 

Pertama, tidak dibahas atau dihilangkan informasi terkait TKP pertama yang telah dilaporkan ke Polsek Cinangka. 

Kejadian tersebut merupakan insiden pertama kali korban ditodongkan pistol dari dalam mobil di Pandeglang.

Kejanggalan kedua adalah sikap petugas piket di Polsek Cinangka yang menyangka korban berasal dari pihak leasing. 

Akibatnya, mereka menolak melakukan pendampingan dengan alasan tidak adanya Laporan Polisi (LP).

Meskipun korban sudah menunjukkan bukti dan menjelaskan situasi, termasuk keberadaan pistol yang digunakan oleh pelaku.

Kejanggalan terakhir, berdasarkan keterangan korban, adalah upaya untuk membungkam korban.

Korban menegaskan bahwa dirinya terlebih dahulu telah ditodongkan pistol oleh pelaku, yang seharusnya menjadi perhatian serius pihak berwenang.

Anggota Komisi 3 DPR RI, Nasir Djamil, menanggapi kejanggalan tersebut dengan menyatakan adanya kelalaian dari pihak Polsek Cinangka. 

"Ya, memang ada kelalaian, ketidak tanggapan yang dilakukan oleh anggota Polsek Cinangka ketika mereka menerima laporan itu. Saya sudah berteleponan dengan Polda Banten, Irjen Sayudi, terkait dengan perilaku anak buahnya di Polsek tersebut," ujar Nasir. 

Ia mengkritik laporan yang disampaikan kepada Kapolsek yang tidak sesuai dengan fakta kejadian. 

"Seharusnya mereka melaporkan bahwa terjadi upaya untuk melarikan mobil rental atau ingin menggelapkan mobil rental, bukan melaporkan sesuatu yang berbeda," tambahnya. 

Nasir berharap agar kepolisian dapat menyelesaikan kasus ini dengan baik dan memberi balasan yang setimpal kepada pelaku.

Pernyataan Nasir Djamil  tersebut menunjukkan kritik terhadap sikap petugas Polsek Cinangka yang tidak merespons secara cepat dan tepat dalam laporan yang diterima dari korban. 

Menurut Nasir, petugas seharusnya langsung menyampaikan laporan yang mencerminkan fakta kejadian, yaitu upaya penggelapan mobil, bukannya laporan yang tidak sesuai. 

Hal ini menyebabkan kebingungannya terkait cara pihak kepolisian menangani laporan darurat tersebut. 

Nasir juga berharap agar kasus ini tidak berhenti begitu saja dan pelaku harus mendapatkan hukuman yang setimpal.

Muslim Armas, Ketua Taman Iskandar Muda (TIM), juga memberikan tanggapan mengenai kejanggalan ini.

Ia menilai, masalah senjata api yang terlibat dalam peristiwa tersebut patut menjadi perhatian serius. 

"Masalah kejanggalan itu kita melihatnya dari dua sisi, satu dari rampasan atau penggelapan mobil rental, yang kedua senjata api. Kalau masalah mobil mungkin bisa diperdebatkan, tetapi masalah senjata ini jelas ada pelanggaran besar," ujar Muslim. 

Ia menambahkan, "Kenapa dari pihak Polsek tidak segera meminta bantuan dari Polres atau Polda, padahal sudah ada senjata api yang terlibat? Harusnya ini ditangani dengan lebih cepat dan tidak diserahkan begitu saja pada masyarakat." kata Muslim.

Pernyataan yang diberikan oleh  Muslim Armas menyoroti fakta bahwa dalam kasus ini, senjata yang digunakan oleh pelaku merupakan elemen penting yang harus mendapat perhatian lebih. 

Menurutnya, peristiwa ini tidak bisa dianggap hanya sebagai masalah penggelapan mobil, karena adanya senjata api di tempat kejadian. 

Muslim mempertanyakan mengapa pihak Polsek tidak segera meminta bantuan dari institusi yang lebih besar seperti Polres atau Polda, apalagi dalam situasi yang sangat berbahaya ini. 

Ia menilai bahwa respons yang lebih cepat dan koordinasi dengan pihak lain diperlukan untuk menangani kasus seperti ini.

Muslim juga mempertanyakan prosedur yang diterapkan dalam situasi darurat ini, di mana pihak Polsek tetap menerapkan prosedur formal, seperti pembuatan laporan polisi (LP). 

"Seharusnya, jika sudah masuk kondisi darurat, polisi harusnya segera turun tangan, bukan menunggu laporan formal yang memakan waktu," jelasnya.

Muslim menilai bahwa dalam situasi darurat, prosedur yang mengharuskan pembuatan laporan polisi (LP) terlebih dahulu sangat tidak tepat. 

Dalam kondisi yang jelas membahayakan, seperti adanya senjata api yang digunakan dalam peristiwa tersebut, petugas seharusnya segera bertindak tanpa menunggu prosedur formal. 

Muslim Armas juga menginformasikan bahwa Ramli, yang tertembak di bawah jantung dan dalam kondisi kritis, telah menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo setelah dirujuk dari Rumah Sakit UD Balaraja. 

Setelah operasi untuk menghentikan pendarahan yang mencapai paru-paru, kondisi Ramli kini telah stabil. 

Ia telah dipindahkan dari ICU ke HCU untuk pemulihan lebih lanjut.

Muslim Armas Ketua Taman Iskandar Muda (TIM)dan Anggota Komisi 3 DPR RI, Nasir Djamil akan terus mengawal kasus ini agar tidak berhenti di tengah jalan dan kasus ini kini masih dalam penyelidikan lebih lanjut oleh pihak berwajib.

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved