Breaking News

Konflik Israel dan Palestina

Israel Kembali Serang Gaza Setelah Gencatan Senjata, Menewaskan Sedikitnya 70 Orang

Serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 70 orang di Gaza pada Kamis malam. Kejadian tersebut didapat dari penduduk dan otoritas di daerah tersebut

Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Eddy Fitriadi
SERAMBINEWS.COM/AFP
Pengungsi Palestina meninggalkan Beit Lahiya di Gaza utara, pada 22 Oktober. 

SERAMBINEWS.COM- Serangan udara Israel menewaskan sedikitnya 70 orang di Gaza pada Kamis malam (16/1/2024).

Kejadian tersebut didapat dari penduduk dan otoritas di daerah tersebut.

Setelah beberapa jam setelah gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera diumumkan untuk mengakhiri perang selama 15 bulan antara Israel dan Hamas.


Dilansir dari kantor berita Reuters pada Kamis (16/1/2025), kesepakatan gencatan senjata yang kompleks muncul pada hari Rabu (15/1/2025), setelah mediasi oleh Qatar, Mesir dan AS untuk menghentikan perang yang telah menghancurkan wilayah pesisir dan mengobarkan suasana Timur Tengah.

Kesepakatan tersebut, yang dijadwalkan akan dilaksanakan mulai hari Minggu, menguraikan gencatan senjata awal selama enam minggu dengan penarikan pasukan Israel secara bertahap dari Jalur Gaza, tempat puluhan ribu orang telah terbunuh.

Para sandera yang ditawan oleh kelompok militan Hamas, yang menguasai daerah tersebut, akan dibebaskan sebagai ganti tahanan Palestina yang ditahan oleh Israel.


Penerimaan Israel terhadap kesepakatan itu tidak akan resmi sampai disetujui oleh kabinet keamanan dan pemerintah negara itu, dan pemungutan suara dijadwalkan pada hari Kamis, kata seorang pejabat Israel.

Namun, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Hamas mengajukan tuntutan pada menit-menit terakhir dan mengingkari kesepakatan.


"Kabinet Israel tidak akan bersidang sampai para mediator memberi tahu Israel bahwa Hamas telah menerima semua elemen perjanjian," kata pernyataan dari kantor Netanyahu.


Tidak jelas apa dampak penundaan terbaru ini terhadap kesepakatan.


Hamas berkomitmen pada perjanjian gencatan senjata yang diumumkan oleh mediator pada hari Rabu (15/1/2025), pejabat senior kelompok tersebut Izzat el-Reshiq mengatakan pada hari Kamis (16/1/2025).

Kelompok garis keras di pemerintahan Netanyahu masih berharap untuk menghentikan kesepakatan itu, meskipun mayoritas menteri masih diharapkan mendukungnya.


Menteri Keuangan Bezalel Smotrich mengatakan partainya hanya akan bertahan di pemerintahan jika Israel melanjutkan perang dengan kekuatan penuh hingga Hamas dikalahkan.

 Menteri kepolisian sayap kanan Itamar Ben-Gvir juga mengancam akan keluar dari pemerintahan jika gencatan senjata disetujui.

Beberapa warga Palestina meminta agar kesepakatan itu dilaksanakan lebih cepat.
 
"Kami kehilangan rumah setiap jam. Kami menuntut agar kegembiraan ini tidak hilang, kegembiraan yang terpancar di wajah kami.  Jangan sia-siakan dengan menunda penerapan gencatan senjata hingga hari Minggu," kata warga Gaza, Mahmoud Abu Wardeh.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved