Breaking News

Tafakur

Bukan Sekadar Perjalanan Spiritual Rasulullah, UAH Ungkap Pelajaran Besar dari Isra dan Mi'raj

Pentingnya peristiwa Isra dan Mi'raj juga tercatat dalam berbagai karya para ulama dan ahli hadits. Imam al-Bukhari, Imam Muslim....

Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Eddy Fitriadi
kompas.com
Ustaz Adi Hidayat (UAH). Bukan Sekadar Perjalanan Spiritual Rasulullah, UAH Ungkap Pelajaran Besar dari Isra dan Mi'raj. 

SERAMBINEWS.COM - Peristiwa Isra dan Mi'raj memiliki tiga poin penting yang sangat krusial dalam kehidupan umat Islam.

Salah satu ulama yang mendokumentasikan ketiga poin tersebut adalah Syekh Muhammad Mutawalli Sya'rawi, seorang mufassir besar asal Mesir yang terkenal.

 Dalam berbagai karya beliau, termasuk kitab as-Sirah an-Nabawiyyah dan sebuah kitab khusus yang membahas Isra dan Mi'raj, Syekh Sya'rawi menekankan pentingnya tiga hal tersebut sebagai panduan hidup bagi umat Islam, bahkan umat manusia pada umumnya, dalam menghadapi situasi krusial dan cara mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pentingnya peristiwa Isra dan Mi'raj juga tercatat dalam berbagai karya para ulama dan ahli hadits. Imam al-Bukhari, Imam Muslim, dan al-Imam at-Tabrani dalam kitab al-Mu'jam al-Kabir serta dalam kitab ad-Du'a mencatat bagian-bagian penting dari perjalanan luar biasa ini.

 Peristiwa Isra dan Mi'raj tidak hanya mengajarkan kita tentang bagaimana seharusnya kita menghadapi ujian hidup, tetapi juga memberi inspirasi tentang bagaimana berinteraksi dengan Allah dan sesama dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Ustaz Adi Hidayat (UAH) dalam kanal YouTube-nya (Adi Hidayat Official), bahwa peristiwa Isra dan Mi'raj adalah momen yang penuh makna dan hikmah bagi umat Islam, bahkan seluruh umat manusia, dalam mencari jalan mendekatkan diri kepada Allah.

Pada tahun kesepuluh dari kenabian, tepatnya pada bulan Ramadhan, peristiwa Isra dan Mi'raj terjadi setelah wafatnya Sayyidah Khadijah dan Abu Thalib, yang merupakan dua sosok penting dalam kehidupan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam.

 Wafatnya kedua orang yang sangat dekat dengan Nabi ini menyebabkan Rasulullah merasa kehilangan besar, terutama di tengah tantangan dakwah yang semakin berat di Mekkah.

 Kepergian keduanya meninggalkan Nabi dalam keadaan yang sangat berduka, yang disebut sebagai "Amul Huzni" (Tahun Dukacita). Pada saat itu, Rasulullah mengalami banyak kesulitan, termasuk gangguan dan persekusi dari masyarakat Mekkah.

Dalam keadaan seperti ini, Rasulullah berusaha mencari perlindungan dan dukungan dari suku Bani Tsaqif di Tha'if, berharap mereka dapat menerima dakwah Islam.

Namun, kenyataan yang dihadapi sangat pahit. Alih-alih mendapatkan perlindungan, Nabi malah diusir dengan keras dan bahkan dilempari batu oleh penduduk Tha'if, yang menyebabkan luka pada tubuh Nabi.

 Meskipun demikian, dalam keadaan yang sangat menyakitkan itu, Nabi tidak berputus asa. Sebaliknya, Nabi berdoa kepada Allah dengan penuh ketulusan dan harapan.

Salah satu doa yang terkenal dalam peristiwa tersebut adalah doa yang diajukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam ketika merasa sangat lemah dan tidak dihargai oleh manusia. Beliau berkata:

اللهم إني أشكوا إليك ضعف قوتي وقلة حيلتي وهواني على الناس يا أرحم الراحمين


"Ya Allah, aku mengadukan kepada-Mu kelemahanku, kekuranganku, dan ketidakberdayaanku di hadapan manusia. Ya Allah, Engkau adalah Maha Penyayang dari segala penyayang."

Dengan penuh ketulusan, Rasulullah meminta kepada Allah agar tidak menurunkan kemurkaan-Nya kepadanya.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved