Tafakur

Ini Penjelasan Ustadz Adi Hidayat Terkait Pelajaran Berharga dari Perjalanan Isra dan Mi'raj

"Ya Allah, aku mengadukan kepada-Mu kelemahanku, kekuranganku, dan ketidakberdayaanku di hadapan manusia. Ya Allah, Engkau adalah Maha Penyayang dari

Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Agus Ramadhan
KOLASE SERAMBINEWS.COM/YOUTUBE USTAD ADI HIDAYAT
penjelasan Ustad Adi Hidayat terkait perjalanan isra miraj 

Dengan penuh ketulusan, Rasulullah meminta kepada Allah agar tidak menurunkan kemurkaan-Nya kepadanya.

Bahkan meskipun dihadapkan pada keadaan yang sangat sulit dan menyakitkan, Nabi tetap berserah diri dan mengandalkan kasih sayang Allah yang lebih besar daripada segala perlakuan buruk yang diterima.

Doa ini menjadi titik awal dari perjalanan spiritual yang mengantarkan beliau kepada peristiwa Isra dan Mi'raj, yang mengajarkan kita tentang ketabahan, tawakal, dan pengharapan yang penuh kepada Allah dalam segala situasi kehidupan.

Peristiwa Isra dan Mi'raj tidak hanya menjadi pengajaran spiritual bagi umat Islam, tetapi juga memberi pesan tentang keteguhan hati dan pentingnya mempercayakan segala urusan kepada Allah, sambil tetap berusaha untuk menyampaikan kebenaran dengan penuh kesabaran.

Peristiwa Isra dan Mi'raj, seperti yang diajarkan oleh Ustadz Adi Hidayat dalam kanal YouTube-nya, mengandung pelajaran mendalam mengenai bagaimana setiap perjuangan yang mengarah pada kebaikan dan perubahan positif pasti akan berhadapan dengan tantangan.

Hal ini juga tercermin dalam doa dan sikap Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ketika beliau menghadapi ujian berat dalam dakwahnya, terutama setelah peristiwa penyiksaan dan penolakan di Tha'if.

Jawaban Rasulullah atas tawaran malaikat penjaga bukit untuk menghancurkan kaum yang menyakiti beliau menunjukkan bahwa kebaikan dan perjuangan yang tulus untuk menegakkan kebenaran tidak akan lepas dari ujian.

Ini adalah bagian pertama hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa ini.

Para ulama menyampaikan bahwa setiap usaha untuk menghadirkan kebaikan, baik dalam bentuk dakwah, kebijakan sosial, maupun perubahan dalam keluarga, pasti akan bertemu dengan ujian.

Allah Subhanahu wa Ta'ala ingin menguji kesungguhan dan keseriusan kita dalam mewujudkan tujuan tersebut. 

Sebagaimana dikatakan dalam Surah Ali Imran ayat 142,

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ 

"Apakah kamu mengira akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu dan belum nyata pula orang-orang yang sabar." 

Ini mengingatkan kita bahwa kesuksesan tidak datang begitu saja tanpa ujian.

Di dalam Surah Al-Baqarah ayat 214, Allah mengingatkan kita bahwa ujian berat yang dialami umat terdahulu juga akan kita hadapi, sebagai bentuk ujian untuk melihat bagaimana kesabaran kita dalam menanggapi setiap cobaan yang datang.

Setiap tantangan yang besar, baik di tingkat individu, keluarga, maupun masyarakat, pasti akan menguji kita. Seperti halnya perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan risalah Islam, semakin besar kebaikan yang ingin dicapai, semakin besar pula ujian yang harus dilalui.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved