Tafakur

Ini Penjelasan Ustadz Adi Hidayat Terkait Pelajaran Berharga dari Perjalanan Isra dan Mi'raj

"Ya Allah, aku mengadukan kepada-Mu kelemahanku, kekuranganku, dan ketidakberdayaanku di hadapan manusia. Ya Allah, Engkau adalah Maha Penyayang dari

Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Agus Ramadhan
KOLASE SERAMBINEWS.COM/YOUTUBE USTAD ADI HIDAYAT
penjelasan Ustad Adi Hidayat terkait perjalanan isra miraj 

Ini Penjelasan Ustadz Adi Hidayat Terkait Pelajaran Berharga dari Perjalanan Isra dan Mi'raj

SERAMBINEWS.COM - Peristiwa Isra dan Mi'raj memiliki tiga poin penting yang sangat krusial dalam kehidupan umat Islam.

Salah satu ulama yang mendokumentasikan ketiga poin tersebut adalah Syekh Muhammad Mutawalli Sya'rawi, seorang mufassir besar asal Mesir yang terkenal.

Dalam berbagai karya beliau, termasuk kitab as-Sirah an-Nabawiyyah dan sebuah kitab khusus yang membahas Isra dan Mi'raj, Syekh Sya'rawi menekankan pentingnya tiga hal tersebut sebagai panduan hidup bagi umat Islam, bahkan umat manusia pada umumnya, dalam menghadapi situasi krusial dan cara mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Pentingnya peristiwa Isra dan Mi'raj juga tercatat dalam berbagai karya para ulama dan ahli hadits. Imam al-Bukhari, Imam Muslim, dan al-Imam at-Tabrani dalam kitab al-Mu'jam al-Kabir serta dalam kitab ad-Du'a mencatat bagian-bagian penting dari perjalanan luar biasa ini.

 Peristiwa Isra dan Mi'raj tidak hanya mengajarkan kita tentang bagaimana seharusnya kita menghadapi ujian hidup, tetapi juga memberi inspirasi tentang bagaimana berinteraksi dengan Allah dan sesama dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagaimana yang disampaikan oleh Ustadz Adi Hidayat dalam kanal YouTube-nya (Adi Hidayat Official), bahwa peristiwa Isra dan Mi'raj adalah momen yang penuh makna dan hikmah bagi umat Islam, bahkan seluruh umat manusia, dalam mencari jalan mendekatkan diri kepada Allah.

Pada tahun kesepuluh dari kenabian, tepatnya pada bulan Ramadhan, peristiwa Isra dan Mi'raj terjadi setelah wafatnya Sayyidah Khadijah dan Abu Thalib, yang merupakan dua sosok penting dalam kehidupan Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam.

Wafatnya kedua orang yang sangat dekat dengan Nabi ini menyebabkan Rasulullah merasa kehilangan besar, terutama di tengah tantangan dakwah yang semakin berat di Mekkah.

 Kepergian keduanya meninggalkan Nabi dalam keadaan yang sangat berduka, yang disebut sebagai "Amul Huzni" (Tahun Dukacita). Pada saat itu, Rasulullah mengalami banyak kesulitan, termasuk gangguan dan persekusi dari masyarakat Mekkah.

Dalam keadaan seperti ini, Rasulullah berusaha mencari perlindungan dan dukungan dari suku Bani Tsaqif di Tha'if, berharap mereka dapat menerima dakwah Islam.

Namun, kenyataan yang dihadapi sangat pahit. Alih-alih mendapatkan perlindungan, Nabi malah diusir dengan keras dan bahkan dilempari batu oleh penduduk Tha'if, yang menyebabkan luka pada tubuh Nabi.

 Meskipun demikian, dalam keadaan yang sangat menyakitkan itu, Nabi tidak berputus asa. Sebaliknya, Nabi berdoa kepada Allah dengan penuh ketulusan dan harapan.

Salah satu doa yang terkenal dalam peristiwa tersebut adalah doa yang diajukan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa Sallam ketika merasa sangat lemah dan tidak dihargai oleh manusia. Beliau berkata:

اللهم إني أشكوا إليك ضعف قوتي وقلة حيلتي وهواني على الناس يا أرحم الراحمين


"Ya Allah, aku mengadukan kepada-Mu kelemahanku, kekuranganku, dan ketidakberdayaanku di hadapan manusia. Ya Allah, Engkau adalah Maha Penyayang dari segala penyayang."

Dengan penuh ketulusan, Rasulullah meminta kepada Allah agar tidak menurunkan kemurkaan-Nya kepadanya.

Bahkan meskipun dihadapkan pada keadaan yang sangat sulit dan menyakitkan, Nabi tetap berserah diri dan mengandalkan kasih sayang Allah yang lebih besar daripada segala perlakuan buruk yang diterima.

Doa ini menjadi titik awal dari perjalanan spiritual yang mengantarkan beliau kepada peristiwa Isra dan Mi'raj, yang mengajarkan kita tentang ketabahan, tawakal, dan pengharapan yang penuh kepada Allah dalam segala situasi kehidupan.

Peristiwa Isra dan Mi'raj tidak hanya menjadi pengajaran spiritual bagi umat Islam, tetapi juga memberi pesan tentang keteguhan hati dan pentingnya mempercayakan segala urusan kepada Allah, sambil tetap berusaha untuk menyampaikan kebenaran dengan penuh kesabaran.

Peristiwa Isra dan Mi'raj, seperti yang diajarkan oleh Ustadz Adi Hidayat dalam kanal YouTube-nya, mengandung pelajaran mendalam mengenai bagaimana setiap perjuangan yang mengarah pada kebaikan dan perubahan positif pasti akan berhadapan dengan tantangan.

Hal ini juga tercermin dalam doa dan sikap Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam ketika beliau menghadapi ujian berat dalam dakwahnya, terutama setelah peristiwa penyiksaan dan penolakan di Tha'if.

Jawaban Rasulullah atas tawaran malaikat penjaga bukit untuk menghancurkan kaum yang menyakiti beliau menunjukkan bahwa kebaikan dan perjuangan yang tulus untuk menegakkan kebenaran tidak akan lepas dari ujian.

Ini adalah bagian pertama hikmah yang dapat kita ambil dari peristiwa ini.

Para ulama menyampaikan bahwa setiap usaha untuk menghadirkan kebaikan, baik dalam bentuk dakwah, kebijakan sosial, maupun perubahan dalam keluarga, pasti akan bertemu dengan ujian.

Allah Subhanahu wa Ta'ala ingin menguji kesungguhan dan keseriusan kita dalam mewujudkan tujuan tersebut. 

Sebagaimana dikatakan dalam Surah Ali Imran ayat 142,

اَمْ حَسِبْتُمْ اَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَّثَلُ الَّذِيْنَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْۗ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاۤءُ وَالضَّرَّاۤءُ وَزُلْزِلُوْا حَتّٰى يَقُوْلَ الرَّسُوْلُ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مَعَهٗ مَتٰى نَصْرُ اللّٰهِۗ اَلَآ اِنَّ نَصْرَ اللّٰهِ قَرِيْبٌ 

"Apakah kamu mengira akan masuk surga, padahal belum nyata bagi Allah orang-orang yang berjihad di antara kamu dan belum nyata pula orang-orang yang sabar." 

Ini mengingatkan kita bahwa kesuksesan tidak datang begitu saja tanpa ujian.

Di dalam Surah Al-Baqarah ayat 214, Allah mengingatkan kita bahwa ujian berat yang dialami umat terdahulu juga akan kita hadapi, sebagai bentuk ujian untuk melihat bagaimana kesabaran kita dalam menanggapi setiap cobaan yang datang.

Setiap tantangan yang besar, baik di tingkat individu, keluarga, maupun masyarakat, pasti akan menguji kita. Seperti halnya perjuangan Rasulullah dalam menyebarkan risalah Islam, semakin besar kebaikan yang ingin dicapai, semakin besar pula ujian yang harus dilalui.

Sebagai contoh, jika kita ingin mencapai keberhasilan dalam mendidik anak atau membawa kebijakan yang bermanfaat di masyarakat, kita tidak bisa berharap bahwa hal itu akan terjadi tanpa hambatan.

Akan ada banyak tantangan dan ujian di sepanjang jalan, mulai dari kesulitan dalam komunikasi, perbedaan pendapat, hingga kritik yang mungkin datang. Namun, ujian-ujian ini justru mengukur sejauh mana kesungguhan kita untuk tetap istiqamah di jalan yang benar.

Rasulullah pun mengalami berbagai ujian besar dalam hidupnya, dari penolakan masyarakat, penghinaan, hingga luka fisik akibat perlakuan buruk dari orang-orang yang tidak menerima dakwah.

Namun, beliau tetap tabah dan tidak menyerah, menunjukkan kepada kita bahwa ujian adalah bagian dari perjalanan menuju kesuksesan dan kemuliaan yang lebih besar.

Oleh karena itu, bagian pertama dari hikmah yang dapat kita ambil dari Isra dan Mi'raj adalah bahwa setiap perjuangan untuk kebaikan pasti akan menghadapi ujian.

Ujian-ujian ini tidak hanya menguji kesabaran kita, tetapi juga kesungguhan dan keikhlasan kita dalam mewujudkan tujuan tersebut.

(Serambinews.com/Sri Anggun Oktaviana)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved