Internasional

Teknologi AI DeepSeek Mengalahkan ChatGPT di App Store, Langsung Terkena Serangan Ciber

DeepSeek mengatakan akan membatasi sementara pendaftaran pengguna “karena adanya serangan jahat berskala besar” pada layanannya, meskipun pengguna yan

Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Amirullah
KOMPAS.COM
DeepSeek mengambil alih posisi pesaingnya OpenAI sebagai aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di AS di AppleApp Store 

SERAMBINEWS.COM-Pada hari Senin (27/1/2025), perusahaan rintisan kecerdasan buatan asal Tiongkok DeepSeek mengambil alih posisi pesaingnya OpenAI sebagai aplikasi gratis yang paling banyak diunduh di AS di AppleApp Store, menggeser ChatGPT untuk Asisten AI DeepSeek.

Saham teknologi global dijual dan akan segera menghapus kapitalisasi pasar miliaran dolar.

Kemudian pada hari Senin, DeepSeek mengatakan akan membatasi sementara pendaftaran pengguna “karena adanya serangan jahat berskala besar” pada layanannya, meskipun pengguna yang sudah ada akan dapat masuk seperti biasa.


Para pemimpin teknologi, analis, investor, dan pengembang mengatakan bahwa kehebohan  dan ketakutan yang muncul akibat tertinggal dalam siklus kehebohan AI yang terus berubah mungkin wajar saja.

Terutama di era perlombaan senjata AI generatif, di mana para raksasa teknologi dan perusahaan rintisan sama-sama berlomba untuk memastikan mereka tidak tertinggal dalam pasar  yang diprediksi akan mencapai  pendapatan $1 triliun dalam satu dekade.

Baca juga: Perburuan Koin Digital di Aplikasi Jagat Menjadi Tren, Namun Memicu Kontroversi


Apa itu DeepSeek?

DeepSeek adalah sebuah perusahaan rintisan AI yang didirikan pada tahun 2023 oleh Liang Wenfeng, salah satu pendiri hedge fund kuantitatif High-Flyer.

DeepSeek berfokus pada pengembangan model bahasa besar (large language model) yang bertujuan mencapai kecerdasan umum buatan (AGI), yang berarti AI yang bisa menyamai atau bahkan melampaui kecerdasan manusia dalam berbagai tugas.

Perusahaan ini awalnya berasal dari unit penelitian AI High-Flyer dan telah berkembang pesat, menarik perhatian dunia teknologi, terutama setelah meluncurkan model AI mereka yang disebut R1.

 Model ini berfungsi seperti chatbot, namun lebih canggih dalam hal pemrosesan dan penalaran. R1 bisa diakses secara sumber terbuka, artinya pengembang dari seluruh dunia bisa memanfaatkannya tanpa biaya lisensi yang tinggi.

 Keberhasilan R1 membuat DeepSeek mencuri perhatian industri AI global, meskipun ada sejumlah tantangan, seperti pembatasan ekspor chip dari AS ke China yang sempat membuat beberapa pihak skeptis.

DeepSeek berhasil mengembangkan model AI ini dengan biaya yang jauh lebih murah dibandingkan pesaing besar seperti OpenAI atau Google.

Misalnya, biaya pelatihan R1 diperkirakan hanya sekitar $5,6 juta, jauh lebih rendah dibandingkan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan besar lain.

Hal ini menambah spekulasi di pasar mengenai potensi “gelembung” dalam industri AI, di mana beberapa investor dan analis mulai bertanya-tanya apakah biaya yang terus membengkak untuk model AI akan berlanjut atau malah akan pecah.

Beberapa CEO perusahaan teknologi besar, seperti Satya Nadella dari Microsoft dan Yann LeCun dari Meta, sudah mulai memberikan respons terhadap fenomena DeepSeek.

 Mereka melihat kesuksesan DeepSeek sebagai indikator bahwa tren AI sedang bergeser, mungkin ke arah teknologi sumber terbuka yang lebih murah dan lebih mudah diakses oleh pengembang.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved