Wawancara Eksklusif

Safaruddin Bupati Abdya Terpilih, Banyak Pengalaman Mengharukan

Menurut saya ini tanda-tanda alam, Allah sedang menunjukkan tanda-tanda kekuasan yang akan dititip kepada saya.

Editor: mufti
SERAMBI ON TV
Bupati Terpilih Abdya, Safaruddin menjadi narasumber podcast Serambinews.com yang dipandu Pemred Serambi Indonesia Grup, Zainal Arifin M Nur di Kantor Serambi Indonesia, Aceh Besar, Selasa (11/2/2025). IST 

SALAH satu kader terbaik Partai Gerindra, Safaruddin sukses mencuri perhatian publik Aceh pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak 2024. Tekadnya mencalonkan diri sebagai Calon Bupati Aceh Barat Daya (Abdya) mendapat sorotan dari berbagai pihak, khususnya di Kabupaten berjuluk Bumoe Breuh Sigupai tersebut.

Sorotan tersebut muncul karena sosok dirinya yang cukup fenomenal kala menduduki kursi Wakil Ketua DPR Aceh. Apalagi, desas-desus kandidat calon wakil Gubernur Aceh juga ikut menyeret namanya.

Selain itu, kemenangan bertubi dirinya di kancah perebutan kursi DPRA (2019-2024 dan 2024-2029) juga menjadikan dirinya mendapat perhatian lebih dari berbagai pihak. 

Pada Pilkada 2024 lalu, pria yang memiliki nama sapaan Dhien tersebut sukses mengejutkan publik Abdya, ia bersama Zaman Akli sukses terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Abdya periode 2025-2030. Kemenangan mereka tersebut bahkan disebut telah berhasil mematahkan dinasti politik yang terjadi di Abdya.

Pada Selasa (11/2/2025), Safaruddin berkesempatan diwawancarai secara eksklusif oleh Pemimpin Redaksi Harian Serambi Indonesia,  Studio Serambinews.com. Dalam wawancara tersebut ia berbagi banyak hal terkait dinamika yang dialami sepanjang kontestasi Pilkada yang diikutinya.

Selengkapnya, wawancara yang direkam dalam bentuk video tersebut dapat disaksikan di kanal Youtube Serambinews.com, berikut petikan yang sudah disederhanakan.

Apa kesibukan setelah Pilkada?

Alhamdulillah kita bersyukur kompetisi Pilkada pesta demokrasi Aceh Barat Daya di November yang lalu Allah memperkenankan kekuasaanya kepada kami, pasangan 03 Safaruddin dan Zaman Akli. Tentunya dari banyaknya hiruk pikuk pesta demokrasi tentu menyisakan banyak problematik, politik transaksional, politik yang tak beretika, politik dengan nilai-nilai yang tidak demokratis itu masih saja menjadi bumbu-bumbu. Nah ini menjadi semangat bagi kita ketika menjadi kompetitor pemenang harus menjawab kesenjangan sosial yang terjadi setelah Pilkada itu sendiri.

Setelah Pilkada saya mencoba lebih banyak menyendiri bersama keluarga, mencoba berjalan-jalan, kemudian mengevaluasi. Kadang-kadang geli sendiri kalau melihat kampanye dengan tiktok yang saling naik turun pilarnya antara kita dengan kompetitor-kompetitor lainnya.

Kadang-kadang juga menyisakan ada kepiluan, perasaan sedih ketika masyarakat begitu antusias, animonya luar biasa untuk mengharapkan perubahan itu diberikan kepada kita. Kadang-kadang waktu masa kampanye dengan hujan lebat ada orang tua dengan cucunya dalam hujan lebat makan buka nasi dalam bungkusan, makan dalam hujan. Itu satu fenomena yang luar biasa. 

Kemudian tentunya menjadi pr terberat bagi saya juga, ada harapan yang besar dengan persentase perolehan yang saya dapat dengan bang Zaman Akli, ada harapan besar juga yang masyarakat titipkan untuk saya jawab. Di samping dengan tantangan-tantangan yang kita hadapi hari ini, di mana ada efisiensi anggaran, ketidakmampuan dari keuangan daerah sendiri, tambah lagi dengan Otsus Aceh yang semakin hari semakin kurang lima tahun ke depan ini, apalagi tahun 2027 masih menjadi tanda tanya besar bagi kita. Mudah-mudahan Pemerintah Indonesia bisa menjawab tantangan Aceh ini dengan memberikan perpanjangan Otsus dengan janji pemerintah.

Apakah suah ada persiapan khusus menjelang dilantik?

Kita mendapat informasi yang mengejutkan, karena kita berpikir kemarin apakah kita lebih terlambat  dibandingkan dengan kabupaten/kota yang lain di seluruh Indonesia, kita memprediksi kemarin di atas tanggal 20 Februari, ternyata dipercepat. Ini juga sebuah persiapan yang belum sama kali kita persiapkan. Tapi paling tidak ya kita samikna wa atokna atas putusan pimpinan. Kita juga tegak lurus, tidak ada persiapan yang istimewa bagi saya.

Saya pikir sama juga ketika saya dalam jabatan Wakil Ketua DPR Aceh yang lalu, ketika 2019 menjadi DPR Aceh di Dapil 9. Nah ketika itu juga tidak ada persiapan, yang ada rasa gugup, mampu tidak menjawab tantangan dalam lima tahun ke depan, itu saja.

Apa program dalam 100 hari kerja?

100 hari kerja tentu menjadi tantangan tersendiri bagi siapapun. Kompetitor ketika dia menang, dia harus menanjakkan kaki awal. Kalau kita bicara awal, tentunya kita harus bicara database, master plan, exent plant. Jadi ketika ada database kita juga tahu siapa pendukungnya kita, siapa perangkat-perangkat kita yang akan mengikut dalam formulasi kebijakan yang kita lakukan nanti ke depan secara politik, yaitu para birokratnya. Kita mau lihat bagaimana hari ini kita punya kemampuan itu. Kemudian bagaimana regulasi membolehkan untuk menukar atau juga melakukan perombakan terhadap posisi itu. 

Kemudian yang kedua yaitu kita melihat master plan awal Aceh Barat Daya ini menuju kepada arah baru Abdya maju. Tentunya dalam mengukur itu saya sudah menyiapkan visi misi ketika Pilkada yang kita tawarkan kepada rakyat sebagai bagian dari alternatif pilihan mereka terhadap kompetitor-kompetitor Pilkada. Tentunya itu akan menjadi PR secara politik yang dituangkan dalam RPJM lima tahun ke depan dan nanti akan disepakati bersama DPR. Baru nanti setiap tahunnya itu kita tetapkan RKPD untuk menjadi kebijakan umum anggaran setiap tahunnya.

Ketika bicara 100 hari tentunya kebijakan awal saya itu menyiapkan RPJM bersama tim yang qualified, kita juga akan mengundang USK sebagai universitas yang hari ini Jantung Rakyat Aceh, yang tentunya kita punya kebanggaan dengan teman-teman kita dan orang-orang sebagai dosen-dosen yang ada di USK akan kita libatkan membantu Aceh Barat Daya menuju lima tahun ke depan, dan juga kampus-kampus UTU akan kita libatkan juga nanti insyaAllah.

Kemudian setelah itu saya mau lihat tantangan besar Aceh Barat Daya dan Aceh tentunya secara umum adalah soal kemiskinan, peluang pekerjaan, kemudian juga peluang investasi. Itu menjadi salah satu tolak ukur kita dalam menatap masa depan Aceh Barat Daya di lima tahun yang akan datang

Terakhir dalam 100 hari ke depan ini saya juga punya keinginan bahwa apa yang sudah saya mantapkan ketika saya berorasi, berkampanye itu bidang kesehatan, bentuk pelayanan kesehatan, dan juga pendidikan, bicara sektor pelayanan publik lah itu juga kita kejar untuk kita kejar.

Kalaupun  tidak didukung dengan support anggaran atau belanja operasinya, paling tidak ada action kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah untuk menjadi teladan, seperti ini lho yang harus kita lakukan untuk melayani rakyat.

Apa yang mendorong anda untuk mi Pilkada?

Kalau bicara menjadi bupati siapapun orang politik akan bercita-cita menjadi kepala daerah. Kan tolak ukur orang politik ini adalah ketika kompetisi apapun dia ikut. Kemarin saya melihat peluang, ketika saya kembali menang di Pileg 2024 saya melihat potensi besar bahwa masyarakat Aceh Barat Daya itu mengharapkan sosok baru, wajah baru untuk memimpin. Dan hasil-hasil survei menegaskan peluang baru itu sangat terbuka lebar bagi sosok saya yang diterima oleh masyarakat Aceh Barat Daya. 

Kemudian saya juga melihat ada kesempatan kepemimpinan pusat mendorong saya untuk berkompetisi di Pilkada. Pada saat itu memang ada dinamika apakah di tingkat provinsi atau di tingkat kabupaten. Saya dari awal menegaskan untuk pulang kampung. Ketika ada peluang untuk menjadi calon wakil gubernur kemarin kompetisi itu menjadi secara internal, itu juga dipengaruhi dengan faktor-faktor eksternal. Tapi secara rasionalitasnya saya pikir peluang yang terbaik saya hari ini adalah menjadi bupati Aceh Barat Daya. 

Saya pulang kampung dengan harapan ada tagline baru, saya pulang dengan segenap apa yang sudah saya punya rekam jejak itu menjadi jaminan bahwa sosok Safaruddin akan diterima di kampungnya sendiri. Nah itu yang mendorong saya untuk maju.

Kalau dibilang usia muda ya saat ini lah untuk berkontribusi sebanyak mungkin untuk rakyat kita, apalagi ini kampung halaman. Abang tau lah sudah keliling Aceh, Abdya ini adalah daerah yang sulit maju tapi nilai politiknya sangat tinggi.

Dinamika plitiknya sangat tinggi?

Abdya itukan kotanya kecil, masyarakatnya itu sangat inklusif, sangat terbuka. Namun karena memang tidak disibukkan dengan kantong-kantong peluang pekerjaan dan ekonomi yang sehat, itu nilai politik akan tinggi. Karena menyibukkan diri dengan omongan-omongan yang kira-kira menyibukkan pada pengambil kebijakan. Itu cerminan masyarakat yang dalam kaca mata kita melihat kalau demokrasinya sangat tinggi dan tajam. Makanya dinamika kemarin saya diserangnya personal, tidak lagi bicara gagasan, adu ketangkasan berpikir untuk membawa arah baru, atau perang pemikiran dengan visi misi. Tapi nggak gitu, pertarungan dengan kompetitor lainnya.

Melihat sudut pandang subjektif, kemudian dianggap masih belum cukup umur, kemudian personal-personal lainnya yang dianggap pada nilai negatif. Tapi alhamdulillah semua tantangan itu saya lewati dengan sebuah proses politik, dengan variabel ilmiah yaitu data survei, data di lapangan bahwa masyarakat itu butuh sosok baru. Kebetulan anak mudanya itu yang sudah punya rekam jejak di DPR Aceh,  yang hari ini boleh saya melihat potensi di Abya itu saya ingin menghentikan dinasti kekuasaan yang terdahulu. Ini saatnya lah orang baru memimpin. Dan coba dulu orang baru ini ketika dia berhasil maka akan menjadi legacy. tapi kalau tidak berhasil akan dihukum moralnya oleh masyarakat di Pilkada selanjutnya.

Apa yang paling berkesan selama di tahapa Pilkada?

Kalau yang paling berkesan tentu ketika kita di “nyet-nyet”, ada nyanyi “bek moe-moe mak tanyoe mita oe-oek”. Salah satunya itu nyanyian-nyanyian kecil dari pihak lawan. “DPRA ka hana le, bupati  ka dicok le gop”. Tapi semua sindiran itu saya jawab dengan ketangkasan berpikir saya, ngapain saya nangis-nangis DPRA memang sudah hilang tapi bupati kan belum tentu kalian. Takdir tuhan belum menentukan siapa yang akan terpilih

Tentunya dengan nilai kesombongan lawan politik saya itu saya bawa dengan meredam emosi saya, biarlah tuhan yang menitipkan kekuasaan kepada yang dikehendaki. Saya pegangan ya itu saja, saya melihat gerakan rakyat di mana-mana. Kita tahu itu perasaan kita ditunggu atau kita yang dirindukan itu kerasa. Tapi kita datang rakyatnya melihat ke sana, ke sini itukan menjadi pikiran kita untuk mempertimbangkan benar nggak rakyat butuh kita, benar nggak akan memilih kita.

Yang paling haru birunya pengalaman saya di Pilkada. Saya kan kebetulan karena rumah mamak itu kecil, kalau menampung orang-orang datang terganggu dengan keadaan orang tua dalam keadaan kurang sehat dan sudah tua. jadi saya nginapnya di salah satu penginapan di sana. Jadi ada beberapa kali itu saya temukan anak kecil itu di sekolahnya ia dibuli oleh teman-temannya karena orangnya 01, enggak 03. Jadi fenomena itu terjadi di sekolah-sekolah SD, MIN di sana. Jadi orang tuannya yang kemarin milih 01 berubah gara-gara sang anak. 

Ada orang Kedai Siblah datang dia bawa anak, kemudian ada pantup kita dari Polres karena dilihat ini bukan orang 03 dibatasi untuk ketemu kita. Kebetulan saya keluar, saya ketemu, saya tahu ini abang ini enggak dukung saya. Tapi saya tanya kenapa. Dia bilang pak Safar saya pendukung 01 tapi saya minta tolong anak saya enggak mau datang sudah dua hari gara-gara kena buli oleh teman-temannya yang semua 03. Jadi supaya dia merasa nyaman lagi ke sekolah dia foto sama pak safar untuk ditunjukin ke kawan-kawannya bahwa dia sekarang pendukung 03. Senangnya si anak ini foto dengan saya dan dia sekolah seperti biasa. Dan alhamdulillahnya orang tuanya tergerak.

Yang kedua masa kampanye ada anak kecil demam, dia udah biru bibirnya menunggu untuk saya peluk di atas pentas, dia nangis-nangis. Saat dia peluk saya persis seperti melihat bapak bapaknya yang sudah lama tidak ketemu, dia peluk erat sekali. Menurut saya ini tanda-tanda alam, Allah sedang menunjukkan tanda-tanda kekuasan yang akan dititip kepada saya.

Setelah Pilkada bagaimana kondisinya?

Setelah pleno oleh KIP saya membuat pernyataan-pernyataan politik yang tentu ditunggu oleh pendukung saya dan pendukung lawan. Saya selalu bilang kita nggak dendam tapi nggak pernah lupa. Itu menjadi slogan saya ketika penetapan saya sebagai bupati terpilih. Maksud saya adalah tidak dendam, masalah politik itu cukup masa lalu Pilkada yang terdahulu, menyisakan ada pembelahan masyarakat terhadap pemimpin yang dipilih dan tidak terpilih. Menurut saya sudah bagian punya Abdya hari ini, jadi mau nggak mau apapun bahasa kalian terhadap saya yang tidak menginginkan dan tidak memilih saya harus terima saya hari ini pemimpinnya kalian. Tapi ketika pada pendukung saya ada slogan dari pihak lawan itu “hanjeut meujampu yang menang ngon yang taloe”. Bagi saya tidak, sudah saatnya Abdya ini bangkit untuk kolaborasi semangatnya. Ini masanya kita menuju Arah baru Abdya maju dengan semangat, tantangan harus kita jawab. 

Kemudian makna tidak lupa, itu artinya saya tentu secara politik juga punya moral, bebannya adalah mana pendukung mana yang bukan. Tapi bukan artinya saya melupakan bahwa saya sebagai pemimpin yang ideal, milik semua masyarakat. Tapi tentu saya tidak lupa bahwa ada perhatian secara khusus kepada para pejuang-pejuang 03 kemarin. Tentunya para pejuang ini sudah mengeluarkan tenaga, pikiran, kemudian waktu mereka tentunya dengan dana-dana yang patung-patungan. Sebagai calon kepala daerah tentu mengeluarkan budget yang cukup besar. Tapi saya alhamdulillah setiap pertemuan tidak pernah pakai kantong pribadi, mulai dari deklarasi sampai dengan kampanye, semua patung-patungan rakyat. 

Mau dijadikan apa Abdya ke depan?

Dari dulu Abdya sudah menjadi kota yang dari dulu sudah sangat berkembang ekonominya. Tinggal tata kelola pemerintahannya. Ada pertanyaan kenapa Abdya sulit untuk maju karena tidak ada yang mendorong kemampuan dan potensi yang kita punya sebagai kota dagang, kota transit, kota yang kira-kira punya tempat singgah yang secara destinasinya ini apa yang dilihat di sana. Kemudian penganan-penganan apa yang bisa dijadikan oleh-oleh yang bisa dibawa pulang oleh wisatawan domestik dan juga luar. Itu yang ingin saya ciptakan.

Sebuah keniscayaan saya harus menyiapkan pelabuhan, salah satu yang mungkin ada dua pelabuhan di Abdya, sebenarnya tiga yang terbesar itu surin, yang kedua itu Susoh, kemudian juga ada pelabuhan di Lhok Pawoh Manggeng. Kalau Surin itu dengan investasi yang cukup besar, saya nggak berani itu menjadi sebuah jaminan lima tahun ini. Tapi kalau Susoh dan Lhok Pawoh saya yakin mampu saya coba melakukan negosiasi dengan pimpinan-pimpinan di pusat dan jugai Mualem, bang Fadh, dan sesama kolega di partai bisalah membantu Abdya untuk bertumbuh dan berkembang.

Bagaimana mengatasi efisiensi anggaran?

Menurut saya ini sebuah keniscayaan bahwa pak Prabowo hari ini melihat potensi untuk mengurangi beban negara. tentunya postur APBN itu mempengaruhi pada dana transfer ke daerah-daerah dan itu menjadi tantangan tersendiri. Kalau saya di satu sisi memang memberatkan kepala-kepala daerah terpilih hari ini. 

Tapi di sisi lain ini tantangan tersendiri bagi kita juga, kita punya pikiran-pikiran yang kira-kira apa sih yang bisa kita bawa untuk keluar dari efisiensi yang diinginkan oleh pemerintah pusat. 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved