Wawancara Eksklusif

Sambut Ramadhan dengan Gembira

Tgk Faisal Ali MPU) Aceh dalam wawancara eksklusif dengan Pemred Serambi Indonesia, Zainal Arifin, di Banda Aceh, Minggu (23/2/2025).

|
Editor: mufti
IST
Tgk Faisal Ali, Ketua MPU Aceh 

Mari bersabar seraya menunggu Mualem pulang sebagai gubernur yang ikut retreat di Magelang. Faisal Ali, Ketua MPU Aceh

Ramadhan 1146 Hijriah atau 2025 Masehi tinggal menghitung hari. Setiap tahunnya, penentuan jatuhnya awal puasa memiliki cara yang berbeda-beda. Hal tersebut membuat awal puasa 1 Ramadhan kerap berbeda-beda.

Saat ini, salah satu ormas terbesar, Muhammadiyah telah lebih dulu menetapkan awal Ramadhan 2025 yang jatuh pada Sabtu, 1 Maret. Sementara pemerintah belum menetapkan secara resmi kapan 1 Ramadhan 2025. Lantas, apakah puasa Ramadhan tahun ini akan berbarengan antara pemerintah dan Muhammadiyah? 

Pertanyaan itu akan terjawab setelah sidang isbat hasil pengamatan bulan (rukyatul hilal) yang akan dilaksanakan pada Jumat 28 Februari 2025. Namun, apa pun hasil sidang isbat, perbedaan penetapan awal Ramadhan harus disikapi secara bijak. Perbedaan tidak boleh mengurangi kegembiraan umat Islam, terutama di Aceh, dalam menyambut datangnya Bulan Mulia ini.

Terlepas dari perbedaan penetapan awal Ramadhan, rakyat Aceh juga harus menanggalkan segala ego, emosi, dan berbagai bentuk perbedaan yang bisa menimbulkan ketegangan dan perselisihan. Karena perselisihan yang terjadi menjelang Ramadhan, dikhawatirkan akan berdampak pada berkurangnya rasa gembira dalam menyambut bulan yang agung ini.

Para ulama berpendapat, salah satu tanda keimanan adalah seorang muslim bergembira menyambut Ramadhan. Seorang yang beriman, hendaknya mempersiapkan segalanya untuk menyambut datangnya bulan Ramadhan, lebih dari yang dilakukannya untuk menyambut tamu agung yang dinanti-nantikan. 

Ulama juga memandang seorang muslim harus khawatir jika tidak ada perasaan gembira akan datangnya Ramadhan, karena bisa jadi ia terluput dari kebaikan yang banyak. 

“Semua kita harus bisa menahan diri dari perbuatan dan komentar-komentar terhadap sesuatu yang mengundang polemik dan kegaduhan. Kita harus mempersiapkan diri sebaik mungkin untuk menyambut Bulan Suci Ramadhan,” ungkap Tgk Faisal Ali alias Abu Sibreh, Ketua Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh dalam wawancara eksklusif dengan Pemred Serambi Indonesia, Zainal Arifin, di Banda Aceh, Minggu (23/2/2025). Berikut petikan lengkapnya:

Assalamualaikum Abu, hari ini tampil dengan syal Palestina, mungkin ada pesan khusus terkait kondisi Palestina?

Syal ini terkait juga dengan penggalangan dana bagi saudara kita di Palestina. Penggalangan dana ini dalam rangka rehab rekon dan sebagai bentuk untuk melawan presiden Amerika yang akan merelokasi (membeli) warga Gaza dengan ide-ide yang tidak bisa diterima oleh akal, maka kita harus berpartisipasi. Jangan sampai Gaza dijual.

(Beranjak dari ajakan Ketua MPU Aceh untuk berdonasi demi kemaslahatan umat Muslim di Palestina. Selanjutnya, dalam wawancara eksklusif ini akan dibahas lebih mendalam terkait persiapan-persiapan seorang Muslim untuk menyambut bulan Ramadhan).

Muhammadiyah telah menetapkan jatuhnya awal Ramadhan, bagaimana pendapat Abu?

Kalau kita lihat di setiap tahun bahwa perbedaan-perbedaan di dalam mengawali awal Ramadhan itu bukan terjadi sekarang saja. Tapi itu hampir sepanjang hayat perbedaan itu terus terjadi. Kalau kita lihat itu ada tiga kelompok besar yang terjadi perbedaan. Pertama kelompok yang semata-mata menggunakan hisab yaitu menggunakan metode penghitungan perjalanan bulan, kalau ini seratus tahun ke depan itu sudah bisa kita tebak, kapan puasa, kapan hari raya bisa dihitung terus. Kalau di kita sudah familiar waktu shalat sepanjang masa, itu pake ilmu hisab.

Yang kedua ada kelompok yang menggunakan hisab yang dibuktikan dengan ruqyah. Dan rukyah itu berlaku secara umum apabila diperkuat oleh keputusan pemerintah, di sini kebanyakannya NU (Nahdlatul Ulama) dan para ulama-ulama. Yang ketiga ada kelompok berdasarkan rukyah, tetapi di dalam arena tertentu yang dikatakan dengan bersatu matlak. 

Jadi perbedaaan yang seperti ini telah lama terjadi tetapi alhamdulillah masyarakat kita sudah sangat dewasa dalam merespons perbedaan-perbedaan awal puasa ini. Kita bersyukur sekali kepada Allah saling menghormati, saling menghargai.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved