Terima Pengurus FKUB Aceh, Wali Nanggroe: Jaga Kerukunan yang sudah Lama Terjalin

Menurut sejarah, di Aceh tidak pernah terjadi konflik berbau keagamaan, baik antarsuku maupun antaragama.

Editor: Amirullah
For Serambinews.com
FKUB - Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al-Haytar menerima rombongan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Aceh, Senin (24/2/2025). 

SERAMBINEWS.COM, Banda Aceh - Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe Aceh Malik Mahmud Al-Haytar dalam arahan dan masukannya kepada rombongan Forum Komunikasi Umat Beragama (FKUB) Aceh berpesan untuk selalu menjaga kerukunan umat beragama yang sudah lama terjalin di Aceh.

Hal itu disampaikan Paduka di Istana Wali Nanggroe Aceh saat menerima 21 pengurus FKUB Aceh, Senin (24/2/2025). 

Menurut sejarah, di Aceh tidak pernah terjadi konflik berbau keagamaan, baik antarsuku maupun antaragama. “Masyarakat Aceh sangat menjunjung tinggi kehormatan agama lain,” ujar Wali Nanggroe

Bahkan, lanjut Wali, saat di Ibukota Jakarta terjadi kekacauan pada 1998, memburu serta mengganggu suku Tionghoa, di Aceh hal itu tidak terjadi dan malah penduduk agama lain lebih merasa aman dan nyaman.

Wali menambahkan, masyarakat Aceh memahami agama Islam secara menyeluruh, maka konflik antaragama itu tidak terjadi.

“Oleh karena itu menjadi peran kita semua untuk terus menjaga agar kerukunan antar umat beragama di Aceh terus saja berlangsung,” pesannya.

Sementara itu, Ketua FKUB Aceh, A Hamid Zein atau sering disapa Ayah Hamid, menyampaikan rasa terima kasih sudah menerima rombongan FKUB di kediaman Wali.

“Kami datang bersilaturrahmi meminta arahan, petunjuk, karena Wali merupakan orang yang paling dituakan di Aceh,” ungkapnya.

Ayah Hamid mengatakan dalam melakukan aktivitasnya, pihak FKUB Aceh memegang Qanun No. 4 tahun 2016 yang mengatur kerukunan umat beragama dan pendirian rumah ibadah.

Baca juga: 7 Kandidat Terkuat Pengganti Paus Fransiskus Jika Wafat, Ada yang dari Asia Tenggara, Siapa Saja?

“Adapun yang menjadi tugas kami antara lain: Melakukan dialog dengan tokoh agama; Menyerap aspirasi masyarakat; Menyalurkan aspirasi kepada pemerintah dan juga mensosialisasikan aturan terkait mengenai keagamaan,” ujar Ayah Hamid.

“Untuk itu kami meminta kepada Paduka Yang Mulia Wali Nanggroe Malik Mahmud agar menjadi mediator dalam potensi konflik sosial (agama) sesuai dengan Tupoksi Wali Nanggroe yaitu menjadi Pemersatu masyarakat Aceh,” ujar Hamid.

Pada kesempatan tersebut, mantan Sekwan DPR Aceh ini menjelaskan beberapa hal mengenai tantangan dalam menjaga kerukunan umat beragama di Aceh.

Ayah Hamid mengatakan bahwa masalah yang paling besar adalah Aceh selalu dicap intoleran, apakah ada yang salah dengan metode penelitian yang dilakukan ataupun salah persepsi dan pemahaman terhadap Aceh. Saya rasa indikatornya harus diubah, pinta Ayah Hamid.

Mengenai toleransi di Aceh, Yuswar, tokoh masyarakat Budha, bercerita bahwa dia yang sudah 5 generasi berada di Banda Aceh sejak tahun 1910 dan aman.

Yuswar menyampaikan umurnya kini memasuki 74 tahun, sejak saya lahir sampai dengan sekarang Aceh sangat aman, nyaman dan tanpa tekanan tinggal di Aceh.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved