MUI Sebut Awal Puasa Ramadhan 2025 Berpotensi Beda tapi Lebaran Bersama

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut adanya potensi perbedaan awal puasa Ramadhan 2025 antara pemerintah dengan Muhammadiyah.

Editor: Faisal Zamzami
SERAMBINEWS.COM/HENDRI ABIK
PANTAU HILAL - Petugas Kemenag Aceh sedang melihat hilal untuk menetapkan 1 Ramadhan 1443 H, Jumat (1/4/2022). Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut adanya potensi perbedaan awal puasa Ramadhan 2025 antara pemerintah dengan Muhammadiyah. 

SERAMBINEWS.COM - Penentuan awal Ramadhan 2025 berpotensi berbeda. Hal tersebut karena, Hal tersebut karena, ada dua dasar metode penentuan awal awal ramadhan 2025, yaitu rukyat dan hisab.

Dilansir dari laman Kemenag, rukyat adalah yang dilakukan dengan pengamatan hilal secara langsung, sedangkan hisab yang berbasis perhitungan astronomi.

Kementerian Agama (Kemenag) RI akan menggelar Sidang Isbat untuk menetapkan awal Ramadhan 1446 Hijriah pada 28 Februari 2025.

Sidang yang dijadwalkan dipimpin oleh Menteri Agama RI Nasaruddin Umar ini akan menentukan tanggal pasti dimulainya bulan puasa bagi umat Muslim di Indonesia.

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut adanya potensi perbedaan awal puasa Ramadhan 2025 antara pemerintah dengan Muhammadiyah.

Meski demikian, Ketua MUI Bidang Dakwah Cholil Nafis memastikan bahwa Idul Fitri 2025 tetap dapat dilakukan secara serentak.

"Mulai puasa tahun 1446 H/2025 potensi berbeda tapi lebaran sepakat bersama," kata Cholil dalam cuitannya di X (Twitter), Jumat (28/2/2025).

Lantas, apa alasan adanya potensi perbedaan awal puasa Ramadhan 2025 antara pemerintah dan Muhammadiyah?

 
Alasan potensi perbedaan awal Ramadhan 2025

Lebih lanjur Cholil menjelaskan, menurut kriteria Menteri-menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS) pada 28 Februari 2025 untuk imkanur rukyat di Indonesia hanya bisa terpenuhi di Aceh.

Selain itu, imkanur rukyat sulit melihat bulan di Jawa Timur dan daerah timur lainnya.

“Sedangkan di Jawa Timur tinggi hilal 3, elo 5,9 (elongasinya belum masuk kriteria MABIMS)," tambahnya.

Adapun, menurut MABIMS, imkanur rukyat memenuhi syarat jika bulan sabit (hilal) mencapai tinggi 3 derajat dengan sudut elongasi 6,4 derajat (sudut antara titik pusat Bulan dan Matahari saat terbenam).

Adapun, bulan akan digenapkan menjadi 30 hari apabila hilal tak terlihat.

Menurut Cholil, pada akhir Syaban atau 28 Februari 2025, tinggi hilal di Jakarta sudah 4 derajat, elongasi 6,02 derajat. 

"Kriteria MABIMS tinggi 3, dan elongasi 6,4. Sedangkan di Jawa Timur tinggi hilal 3, elongasi 5,9 (elongasinya belum masuk kriteria MABIMS)," jelas Cholil.

"Nanti akhir Ramadhan saat ijtimak 27 Maret pukul 10.02 WIB. Tinggi hilal saat Maghrib di Jakarta 1 derajat 28 detik dan elongasi 6,5. Tinggi < kriteria> kriteria. Tapi sementara ini kesepakatan MABIMS tinggi dan elo terpenuhi. Awal Syawal insyaallah tidak ada perbedaan antar-ormas," jelas Cholil.

Cholil menekankan, jika hasil pemantauan hilal yang muktabar atau autentik di Aceh, maka awal Ramadhan dimulai Sabtu (1/3/2025).

Akan tetapi, jika hasil pemantauan hilal tidak membuahkan hasil di Aceh, maka bukan Syaban akan digenapkan menjadi 30 hari, sehingga awal puasa Ramadhan jatuh pada Minggu (2/3/2025).

"Jika terpaku pada kriteria MABIMS potensi beda sangat mungkin. Jika ada hasil rukyah yang muktabar di zona Aceh, maka awal puasa Sabtu. Namun jika tidak ada hasil rukyah, maka istikmal syaban," ujarnya.

"Namun, pemerintah bisa punya skenario, tetap diisbatkan Sabtu, baik rukyah berhasil atau tidak," sambungnya.

Sementara itu, Cholil mengatakan bahwa kalender Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah 2025 menyebutkan 1 Ramadhan 1446 jatuh pada Sabtu (1/3/2025).

Namun, kata dia, NU selalu disertai keterangan bahwa putusan awal bulan Hijriah menunggu hasil rukyat.

"Jika hilal gagal terlihat, maka bulan Sya'ban digenapkan 30 hari, maka 1 Ramadhan mulai puasa pada Minggu, 2 Maret 2025," lanjut Cholil.

 

Baca juga: Kapan Puasa? Awal Ramadhan 1446 H 1 atau 2 Maret? BRIN Prediksi Minggu: Aceh Penuhi Kriteria

BRIN Sebut Potensi Beda Penentuan Awal Ramadhan 2025
Profesor Riset Astronomi dan Astrofisika Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, mengungkapkan bahwa awal Ramadhan 2025 berpotensi mengalami perbedaan.

Berdasarkan hasil rukyat, awal Ramadhan 2025 diperkirakan jatuh pada 2 Maret 2025.

Sementara itu, Muhammadiyah telah menetapkan bahwa 1 Ramadhan 1446 Hijriah jatuh pada 1 Maret 2025 berdasarkan metode hisab. "Ada potensi perbedaan penetapan awal Ramadhan tahun ini," ujar Thomas dalam wawancara dengan Kompas.com pada Senin (24/2/2025), dilansir Kompas (24/2//2025).

Posisi Hilal dan Kriteria MABIMS
Menurut Thomas, posisi Bulan pada 28 Februari 2025 malam diperkirakan berada pada ketinggian 4,5 derajat dengan elongasi 6,4 derajat di Banda Aceh.

Posisi ini sedikit di atas kriteria yang ditetapkan oleh Menteri Agama Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, dan Singapura (MABIMS), yang menetapkan bahwa hilal dianggap terlihat jika ketinggiannya minimal 3 derajat dengan elongasi 6,4 derajat.

Namun, di Surabaya, posisi Bulan hanya mencapai ketinggian 3,7 derajat dengan elongasi 5,8 derajat, yang masih berada di bawah batas kriteria MABIMS. "Posisi Bulan yang terlalu dekat dengan Matahari dan ketinggiannya masih cukup rendah menunjukkan bahwa hilal sulit diamati," jelas Thomas.

Dengan kondisi tersebut, Thomas menduga kemungkinan besar akan terjadi gagal rukyat dalam Sidang Isbat Kemenag.

Dua Skenario Keputusan Sidang Isbat Penetapan Awal Ramadhan 2025
Thomas menyebutkan dua skenario yang dapat diambil dalam Sidang Isbat Kemenag. Pertama, pemerintah dapat menetapkan awal Ramadhan pada 1 Maret 2025 berdasarkan metode hisab yang memenuhi kriteria di Aceh.

Kedua, pemerintah dapat mengikuti hasil rukyat, yang menetapkan 1 Ramadhan 1446 Hijriah jatuh pada 2 Maret 2025 karena hilal sulit terlihat di sebagian besar wilayah Indonesia. "Dua pilihan itu mempunyai alasan yang kuat dan tidak menyalahi prinsip penggunaan kriteria Imkan Rukyat," imbuhnya.

 

BMKG Prakiraan Awal Ramadhan 2025
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) juga melakukan perhitungan awal Ramadhan 1446 Hijriah berdasarkan data hilal di 37 lokasi di Indonesia.


BMKG menyatakan bahwa pada 28 Februari 2025, posisi Matahari berkisar antara 3,02 derajat di Maluku dan Papua hingga 4,69 derajat di Sabang, Aceh.

Elongasi atau sudut antara Bulan dan Matahari bervariasi, dengan posisi terendah 4,78 derajat di Waris, Papua, dan tertinggi 6,4 derajat di Banda Aceh.

Berdasarkan kriteria MABIMS, hilal dianggap terlihat jika ketinggiannya minimal 3 derajat dan elongasi 6,4 derajat.

Hasil prakiraan BMKG menunjukkan bahwa hilal baru terlihat di beberapa daerah, sehingga awal Ramadhan 1446 H masih harus menunggu keputusan Sidang Isbat.

Muhammadiyah Tetapkan Awal Ramadhan 1 Maret 2025
Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah telah menetapkan awal Ramadhan 1446 Hijriah jatuh pada Sabtu, 1 Maret 2025. Keputusan ini berdasarkan metode hisab wujudul hilal yang dihitung secara astronomi.

Muhammadiyah juga telah mengeluarkan Kalender Hijriah Global Tunggal (KHGT) sejak 1 Muharram 1446 Hijriah.

Selain itu, Muhammadiyah telah menetapkan tanggal-tanggal penting lainnya selama tahun 1446 Hijriah, di antaranya:

- 1 Zulhijjah 1446 H: Rabu, 28 Mei 2025
- Hari Arafah: Kamis, 5 Juni 2025
- Idul Adha 1446 H: Jumat, 6 Juni 2025

 

Baca juga: Respon Aspirasi Masyarakat Soal E-Parkir, Haji Uma Koordinasi dengan DPRK dan Wali Kota Banda Aceh

Baca juga: Kapan Puasa? Awal Ramadhan 1446 H 1 atau 2 Maret? BRIN Prediksi Minggu: Aceh Penuhi Kriteria

Baca juga: HRB : Presiden Prabowo Targetkan Retret Diulang Kembali Tahun Depan atau 2027

 

 

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved