Konflik Palestina vs Israel

Eyal Zamir Panglima Militer Israel yang Baru Mengakui Hamas Belum Kalah, Misi Belum Berakhir

Eyal Zamir, mantan sekretaris militer perdana menteri Israel, mengatakan dia akan membawa kembali tawanan dari Gaza 'dengan cara apa pun

|
Editor: Faisal Zamzami
Anews/Tangkap Layar
PIMPIN IDF - Mayor Jenderal (Purn) Eyal Zamir mengambil alih sebagai panglima baru tentara Israel pada hari Rabu (5/3/2025). Dia menggantikan Herzi Halevi , yang memimpin militer selama perang genosida di Jalur Gaza. 

SERAMBINEWS.COM - Kepala Staf Angkatan Darat Israel yang baru, Eyal Zamir, secara resmi dilantik pada tanggal 5 Maret, menyampaikan pidato dan bersumpah bahwa “misi” melawan Hamas “belum selesai.”  

Upacara ini dilaksanakan lebih dari satu bulan setelah pengunduran diri pendahulunya, Herzi Halevi, diumumkan. 

Eyal Zamir, mantan sekretaris militer perdana menteri Israel, mengatakan dia akan membawa kembali tawanan dari Gaza 'dengan cara apa pun yang memungkinkan'.

“IDF telah mencapai prestasi yang mengesankan di medan perang. Kami memenangkan pertempuran di Gaza dan Lebanon; kami menyerang jauh di Yaman dan Iran. Hamas menerima pukulan berat, tetapi belum dikalahkan. Misi belum selesai,” kata Zamir dalam pidatonya. 

“Tugas moral kita jelas: Bawa semua orang pulang, dengan cara apa pun yang memungkinkan dan secepat mungkin,” imbuhnya, saat berbicara kepada keluarga tawanan Israel yang ditawan oleh kelompok perlawanan Palestina di Gaza.

Halevi berpidato selama upacara tersebut, menyerukan pembentukan komisi untuk menyelidiki peristiwa 7 Oktober 2023. 

“Pembentukan komisi penyelidikan negara itu perlu dan vital. Bukan untuk mencari siapa yang harus disalahkan, tetapi pertama-tama dan terutama untuk mencapai sumber masalah dan memungkinkan perbaikan,” katanya. 

“Pada 7 Oktober, IDF gagal. Itu adalah kegagalan yang mendalam. Namun, kegagalan sebesar ini tidak dapat diselidiki hanya di IDF dan Shin Bet.”

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu secara konsisten memblokir pembentukan  komisi semacam itu.

Herzi Halevi mengumumkan pengunduran dirinya pada 21 Januari karena kegagalannya mencegah Operasi Banjir Al-Aqsa milik Hamas

Beberapa pejabat militer dan intelijen lainnya juga berniat mengundurkan diri pada 7 Oktober, termasuk kepala dinas keamanan Shin Bet Israel, Ronen Bar. 

Beberapa laporan telah muncul sejak perang di Gaza dimulai, mengungkapkan bahwa otoritas Israel mengabaikan beberapa peringatan tentang Operasi Banjir Al-Aqsa.

Pengganti Halevi menjabat sebagai sekretaris militer Netanyahu dari tahun 2012 hingga 2015. 

Selama masa jabatannya sebagai kepala komando selatan Israel, Zamir memimpin pasukan dalam protes Great March of Return 2018-2019 di Gaza, ketika lebih dari 150 warga Palestina dan 10.000 lainnya terbunuh dan terluka oleh tentara. 

Pelantikannya dilakukan saat pasukan Israel terus melanggar dua perjanjian gencatan senjata yang terpisah – mempertahankan pendudukan di Lebanon selatan dan melancarkan serangan rutin ke negara tersebut, sembari menghalangi dimulainya tahap kedua perjanjian Gaza dan mengancam akan kembali berperang di jalur tersebut.

Baca juga: Barbarisme Israel, Bakar Rumah Warga Palestina di Jenin, Puluhan Dihancurkan, 40 Ribu Warga Terusir

Profil Eyal Zamir Panglima Baru Tentara Israel

 

Mayor Jenderal (Purn) Eyal Zamir mengambil alih sebagai panglima baru tentara Israel (IDF) pada Rabu (5/3/2025), menggantikan Herzi Halevi , yang memimpin IDF selama perang genosida di Jalur Gaza.

Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu bersama Menteri Pertahanan Israel Katz, memilih Zamir untuk jabatan tersebut bulan lalu.

Dalam jabatan barunya, Eyal Zamir akan memimpin semua operasi militer Israel, termasuk pengerahan pasukan ke Gaza, Suriah, dan Lebanon.

 
Berbicara pada upacara yang diadakan di markas besar Kementerian Pertahanan di Tel Aviv, Zamir berjanji untuk memimpin tentara Israel "menuju kemenangan."

"Tugas yang saya terima hari ini jelas: Memimpin IDF (tentara) menuju kemenangan," katanya, sambil bersumpah untuk membawa kembali tawanan Israel dari Gaza, dilansir Anews. Rabu.

"Tugas moral kami jelas; membawa semua orang pulang, dengan cara apa pun yang memungkinkan dan secepat mungkin," katanya.

Upacara tersebut dihadiri oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Menteri Pertahanan Israel Katz dan kepala Komando Pusat Angkatan Darat Amerika Serikat (AS), Michael Kurilla.

Israel memperkirakan kalau 59 sandera masih ditawan di Gaza, dengan sedikitnya 20 di antaranya masih hidup.

Para sandera Israel yang tersisa di Hamas ini semestinya akan dibebaskan pada fase kedua gencatan senjata, dengan syarat yang mengharuskan Israel menarik pasukannya sepenuhnya dari Gaza dan mengakhiri perang secara permanen.

Namun, Israel memilih untuk enggan meneruskan negosiasi tahap II tersebut.

 

Sementara itu, panglima militer yang akan lengser, Herzi Halevi, mengatakan bahwa dirinya bertanggung jawab atas kegagalan dalam menangkal serangan Hamas pada 7 Oktober 2023. Ia kembali menyerukan pembentukan komisi penyelidikan atas serangan tersebut.

Lebih dari 48.400 warga Palestina telah tewas, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak, dan lebih dari 111.000 lainnya terluka dalam perang brutal Israel di Gaza sejak Oktober 2023.

Serangan gencar yang menghancurkan daerah kantong itu dihentikan sementara berdasarkan perjanjian gencatan senjata dan pertukaran tahanan yang berlaku pada 19 Januari.

November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

 

 

Rekam Jejak Eyal Zamir, Penjagal Ratusan Pendemo Palestina

Eyal Zamir diketahui telah dua kali dipertimbangkan untuk menduduki jabatan kepala staf IDF, tetapi pada kedua kesempatan tersebut ia tidak dipilih dan digantikan oleh Halevi yang lengser dan pendahulunya, Aviv Kohavi.

Awalnya direkrut menjadi militer Israel pada tahun 1984, Zamir naik pangkat dari perwira tank hingga komandan Brigade Lapis Baja ke-7 pada tahun 2003 dan Divisi Lapis Baja ke-36 pada tahun 2009.

Eyal Zamir digadang-gadang bakal punya karier mentereng dalam posisi baru ini, bahkan kemungkinan bisa menjadi pemimpin masa depan Israel.

Ulasan Al Jazeera menyebut, satu di antara faktornya adalah karena Eyal Zamir merupakan 'orang dalam' atau meminjam istilah yang lagi tren, 'ordal' dalam pemerintahan Netanyahu.

"Faktor yang sangat penting bagi keberhasilannya dalam karier di masa depan adalah, ia menjadi sekretaris militer Netanyahu dari tahun 2012 hingga 2015, kemudian pemimpin komando selatan Israel selama tiga tahun berikutnya," tulis ulasan Al Jazeera.

Pada tahun terakhirnya di komando selatan, pasukan Zamir “menghadapi” pengunjuk rasa Palestina dari Gaza yang mengambil bagian dalam aksi 'Great March of Return'.

Pada penanganan aksi demo tersebut, pasukan Israel pimpinan Zamir membunuh lebih dari 150 pengunjuk rasa dan melukai 10.000 lainnya, termasuk 1.849 anak-anak, 424 wanita, 115 paramedis, dan 115 jurnalis.


Pada November 2018, Netanyahu mempromosikannya menjadi wakil kepala staf.

Pada awal protes, menyusul terbunuhnya 16 warga Palestina dalam satu hari di bulan Mei, Zamir membela tindakannya, dengan mengatakan pasukannya telah “mengidentifikasi upaya untuk melakukan serangan teror dengan kedok kerusuhan”.

Pada tahun 2021, ia meninggalkan militer dan Israel, berangkat ke Amerika Serikat, tempat ia menjadi peneliti tamu di lembaga pemikir Washington Institute for Near East Policy, kembali ke Israel pada tahun 2023 saat ia diangkat menjadi direktur jenderal Kementerian Pertahanan Israel.

 

Baca juga: Nasib Pilu Siswi SMP, Kini Hamil 7 Bulan Usai Dirudapaksa 3 Pria hingga Dikeluarkan dari Sekolah

Baca juga: Harga Emas Murni Hari Ini di Lhokseumawe Turun, Berikut Rincian Harga Kamis 6 Maret 2025

Baca juga: Kepala BKKBN Aceh Temui Illiza, Bahas Penurunan Angka Stunting di Banda Aceh

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved