Pertemuan Rahasia Amerika Serikat dan Hamas di Qatar Bikin Israel Khawatir

"Jika menyangkut negosiasi yang Anda maksud, yang pertama dan terutama, utusan khusus yang terlibat dalam negosiasi tersebut memiliki kewenangan," kat

Editor: Faisal Zamzami
Telegram/Brigade Al-Qassam
PEMBEBASAN SANDERA - Foto ini diambil dari publikasi Telegram Brigade Al-Qassam (sayap militer gerakan Hamas) pada Minggu (23/2/2025), memperlihatkan anggota Brigade Al-Qassam memamerkan senjata selama pertukaran tahanan gelombang ke-7 di Jalur Gaza pada Sabtu (22/2/2025). Pada Selasa (4/3/2025) Hamas menolak tuntutan Israel untuk demiliterisasi penuh di Jalur Gaza. 

SERAMBINEWS.COM - Amerika Serikat (AS) dan Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) mengonfirmasi pertemuan rahasia delegasi mereka di Doha, Qatar yang berlangsung dalam beberapa minggu terakhir.

AS dan Hamas membahas upaya pertukaran sandera yang masih tersisa di Jalur Gaza, termasuk sandera yang memegang kewarganegaraan ganda Israel-Amerika.

Juru bicara Gedung Putih, Caroline Levitt mengonfirmasi bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump telah mengadakan pembicaraan langsung dengan Hamas.

"Pembicaraan tersebut sedang berlangsung," kata Carolnie Levitt dalam konferensi pers, Rabu (5/3/2025).

"Jika menyangkut negosiasi yang Anda maksud, yang pertama dan terutama, utusan khusus yang terlibat dalam negosiasi tersebut memiliki kewenangan," katanya.

Ia mengatakan Israel telah diberitahu mengenai pembicaraan yang diusulkan oleh AS tersebut.

"Israel telah diajak berkonsultasi," ujarnya.

Juru bicara tersebut menjelaskan bahwa dialog yang dilakukan oleh AS dengan berbagai pihak di seluruh dunia untuk mencapai kepentingan terbaik rakyat AS seperti apa yang ditekankan oleh Trump.

"Ini adalah upaya dengan itikad baik untuk melakukan apa yang benar bagi rakyat Amerika," tambahnya.

Selain AS, seorang pemimpin perlawanan Palestina mengonfirmasi pertemuan delegasi AS dan Hamas di Qatar.

"Pertemuan itu dilakukan atas permintaan Amerika dan Israel terkejut karenanya," kata sumber tersebut kepada Al-Mayadeen, Rabu malam.

"Utusan Amerika hanya berbicara tentang pertukaran tahanan dan tidak membahas masalah yang terkait dengan gencatan senjata di Jalur Gaza dan berakhirnya perang," jelasnya.

Ia juga menjelaskan delegasi AS tidak mengajukan proposal pertukaran khusus.

"Pihak Amerika tidak mengajukan formula khusus untuk pertukaran tahanan, tetapi mendengarkan sudut pandang Hamas," katanya.

 
"Utusan Amerika meninggalkan kesan positif dari pertemuannya dengan delegasi kami," lanjutnya.

Pernyataan AS dan Hamas mengonfirmasi berita yang dilaporkan oleh surat kabar AS, Axios, yang mengatakan pemerintahan Donald Trump mengadakan pembicaraan langsung dan rahasia dengan Hamas mengenai sandera di Jalur Gaza.

Koresponden politik Axios, Barak Ravid, mengatakan pembicaraan yang dilakukan oleh utusan Donald Trump, Adam Boehler, adalah sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya karena AS tidak pernah berurusan langsung dengan Hamas.

Baca juga: Donald Trump Ultimatum Hamas: Ancam Bunuh Warga Gaza jika Tak Bebaskan Sandera

Israel Khawatir dengan Pertemuan AS dan Hamas

Kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengonfirmasi pihaknya mengetahui pertemuan delegasi AS dan Hamas secara langsung di Qatar.

"Israel telah menyampaikan pendapatnya kepada Amerika mengenai pembicaraan tersebut," kata kantor Netanyahu dalam pernyataannya.

Sementara itu, kedutaan Israel di AS menulis pernyataan bahwa mereka senang jika pembicaraan tersebut berhasil mengembalikan semua sandera.

"Jika perundingan AS-Hamas menghasilkan pengembalian semua tahanan, kami akan senang," kata kedutaan Israel dalam pernyataannya, seperti diberitakan Al Jazeera.

Di sisi lain, surat kabar Israel Today mengutip sumber pejabat Israel yang mengatakan, "Israel sangat khawatir dengan pembicaraan langsung pemerintahan Trump dengan Hamas."

Pertemuan delegasi AS dan Hamas yang diadakan di Qatar berlangsung dalam beberapa minggu terakhir, namun belum ada kesepakatan yang dicapai.

Pertukaran sandera gelombang ke-7 pada pertengahan Februari lalu sekaligus mengakhiri tahap pertama perjanjian gencatan senjata Israel-Hamas yang dimulai pada 19 Januari 2025.

Kedua pihak diharapkan segera mencapai kesepakatan tahap kedua perjanjian tersebut untuk kembali melakukan pertukaran tahanan.

Baca juga: Jadwal Pencairan dan Besaran Gaji Ke-13 dan 14 serta THR Pensiunan PNS 2025, Ini Komponennya

Baca juga: Wali Kota Lhokseumawe Gelar Apel Kendaraan Dinas Roda 4, Ini Temuannnya 

Baca juga: 15 Bulan Perang, Warga Palestina telah Merasakan Neraka yang Sesungguhnya

Sudah tayang di Tribunnews.com

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved