Breaking News

Kajian Islam

Hukum Anak Melawan Ayah Demi Membela Ibu, Apakah Termasuk Durhaka? Simak Penjelasan Tgk Alizar Usman

Tgk Alizar dalam penjelasan tertulisnya, memberikan dua pandangan hukum. Dalam Islam, kewajiban berbakti kepada ibu lebih didahulukan dibandingkan

Penulis: Yeni Hardika | Editor: Agus Ramadhan
Generate by AI
PERSERTERUAN KELUARGA - Foto ilustrasi seorang anak yang sedang bertengkar dengan ayahnya demi membela ibu hasil olah kecerdasan buatan Meta AI, Minggu (10/3/2025). Berikut penjelasan hukum anak melawan ayah demi membela ibu dalam pandangan Islam. (Generate by AI) 

SERAMBINEWS.COM – Berikut penjelasan hukum anak melawan ayah demi membela ibu.

Fenomena anak melawan orangtua memang kerap terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Tak terkecuali anak melawan salah seorang dari orangtuanya, demi membela yang satunya.

Seperti misalnya anak melawan ayah demi membela ibu.

Sekilas, judul “anak melawan ayah karena ibu” mungkin terdengar sesuatu yang aneh untuk dibahas. 

Namun faktanya, fenomena ini kerap terjadi dalam kehidupan nyata.

Ada banyak kasus di mana seorang anak, terutama laki-laki, berkonflik dengan ayah kandungnya demi membela sang ibu.

Motif perseteruan antara anak dan ayah ini beragam.

Beberapa anak ada yang mengaku pernah membentak atau bahkan bertengkar fisik dengan ayah mereka karena tidak tahan melihat ibunya diperlakukan dengan buruk.

Misalnya tindakan suami yang sering sekali memaki, membentak, bahkan melakukan kekerasan terhadap istrinya. Hal itu kadang kala dilakukan di depan anak-anak mereka. 

Situasi ini kemudian memicu dendam dan kebencian dalam diri anak, yang pada akhirnya bisa menyebabkan perlawanan terhadap ayah.

Ada lagi kasus lainnya, seorang anak melawan ayahnya karena merasa sang ayah telah berlaku tidak adil terhadap ibunya.

Baca juga: Ramadhan, Hukum Gibah padahal Sedang Puasa, Apakah Batal? Ini Penjelasannya

Situasi ini biasanya terjadi dalam kasus-kasus perselingkuhan, dimana sang istri merasa telah dikhianati oleh suaminya.

Persoalan ini menjadi semakin rumit ketika keluarga tersebut memiliki banyak harta dan aset, terutama jika anak-anak mereka telah sukses secara finansial.

Dalam banyak kasus, anak-anak lebih cenderung berpihak kepada ibu ketika terjadi perseteruan antara kedua orang tua mereka.

Dengan berbagai kasus serta motif, tak jarang muncul pertanyaan di kalangan masyarakat tentang hukum anak melawan ayah demi membela ibu.

Pertanyaan ini muncul seiring dengan hukum dasar anak melawan orang tua, yang telah berkembang di masyarakat.

Anak yang berlaku buruk kepada orangtua disebut sebagai durhaka dan ganjarannya ialah dosa.

Lalu, jika kasusnya anak melawan ayah karena membela ibu, apakah termasuk perbuatan durhaka?

Berkaitan dengan persoalan ini, Anggota Dewan Pembina Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, Tgk Alizar Usman SAg MHum telah memberikan penjelasannya.

Baca juga: Puasa Tapi Masih Chattingan dan Video Call dengan Lawan Jenis? Ini Hukum dan Dampaknya Pada Puasa

Penjelasan dari Alumni Dayah Istiqamatuddin Darul Muarrif, Lam Ateuk dan UIN Ar-Raniry Banda Aceh ini disampaikan menjawab pertanyaan Serambinews.com pada Sabtu (8/3/2025).

Berikut penjelasan lengkap Tgk Alizar Usman soal hukum anak melawan ayah karena membela ibu.

Hukum anak melawan ayah demi bela ibu

Tgk Alizar dalam penjelasan tertulisnya, memberikan dua pandangan hukum.

Dalam Islam, kewajiban berbakti kepada ibu lebih didahulukan dibandingkan ayah.

"Pada dasarnya taat kepada ibu lebih didahulukan daripada ayah," terang Tgk Alizar.

Hal ini juga didasarkan pada hadis Nabi Muhammad SAW berikut:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ، مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ صَحَابَتِي ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ؟ قَالَ أُمُّكَ، قَالَ ثُمَّ مَنْ، قَالَ أَبُوْكَ رواه البخاري ومسلم

Artinya: Dari Abu Hurairah RA, "Seseorang datang kepada Rasulullah SAW dan berkata, 'Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?' Nabi SAW menjawab, 'Ibumu!' Dan orang tersebut kembali bertanya, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi SAW menjawab, 'Ibumu!' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Beliau menjawab, 'Ibumu.' Orang tersebut bertanya kembali, 'Kemudian siapa lagi?' Nabi SAW menjawab, 'Kemuidan ayahmu.'" (HR Bukhari dan Muslim).

Baca juga: Istri Tikam Suami dengan Pisau di Flores Timur NTT, Pelaku Ditangkap Usai Kabur 6 Hari, Ini Motifnya

Disisi lain, meski berbakti kepada ibu lebih utama, Islam juga menegaskan bahwa taat kepada manusia tidak boleh mengarah pada kemaksiatan kepada Allah.

Tgk Alizar menjelaskan, perlu juga untuk melihat ketaatan ibu kepada Allah SWT, apakah ia telah berbuat maksiat.

"Misalnya justru ibu berbuat zalim kepada si ayah. Kalau dalam kasus seperti ini tidak wajib taat kepada si ibu," terang Tgk Alizar.

Situsai seperti ini sesuai juga digambarkan dalam sebuah kaidah islam yang menyatakan tidak ada taat kepada makhluk untuk maksiat kepada Allah. 

لا طاعة لمخلوق في معصية الخالق

Artinya : "Tidak ada ketaatan kepada makhluk dalam kemaksiatan kepada Sang Pencipta."

Oleh karena itu, sambung Tgk Alizar, jika seorang anak menghadapi konflik dengan kondisi dalam uraian sebelumnya, maka langkah yang harus dilakukan si anak adalah bagaimana hak ibu bisa dioptimalkan, sekaligus tanpa melawan sang ayah. Wallahuaklambisshawab.

(Serambinews.com/Yeni Hardika)

BACA BERITA LAINNYA DI SINI

Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved