Podcast Serambi

Apa yang Harus Dihindari Agar Puasa Ramadhan Jadi Lebih Bermakna?

"Puasa mengajarkan kita untuk bersikap sabar, menjaga lisan, dan tidak terlibat dalam pertengkaran." jelas Tgk Wahyu. 

Penulis: Gina Zahrina | Editor: Ansari Hasyim
Tangkapan Layar Youtube Serambinews
SERAMBI RAMADHAN - Pengurus ISAD Aceh, Tgk. Wahyu Mimbar, S.Pd.I, M.Ag menjadi narasumber dalam program Serambi Ramadhan dengan tema ' Ramadhan Sebagai Bulan Peningkatan Kualitas Diri: Apa Yang Harus Dihindari?' di pandu oleh hots Gina Zahrina dan disiarkan secara langsung lewat kanal Youtube dan facebook Serambinews.com, Kamis (13/3/2025). 

SERAMBINEWS.COM BANDA ACEH - Bulan Ramadhan merupakan waktu yang penuh dengan keberkahan bagi umat Islam. 

Selain dikenal sebagai bulan yang penuh ampunan dan rahmat, Ramadhan juga menjadi waktu yang sangat baik untuk memperbaiki diri dalam aspek spiritual dan sosial. 

Puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan haus, tetapi juga menjadi proses pembinaan diri agar kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik. 

Dengan menjalankan puasa dengan penuh kesadaran, kita dapat meningkatkan kualitas diri, memperbaiki akhlak, dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.

Dalam kesempatan podcast Serambi News yang diselenggarakan pada Kamis (13/3/2025), Tgk. Wahyu Mimbar, S.Pd.I, M.Ag, pengurus Ikatan Sarjana Alumni Dayah (ISAD) Aceh, berbagi pandangannya mengenai bagaimana puasa bisa meningkatkan kualitas diri seorang Muslim. 

Tgk Wahyu menjelaskan bahwa puasa memiliki peran penting dalam memperbaiki akhlak, memperkuat iman, serta meningkatkan kesadaran spiritual. 

Namun, untuk memastikan bahwa puasa yang kita jalankan benar-benar bermakna dan mendatangkan manfaat, ada beberapa hal yang perlu dihindari selama menjalani puasa.

"Jika kita masih berbicara dusta atau bertindak bodoh, maka puasa kita tidak akan membawa manfaat. Puasa mengajarkan kita untuk memperbaiki lisan dan perilaku," Kata Tgk Wahyu. 

Tgk Wahyu juga mengutip hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, yang mengingatkan bahwa jika seseorang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka puasa yang dijalankan akan sia-sia. 

"Barang siapa tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta serta bertindak bodoh, maka bagi Allah tiada gunanya ia meninggalkan makan dan minum." (HR. Bukhari).

Selain menjaga perkataan, Tgk. Wahyu juga menekankan pentingnya menjaga sikap selama berpuasa.

Puasa tidak hanya mengajarkan kita untuk menahan rasa lapar dan haus, tetapi juga mengajarkan kesabaran dan menjaga diri dari perbuatan tercela. 

"Puasa mengajarkan kita untuk bersikap sabar, menjaga lisan, dan tidak terlibat dalam pertengkaran." jelasnya. 

Tgk Wahyu juga mengutip hadits Nabi Muhammad SAW yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah, yang mengingatkan bahwa puasa adalah perisai yang melindungi kita dari perbuatan tercela.

"Pada hari seseorang dari kamu berpuasa, janganlah ia berkata kotor dan berbuat gaduh. Jika ada orang yang mengajak berbantah atau bermusuhan, hendaklah ia mengatakan: Saya sedang berpuasa." (HR. An-Nasa’i).

Dengan menghindari hal-hal yang dapat merusak kualitas puasa, kita dapat meraih keberkahan yang lebih besar serta mendapatkan pahala yang berlimpah.

Ramadhan adalah kesempatan untuk membersihkan hati, memperbaiki akhlak, dan meningkatkan ketakwaan. 

Melalui puasa, kita dapat menjadi pribadi yang lebih baik, lebih sabar, dan lebih taat kepada Allah SWT

(Serambinews.com/Gina Zahrina)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved