Opini

Tradisi Ramadan dalam Kehidupan Masyarakat Aceh

Begitu awal Ramadan ditetapkan dan dimulai, lazim ritme kehidupan masyarakat Aceh berubah. Aktivitas mereka dimulai lebih awal, di sepertiga malam

Editor: Ansari Hasyim
IST
Abdul Manan, Dosen Antropologi UIN Ar-Raniry 

Shalat Tarawih dan Perbedaan Rakaat

Usai berbuka dan shalat magrib, tidak lama menunggu masuk waktu shalat Isya. Saat ini masyarakat berbondong-bondong menuju masjid atau meunasah untuk shalat Isya, tarawih dan witir. Di Aceh, ada dua tradisi dalam jumlah rakaat tarawih. Ada yang melaksanakan 20 rakaat ditambah tiga rakaat witir. Ada pula 8 rakaat ditambah 3 rakaat witir. 

Meskipun rakaat tarawih itu berbeda di Aceh, tetapi tak ada perpecahan apalagi konplik, hanya perbedaan pendapat yang tetap dihormati. Biasanya, bakda shalat Isya atau menjelang Tarawih, di masjid atau meunasah digelar ceramah yang disampaikan para mubalig baik oleh ulama setempat maupun ulama yang diundang dari daerah luar. Lazim ceramah durasinya tidak terlalu lama.

Ibadah Suluk: Tradisi Tarekat di Aceh

Di beberapa daerah di Aceh, terutama lingkungan dayah, terdapat ibadah khusus yang disebut suluk. Suluk ini adalah praktik ibadah tasawuf untuk mendekatkan diri kepada Allah melalui zikir, wirid, shalat sunnah, dan tadabbur Al-Qur’an.

Tradisi suluk, salah satu ajaran dari aliran Tasawuf Tarekat Naqsyabandiyah itu diartikan sebagai jalan mendekatkan diri dengan Allah. Melalui suluk, seseorang membersihkan jiwa dari keburukan atau dosa.

Murid tarekat (sālek) yang mengikuti suluk dipandu oleh seorang mursyid. Mereka menjalani kehidupan yang lebih asketis, termasuk pantangan mengonsumsi makanan bernyawa atau berdarah seperti ikan, udang, daging dll. Keyakinannya, makanan tersebut dapat menutup pintu hati, membuat tubuh terasa berat dan membangkitkan hawa nafsu, menjauhkan dari ketenangan spiritual.

Menariknya, ibadah suluk itu yang dilakukan ada 10 hari ada juga 30 hari, jemaah menutupi kepala dengan kain panjang, sorban, atau mukena. Mereka larut dalam zikir dan keharuan.

Dalam suluk, momen ini disebut tawajuh zikir ismu zat fi qalbi atau berzikir dalam hati. Jemaah menutup diri dengan kain dimaknai dengan memisahkan diri dari urusan dunia untuk menghadap Sang Pencipta, Allah Swt. 

Mereka juga menutup mata, tetapi membuka mata hati. Inilah jalan sunyi menyucikan jiwa.

Tadarus dan Nuzulul Qur’an

Tadarus atau meudaroh adalah tradisi membaca Al-Qur’an di malam hari di masjid atau meunasah sepanjang Ramadan. Para lelaki duduk melingkar, masing-masing dengan reuhai, bangku kecil tempat meletakkan mushaf. Bacaan mereka dikumandangkan melalui pengeras suara, menghidupkan suasana malam Ramadan.

Di masa lalu, tadarus dibagi dalam tiga kelompok. Orang tua, dewasa, dan remaja. Kini, mereka bergabung agar yang lebih mahir bisa membimbing yang masih belajar. Biasanya, tadarus berlangsung hingga larut malam, bahkan sampai menjelang subuh.

Di penghujung Ramadan, saat seluruh Al-Qur’an telah dikhatamkan, masyarakat mengadakan khanduri khatam Al-Qur’an, sebuah perjamuan sederhana dengan kopi dan kue yang dikumpulkan secara sukarela.

Pada 17 Ramadan, masyarakat Aceh memperingati Nuzulul Qur’an, hari turunnya Al-Qur’an. Di Aceh perayaannya beragam. Ada diawali buka puasa bersama hingga pengajian yang menghadirkan ulama sebagai penceramah.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved