Jurnalisme Warga
Pesan Persaudaraan Kedubes Turkiye kepada Aceh Saat Ramadhan
Bantuan dari Turkiye tersebut akan disalurkan melalui Global Meutuah Foundation (GMF), sebuah lembaga kemanusiaan asal Aceh
ZULFURQAN, Ketua Global Meutuah Foundation dan alumnus Dayah Jeumala Amal, melaporkan dari Banda Aceh
Ketika dalam perjalanan pulang mengendarai sepeda motor ke rumah, tiba-tiba telepon saya berdering. Saya menghentikan sepeda motor di pinggir jalan. Rupanya Adsiz, Koordinator Turkiye Diyanet Vakfi (TDV) wilayah Asia yang menghubungi. Bergegas saya angkat karena Adsiz pasti ingin berkoordinasi terkait penyaluran 1.000 paket pangan yang terdiri ataa 500 paket sembako dan 500 paket iftar Ramadhan kepada masyarakat Aceh.
Bantuan dari Turkiye tersebut akan disalurkan melalui Global Meutuah Foundation (GMF), sebuah lembaga kemanusiaan asal Aceh yang saya dirikan bersama empat sahabat saya, yaitu Ryanda Saputra, Thariq Farline, Astri Maulida, dan Hidayatullah.
Saya dan Adsiz berdiskusi sekitar 15 menit. Dalam pembicaraan tersebut Adsiz mengatakan bahwa Indonesia dengan populasi manusia terbanyak dan beragama mayoritas Islam penting bagi Turkiye. Kepada Adsiz saya juga menyampaikan bahwa Turkiye juga sangat penting bagi Aceh, karena sejarah persahabatan pada masa dahulu dan bantuan Turkiye untuk Aceh saat dilanda tsunami.
Adsiz meminta kami bersilaturahmi dengan orang-orang di Kedutaan Besar Turkiye di Jakarta. Permintaan Adsiz saya iyakan dengan senang hati. Kemudian, saya berdiskusi dengan pengurus GMF terkait siapa yang akan berangkat ke Jakarta. Akhirnya, diputuskan Ryanda Saputra selaku Pembina GMF dan saya selaku Ketua GMF berangkat ke Jakarta. Perjalanan kami ke sana merupakan langkah besar bagi GMF dalam menjalin hubungan internasional serta menjadi kesempatan untuk mempererat hubungan emosional antara Aceh dengan Turkiye.
Kami pun menghubungi Mohammad Amar, salah seorang alumnus yang pernah menempuh pendidikan di Turkiye guna memfasilitasi kami bertemu orang di kedutaan. Amar sendiri merupakan salah satu sahabat kami berlima pengurus GMF. Tak berselang lama Amar pun mulai berkomunikasi dengan pihak kedutaan untuk menjadwalkan pertemuan tersebut.
Saat saya berangkat ke Jakarta pada 25 Februari 2025 melalui Bandara Sultan Iskandar Muda, Ryanda sudah duluan berada di Jakarta. Kami menginap di Cikini, Kecamatan Menteng, Jakarta Pusat. Di hotel tempat menginap, kami dan teman-teman terus berdiskusi di grup WhatsApp untuk mempersiapkan pertemuan. Bahkan, di tengah malam, Ryanda dan saya pergi ke percetakan di Tebet untuk mencetak 'company profile' dan mengambil plakat yang akan diserahkan untuk orang di kedutaan. Kalau kami cetak di Aceh tidak cukup lagi waktunya.
Esoknya, kami pergi menuju Kantor Kedutaan Besar Turkiye. Kami disambut cukup hangat oleh Bapak Abdulhamit dengan senyuman. Kami disuguhi teh dan kopi khas Turkiye. Di ruangan pertemuan, berjejer rak buku serta aneka aksesori khas Turkiye. Pertemuan dengan Pak Abdulhamit berlangsung sekitar 45 menit. Ia mengatakan bahwa Aceh adalah saudaranya Turkiye. Dalam literatur yang dibacanya, Aceh memiliki hubungan kuat pada masa dahulu. Turkiye ingin menjaga hubungan tersebut secara berkelanjutan.
Abdulhamit mengharapkan agar tidak melihat jumlah bantuan yang akan disalurkan Turkiye pada Ramadhan kali ini. Implementasi bantuan tersebut hanya bagian agar mereka bisa merasakan suasana Ramadhan di Aceh serta memperkuat solidaritas muslim. Aceh dan Turkiye merupakan saudara seiman. Menurutnya, antarnegara-negara muslim di dunia harus bersatu untuk menyelesaikan berbagai persoalan. Masalah berat akan terasa ringan bila dikerjakan bersama-sama. Kepada Pak Abdulhamit kami sampaikan bahwa Aceh telah menerapkan syariat Islam serta terbuka terhadap peluang-peluang investasi. Penerapan syariat Islam justru akan menjaga keberlangsungan investasi.
Hal lain yang membuat saya takjub adalah saat Atase Pertahanan Turkiye turut menghampiri pertemuan kami. Saya tidak sempat menanyakan namanya. Pak Abdulhamit kemudian memperkenalkan kami sebagai orang GMF yang berasal dari Aceh. Saat mengetahui kami berasal dari Aceh, Atase Pertahanan Turkiye tersebut spontan mengatakan, “We are sibling. (Kita bersaudara)." Pembicaraan kami dengannya pun menjadi semakin akrab.
Usai pertemuan, kami menyerahkan plakat dan kopi asal Aceh, sembari menjelaskan bahwa kopi Aceh telah 'go international' karena rasanya sangat enak. Setelah itu kami pun duduk kembali. Tiba-tiba, dengan penuh senyuman, Pak Abdulhamit memfasilitasi kami bertemu dengan Duta Besar Turkiye, H.E.Talip Kucukcan, yang ruang kerjanya yang berada di gedung berbeda. Tentu saja kami merasa terhormat dipertemukan dengan Duta Besar Turkiye untuk Indonesia ini.
Tidak berapa lama, azan zuhur berkumandang. Kami diajak melaksanakan shalat di masjid yang berada berdekatan dengan Kantor Kedutaan Turkiye. Usai shalat, kami bergegas menuju ruangan kantor Pak Talip. Perbincangan kami dengan beliau berlangsung sekitar 20 menit. Kepadanya, kami menjelaskan program-program yang akan kami laksanakan bersama TDV. Meskipun baru pertama kali bertemu, perbincangan berlangsung penuh keakraban. Sesekali kami juga bercanda.
Pak Talip mengatakan akan mengunjungi Aceh setelah hari raya Idulfitri. Ia juga meminta Pak Abdulhamit juga datang menuju Bumi Serambi Makkah ini.
Di akhir pertemuan, kami pun foto bersama. Pak Abdulhamit juga mengatakan jika ke depan membutuhkan sesuatu bisa menghubungi dirinya. Semoga hubungan Aceh dan Turkiye semakin erat dan terjalin abadi.
Rasanya begitu luar biasa bisa bertemu dengan orang-orang di Kedutaan Besar Turkiye di Jakarta. Semoga jalinan emosional antara Aceh, Indonesia, dengan Turkiye dapat senantiasa terjaga.
Penyaluran 1.000 paket pangan
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.