Gempa Thailand

Gempa Thailand: Sensor AS Deteksi Tanda-Tanda Aneh di Tengah Reruntuhan Gedung 30 Lantai di Bangkok

Sensor tersebut mendeteksi tanda-tanda ‘aneh’ aktivitas antara lantai 17 dan 21, lokasi di mana sebagian besar orang yang dinyatakan hilang saat kerja

Penulis: Agus Ramadhan | Editor: Muhammad Hadi
Sakchai Lalit/Associated Press
GEDUNG ROBOH - Lokasi konstruksi gedung 30 lantai di Bangkok, Thailand yang roboh usai gempa Magnitudo 7,7 melanda pada Jumat (28/3/2025) waktu setempat. 

Pekerja tidak punya pilihan lain selain membongkar pecahan beton yang pecah secara perlahan, bekerja dari atas ke bawah.

Pihak berwenang Bangkok mengonfirmasi bahwa hingga pukul 8:00 pagi Selasa (1/4/2025), jumlah orang yang tewas akibat gempa bumi di gedung tersebut adalah 13 orang.

 Selain itu, 19 orang terluka dan lebih dari 70 orang masih hilang.

Namun, beberapa sumber mengatakan kepada NDTV bahwa jumlah korban bisa mencapai 300-400.

K9 USAR, Asosiasi Anjing Penyelamat Thailand, bergabung dalam operasi penyelamatan, memberikan secercah harapan.

Dalam video dan foto yang dibagikan di halaman Facebook K9 USAR Thailand, anjing-anjing itu berjalan hati-hati dan mengendus tanda-tanda kehidupan di reruntuhan.

Penangan anjing dengan cermat menilai area tersebut untuk mengetahui adanya bahan bangunan yang stabil, serpihan, benda tajam, suhu permukaan, dan cengkeraman, sebelum memutuskan apakah akan membiarkan anjing memakai sepatu atau bertelanjang kaki saat bertugas.

Anggota tim penyelamat K9 mengatakan bahwa meskipun mereka "sedikit lelah", kelompok tersebut masih berharap anjing-anjing tersebut dapat membantu menemukan orang-orang hilang.

Thailand Lakukan Penyelidikan

Pemerintah Thailand tengah menyelidiki runtuhnya sebuah gedung setinggi 30 lantai yang baru dibangun akibat gempa bumi yang terjadi beberapa waktu lalu.

Dalam investigasi awal, tim ahli menemukan bahwa baja yang digunakan dalam konstruksi gedung tersebut berkualitas buruk, yang diduga menjadi salah satu faktor utama kelemahan struktur bangunan.

Sampel baja berbagai ukuran yang dikumpulkan dari lokasi runtuhnya gedung 30 lantai diyakini tidak memenuhi standar dalam uji yang dilakukan oleh Institut Besi dan Baja Thailand terkait berat, komposisi kimia, dan ketahanannya.

Kepala kelompok kerja di Kementerian Perindustrian Thailand, Thitipas Choddaechachainun, mengatakan baja tersebut diproduksi oleh perusahaan yang sama, yang pabriknya telah ditutup sejak Desember 2024.

Namun, ia tidak menyebutkan nama perusahaan tersebut.

Gambar batang baja yang dibagikan oleh Kementerian Perindustrian Thailand dan media lokal menunjukkan merek "Sky".

Itu merupakan baja yang diproduksi oleh Perusahaan Baja Xin Ke Yuan, yang memiliki pabrik di provinsi Rayong, Thailand.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved