Luar Negeri

Update Korban Gempa Myanmar Capai 2.719, Kantong Mayat Tidak Cukup, Konflik Junta Menambah Parah

Jumlah korban tewas akibat gempa bumi di Myanmar telah meningkat menjadi lebih dari 2.700.

Editor: Faisal Zamzami
Tangkapan layar YouTube Radio Free Asia
GEMPA DI MYANMAR - Tangkapan layar YouTube Radio Free Asia yang diambil pada Minggu (30/3/2025). Jumlah korban tewas akibat gempa bumi di Myanmar telah meningkat menjadi lebih dari 2.700. 

SERAMBINEWS.COM - Jumlah korban tewas akibat gempa bumi di Myanmar telah meningkat menjadi lebih dari 2.700.

Sementara ratusan lainnya masih hilang.

Pemerintah militer negara itu mengonfirmasi pada hari Senin (31/3/2025).

Jenderal Senior Min Aung Hlaing, kepala pemerintahan militer Myanmar (Junta), mengatakan pada hari Selasa bahwa 2.719 orang telah dipastikan tewas, 4.521 orang terluka, dan 441 orang masih hilang, dikutip dari ITV.

Jumlah kematian dan cedera sebenarnya diyakini jauh lebih tinggi daripada angka resmi, karena para ahli memperingatkan peluang menemukan korban selamat berkurang secara signifikan setelah 72 jam.

Gempa bumi hari Jumat dengan episentrum dekat Mandalay - kota terbesar kedua di Myanmar - diikuti oleh sejumlah gempa susulan, termasuk satu gempa berkekuatan 6,4 skala Richter .

Kerusakan luas telah dilaporkan setelah gempa bumi menyebabkan jembatan dan bangunan runtuh, termasuk di Bangkok, di mana pihak berwenang berusaha membebaskan puluhan orang yang diyakini terjebak di bawah reruntuhan gedung tinggi yang sedang dibangun.

Sementara itu, bantuan asing dan tim penyelamat internasional dari Rusia, Tiongkok, dan India mulai berdatangan di Myanmar yang dilanda perang setelah junta militer mengeluarkan permohonan bantuan yang langka.

Baca juga: Kodam Iskandar Muda Salurkan Bantuan Kemanusiaan untuk Korban Gempa Myanmar

Kantong Mayat Habis

Elaine Pearson, Direktur Asia di Human Rights Watch, mengatakan kepada ITV News pada hari Selasa bahwa kota Sagaing telah kehabisan kantong mayat.

Hal ini menyebabkan polusi bau mayat membusuk.

"Sagaing, misalnya, Anda tahu, orang-orang masih terjebak di reruntuhan," katanya.

"Sepertinya mereka kehabisan kantong mayat, jadi bau busuk mayat membusuk tercium di udara.

"Mayat-mayat menumpuk untuk dikremasi."

 
Ia menekankan betapa pentingnya bagi organisasi internasional untuk bekerja sama dengan kelompok masyarakat sipil setempat guna mencegah bantuan disalahgunakan atau dikorupsi, seperti yang terjadi di masa lalu, khususnya dengan militer.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved