Perang Gaza

PBB Sebut Situasi di Gaza 'Neraka', Desak Bantuan Kemanusiaan dan Pembebasan Sandera

Ia menguraikan berbagai tantangan yang dihadapi oleh penduduk, yang selain menghadapi pemboman setiap hari, juga "berjuang melawan penyebaran dan peni

Editor: Ansari Hasyim
Wafa
PENGUNGSI GAZA - Foto yang diambil dari kantor berita Wafa tanggal 8 April 2025 memperlihatkan situasi di tenda-tenda pengungsian di Al Rimal, Kota Gaza. 

“Tidak ada sama sekali pasokan yang masuk dalam kurun waktu lebih dari 40 hari,” yang berarti OCHA “kehabisan segalanya, termasuk pasokan medis dan trauma yang penting.”

Israel Cegah Perbaikan Jaringan Pipa Air dan Mengubahnya jadi Alat Genosida

Seorang juru bicara pemerintah kota Gaza mengatakan gangguan berkelanjutan Israel terhadap jaringan pipa Mekorot memperburuk krisis air di Jalur Gaza.

Militer menghentikan aliran air dari perusahaan Israel Mekorot ke Jalur Gaza pada awal April, memutus 70 persen pasokan air di wilayah kantong Palestina itu.

Juru bicara itu mengatakan pasukan Israel menolak akses bagi kru perbaikan yang berupaya memperbaiki infrastruktur air yang rusak, dan bahwa perbaikan dapat dilakukan, sehingga air yang sangat dibutuhkan dapat sampai ke beberapa bagian kota, hanya dalam waktu 24 jam.

Kantor media Gaza mengatakan Israel telah mengubah air menjadi alat genosida.

Kantor tersebut menyatakan bahwa Israel sengaja mengganggu dua jaringan pipa air Mekorot di sebelah timur Kota Gaza dan di wilayah provinsi tengah, dan juga memutus jalur listrik yang memasok pabrik desalinasi di wilayah Deir el-Balah, yang menyebabkan penghentian total produksi air desalinasi.

Klaim ini didukung oleh informasi terkini yang diberikan oleh PBB, yang mengecam penutupan pabrik desalinasi.

Berikut ini beberapa poin penting dalam pernyataan Kantor Media Pemerintah Gaza seperti dilapaorkan jariangan berita Al Jazeera:

Pendudukan telah menghancurkan lebih dari 90 persen infrastruktur air dan sanitasi, mencegah kru teknis mencapai Gaza untuk memperbaiki infrastruktur yang rusak, dan menargetkan pekerja saat menjalankan tugas kemanusiaan mereka.

Kami telah mencatat lebih dari 1,7 juta kasus penyakit terkait air, selain kematian lebih dari 50 warga Palestina, yang sebagian besar adalah anak-anak, akibat dehidrasi dan kekurangan gizi.

Kami dengan mendesak mengimbau masyarakat internasional dan badan-badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk mengambil tindakan segera dan efektif guna menghentikan kejahatan perampasan air.

Tentara Biadab Israel Tembak Siapa Saja yang Bergerak di Shujayea Jalur Gaza Tengah

Situasi di Shujayea Kota Gaza telah menjadi sangat tegang dan sangat berbahaya, seiring majunya militer Israel setelah perintah evakuasi paksa dikeluarkan kemarin.

Warga Palestina di daerah itu, terutama mereka yang tidak mengungsi, kini terjebak.

Tank-tank Israel mengepung daerah itu dan ditempatkan di titik yang sangat strategis yang menghadap ke seluruh lingkungan.

Warga Palestina di daerah itu mengatakan bahwa siapa pun yang bergerak atau mencoba bergerak dari satu tempat ke tempat lain akan ditembak oleh tentara Israel.

Pasukan Israel juga telah menargetkan berbagai wilayah di Khan Younis. Yang terakhir adalah serangan udara terhadap sekelompok orang, yang mengakibatkan tewasnya seorang warga Palestina.

Pasukan Israel juga telah mengumumkan bahwa mereka telah menyelesaikan Koridor Morag, yang telah mereka kerjakan sejak mereka memulai invasi di Rafah.

Menurut pejabat Israel, ini adalah Koridor Philadelphia lainnya, tetapi yang ini memisahkan Khan Younis dan Rafah.

Penting untuk diketahui bahwa sebagian besar lahan pertanian berada di Rafah, khususnya di dekat Koridor Morag.

Israel Mengepungan Rafah untuk Batasi Pergerakan Hamas

Militer Israel mengatakan bahwa mereka kini telah menyelesaikan pembangunan Koridor Morag, yang memisahkan kota selatan Rafah dari wilayah Gaza lainnya.

Sementara Israel mengatakan pembentukan Koridor Morag murni operasional dan dimaksudkan untuk membatasi Hamas, itu sebenarnya bagian dari strategi jangka panjang Israel untuk mengendalikan Gaza dari jauh, Robert Geist Pinfold, seorang dosen keamanan internasional di King's College London, mengatakan kepada Al Jazeera.

"Di satu sisi, ini adalah pengepungan klasik di abad pertengahan pada tahun 2025. Di sisi lain, saya pikir ada logika strategis jangka panjang yang lebih mengkhawatirkan di balik ini. Israel selalu berusaha untuk mengendalikan Jalur Gaza, khususnya untuk mengawasi apa yang masuk dan apa yang keluar dan 'keamanan' atas wilayah tersebut, sebagaimana Israel menyebutnya," katanya kepada Al Jazeera.

"Koridor (Morag, Netzarim dan Philadelphi) ini diberi nama berdasarkan permukiman, dan permukiman tersebut tidak muncul di sana secara acak. Koridor-koridor tersebut dibangun di sana untuk tujuan khusus ini: untuk memutus wilayah perkotaan Gaza dan memberi Israel kemampuan untuk memeras wilayah tersebut kapan saja dan jika diinginkan," katanya.

Menhan Israel: Rafah Sekarang jadi Bagian dari 'Zona Keamanan'

Israel Katz, menteri pertahanan Israel, mengatakan tentara negara itu telah merebut apa yang disebutnya “Koridor Morag”, sebuah rute di Gaza selatan yang memisahkan Rafah dari wilayah lainnya di Jalur Gaza.

Langkah ini secara efektif mengubah Rafah menjadi zona keamanan Israel, katanya.

Dalam sebuah pernyataan, Katz mengancam warga Palestina di Gaza, dengan mengatakan, “Ini adalah kesempatan terakhir untuk mengusir Hamas dan membebaskan semua sandera, serta menghentikan perang.”

Jika mereka tidak melakukan apa yang dikatakannya, lanjutnya, operasi Israel akan menyebar ke sebagian besar wilayah Gaza.

Katz juga mengatakan bahwa Koridor Netzarim, rute yang membagi Jalur Gaza menjadi dua, juga akan diperluas. Israel menarik diri dari Koridor Netzarim sebentar selama gencatan senjata awal tahun ini, tetapi merebutnya lagi ketika Israel melanjutkan permusuhan.

“Jalan yang disengaja,” lanjutnya, akan diberikan kepada warga Palestina yang ingin meninggalkan Gaza, seraya menyebut lagi rencana Presiden AS Trump untuk mengeluarkan warga Palestina dari Gaza.

Hamas Serukan Pembebasan Tawanan sebagai Imbalan atas Diakhirinya Perang

Gerakan Perlawanan Palestina Hamas mengatakan, meningkatnya seruan di dalam entitas pendudukan untuk menghentikan perang dan membebaskan para tahanan menegaskan tanggung jawab Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dalam memperpanjang perang dan atas penderitaan para tahanan dan rakyatnya.

Ini tampaknya merujuk pada lebih dari seribu prajurit cadangan pasukan khusus Israel yang mengisyaratkan dukungan mereka terhadap prajurit cadangan angkatan udara yang akan diberhentikan  dari tugas aktif setelah menyerukan diakhirinya perang Israel di Gaza.

Pernyataan itu berlanjut, “Darah anak-anak Gaza dan tahanan pendudukan adalah korban ambisi Netanyahu untuk tetap berkuasa dan terhindar dari tuntutan hukum”.

“Persamaannya jelas: pembebasan tawanan sebagai ganti penghentian perang. Dunia menerimanya, tetapi Netanyahu menolaknya. Setiap hari penundaan berarti lebih banyak pembunuhan warga sipil yang tak berdaya di antara rakyat kita dan nasib yang tidak diketahui bagi para tahanan pendudukan,” sebut Hamas.

Barbarisme Israel, Keluarkan Lebih Banyak Perintah Pemindahan Paksa di Gaza

Pada X, juru bicara bahasa Arab tentara Israel telah memerintahkan penduduk di banyak lingkungan di Khan Younis untuk pergi, sambil memperingatkan akan adanya serangan yang akan segera terjadi dengan kekuatan besar.

Juru bicara tersebut memerintahkan semua penduduk Jalur Gaza yang berada di wilayah Khan Younis dan di lingkungan sekitar: Qizan al-Najjar, Qizan Abu Rashwan, al-Salam, al-Manara, al-Qurain, Maan, al-Batn al-Sameen, Jurt al-Lot, al-Fakhari dan lingkungan selatan Bani Suhaila, untuk meninggalkan rumah mereka sebelum serangan terjadi dan menuju al-Mawasi, sebelah barat kota di pesisir laut Gaza.

Juru bicara tersebut mengklaim bahwa Hamas menembakkan roket ke Israel dari daerah ini.

Sebelumnya, Aljazeera melaporkan bahwa tentara Israel mengatakan bahwa tiga roket yang ditembakkan dari Jalur Gaza berhasil dicegat tanpa menimbulkan korban.(*)

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved