Breaking News

Opini

Strategi Perguruan Tinggi Dorong Inovasi Kesehatan

Gagasan yang disampaikan dalam orasi tersebut menunjukkan bahwa perguruan tinggi tidak boleh hanya menjadi menara gading yang terpisah dari realitas

Editor: mufti
IST
Prof Dr dr Rajuddin SpOG(K) Subsp FER, Guru Besar Fakultas Kedokteran USK dan Sekretaris ICMI Orwil Aceh 

Prof Dr dr Rajuddin SpOG(K) Subsp FER, Guru Besar Fakultas Kedokteran USK dan Sekretaris ICMI Orwil Aceh

ORASI ilmiah yang disampaikan oleh Dr dr Andani Eka Putra MSc pada peringatan Milad ke-43 Fakultas Kedokteran USK memberi perspektif komprehensif mengenai transformasi sistem kesehatan Indonesia dan peran strategis perguruan tinggi dalam mewujudkan kemandirian kesehatan nasional. Melalui identifikasi berbagai fenomena transformasi, orasi tersebut memberikan kerangka pemikiran yang berharga dalam pengembangan sistem kesehatan Indonesia yang lebih tangguh dan mandiri.

Gagasan yang disampaikan dalam orasi tersebut menunjukkan bahwa perguruan tinggi tidak boleh hanya menjadi menara gading yang terpisah dari realitas kebutuhan masyarakat dan industri. Sebaliknya, perguruan tinggi perlu menjadi bagian integral dari ekosistem inovasi kesehatan nasional yang bersinergi dengan pemerintah dan industri dalam mengembangkan solusi inovatif bagi tantangan kesehatan bangsa.

Menghadapi berbagai tantangan tersebut Dr Andani dalam orasi ilmiahnya menawarkan sejumlah strategi yang dapat diterapkan oleh perguruan tinggi untuk memperkuat peran mereka dalam ekosistem inovasi kesehatan nasional. Strategi-strategi ini merupakan respons sistematis terhadap permasalahan yang telah diidentifikasi sebelumnya. Strategi pertama yang diusulkan adalah melakukan reorientasi pada fokus penelitian di perguruan tinggi dari yang semula dominan berfokus pada publikasi ilmiah menjadi lebih berorientasi pada pengembangan produk.

Hal ini mencakup perubahan paradigma dalam mengevaluasi kinerja penelitian, pengembangan roadmap penelitian yang bermuara pada produk, serta pemberian insentif dan penghargaan bagi peneliti yang berhasil mengembangkan produk inovatif.

Reorientasi ini juga melibatkan perubahan dalam desain dan metodologi penelitian, di mana aspek aplikasi dan komersialisasi menjadi pertimbangan penting sejak tahap awal perencanaan penelitian. Dengan pendekatan ini, perguruan tinggi dapat menghasilkan lebih banyak penelitian yang berpotensi menjadi produk komersial.

Strategi kedua adalah meningkatkan pemahaman peneliti tentang dinamika pasar dan preferensi konsumen. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan, termasuk pelibatan ahli pemasaran dalam tim penelitian, kerja sama dengan pelaku industri dalam mengidentifikasi kebutuhan pasar, serta penyelenggaraan pelatihan dan workshop mengenai analisis pasar dan pengembangan produk berbasis kebutuhan konsumen.

Pemahaman yang lebih baik tentang pasar akan membantu peneliti dalam mendesain inovasi yang memiliki keunggulan kompetitif dan sesuai dengan kebutuhan pengguna. Dengan demikian, inovasi yang dihasilkan memiliki peluang lebih besar untuk berhasil di pasaran.

Dr Andani juga menekankan pentingnya penguatan kolaborasi antar peneliti dan pusat riset, baik dalam lingkup nasional maupun internasional. Kolaborasi ini penting untuk menyinergikan keahlian dan sumber daya dalam mengembangkan inovasi yang kompleks di bidang kesehatan. Pembentukan konsorsium penelitian yang melibatkan berbagai disiplin ilmu dan institusi dapat menjadi pendekatan efektif dalam mengembangkan inovasi komprehensif.

Melalui kolaborasi, perguruan tinggi dapat mengatasi keterbatasan sumber daya dan keahlian, sekaligus mempercepat proses pengembangan inovasi menjadi produk komersial.

Strategi ketiga adalah memperkuat kemitraan antara perguruan tinggi dan industri. Kemitraan ini dapat mengambil berbagai bentuk, termasuk penelitian kolaboratif, pengembangan produk bersama, program magang industri bagi peneliti, serta pembentukan spin-off company dari hasil penelitian perguruan tinggi.

Melalui kemitraan dengan industri, perguruan tinggi dapat memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang kebutuhan pasar, standar industri, dan proses produksi. Di sisi lain, industri dapat memanfaatkan keahlian dan inovasi yang dimiliki oleh perguruan tinggi untuk mengembangkan produk-produk baru yang kompetitif di pasar.

Dukungan institusional dari perguruan tinggi merupakan faktor krusial dalam mendorong inovasi kesehatan. Dukungan ini mencakup berbagai aspek, termasuk penyediaan infrastruktur penelitian yang memadai, pengembangan kebijakan yang mendukung komersialisasi hasil penelitian, pembentukan unit khusus yang menangani manajemen kekayaan intelektual dan transfer teknologi, serta alokasi dana untuk pengembangan prototype dan uji pasar.

Strategi ke empat, perguruan tinggi perlu mengembangkan sistem insentif dan penghargaan yang mendorong peneliti untuk mengembangkan inovasi hingga tahap komersialisasi. Sistem evaluasi kinerja peneliti perlu diperluas untuk tidak hanya mengukur output penelitian dalam bentuk publikasi, tetapi juga dampak ekonomi dan sosial dari inovasi yang dihasilkan. Selain itu Dr Andani juga menyoroti pentingnya perguruan tinggi mendorong pendirian perusahaan berbasis hasil penelitian (spin-off company). Pembentukan Perusahaan tersebut dapat menjadi jembatan efektif antara hasil penelitian dan pasar, sekaligus membuka peluang bagi perguruan tinggi untuk memperoleh manfaat ekonomi dari komersialisasi inovasi.

Untuk mendukung pendirian perusahaan spin-off, perguruan tinggi perlu mengembangkan ekosistem kewirausahaan yang kondusif, termasuk penyediaan inkubator bisnis, akses ke pendanaan awal, mentoring dari praktisi bisnis berpengalaman, serta jejaring dengan investor dan mitra industri.Strat

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved