Berita Kutaraja

Semangat Kartini Bergelora ketika Perempuan Aceh Berdaya dan Berjuang Menembus Sekat Patriarki 

"Ketika perempuan sehat, sadar, dan didukung, mereka mampu menjadi agen perubahan yang kuat,” jelas Riswati.

Penulis: Saifullah | Editor: Saifullah
For Serambinews.com  
STAF FLOWER ACEH - Foto bersama Staf Flower Aceh dengan kelompok perempuan di komunitas, perwakilan unsur pemerintah terkait, dan LSM dalam memperingati Hari Kartini pada 21 April 2025, di Banda Aceh. 

Laporan Saifullah | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Perempuan Aceh mulai mengambil peran strategis di ruang-ruang publik. 

Namun, dominasi budaya patriarki masih menjadi tantangan besar.

Selama 34 tahun terakhir, Flower Aceh hadir untuk memperluas ruang gerak perempuan, membangun kesadaran kritis, dan menciptakan ekosistem yang lebih setara.

Didirikan pada 23 September 1989, Flower Aceh merupakan organisasi perempuan pertama di Aceh yang muncul saat konflik masih berlangsung. 

Pendekatan awal mereka mencakup isu lingkungan, kesehatan, dan ekonomi. 

Seiring waktu, jangkauan dan isu yang diangkat pun berkembang, termasuk pendampingan korban kekerasan, kampanye kesehatan reproduksi, dan pelatihan kepemimpinan perempuan.

“Dulu perempuan tidak terlibat dalam rapat gampong. Sekarang, mereka mulai hadir, bahkan ikut menentukan arah kebijakan desa,” kata Elvida, Ketua Pengurus Flower Aceh.

Ia menyebut, perubahan ini tak lepas dari proses panjang pendidikan dan pendampingan di komunitas.

Flower Aceh saat ini mendampingi 175 perempuan akar rumput di tujuh kabupaten/kota. 

Mereka berperan sebagai tuha peut, kader kesehatan, kepala urusan desa, penggerak PKK, hingga tokoh adat, dan agama.

Menurut Direktur Eksekutif Flower Aceh, Riswati, pendekatan yang digunakan bersifat komprehensif, membangun kapasitas, memperkuat kesehatan, dan memperluas dukungan sosial.

"Ketika perempuan sehat, sadar, dan didukung, mereka mampu menjadi agen perubahan yang kuat,” jelasnya.

Kesadaran kritis tidak lahir dalam satu dua kali pertemuan. 

Perlu proses panjang melalui pengorganisasian, edukasi, dan kolaborasi lintas pihak.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved