Kupi Beungoh
NIPAH: Emas Hijau dan Harta Terpendam yang Terlupakan
Hutan nipah memiliki nilai ekowisata yang menjanjikan. Sayangnya, potensi besar ini masih kurang dimanfaatkan dan terlupakan sebgai harta terpendam.
*) Oleh: Prof. Dr. Ir. Muhammad Irham, S.Si, M.Si.
TANAMAN nipah (Nypa fruticans) merupakan salah satu flora khas ekosistem mangrove yang tidak hanya tumbuh subur di sepanjang Pantai Barat wilayah Aceh, tetapi juga telah menjadi simbol perekonomian masyarakat setempat.
Meskipun memiliki potensi ekologi dan ekonomi, pemanfaatan nipah, khususnya buahnya sebagai sumber makanan tradisional dan objek wisata, nipah semakin terpinggirkan.
Dalam tulisan ini, kami berusaha menyajikan potensi nipah sebagai sumber makanan, nilai ekonominya di Kabupaten Aceh Barat, dan peluang pengembangan pariwisata.
Penelitian yang pernah dilakukan di pesisir barat Kabupaten Aceh Barat khususnya di Kuala Bubon dan Kuala Tadu menunjukkan bahwa pohon nipah tumbuh dengan kepadatan tinggi di kedua lokasi tersebut.
Di Kuala Bubon, kepadatan pohon nipah adalah 13.220 individu per hektar, dengan 3.200 individu di tingkat tegakan dan 114.000 bibit per hektar.
Sementara itu, di Kuala Tadu, kepadatan pohon nipah adalah 2.480 individu per hektar, dengan 3.120 tegakan dan 78.000 bibit per hektar.
Di Suak Timah, Kuala Bubon, Pucok Lueng, Cot Seulamat, Alue Raya, sampai Cot Plueh terbentang hutan Nipah sekitar 166 hektar lahan bervegetasi nipah, sedangkan di Kuala Tadu, luasnya sekitar 20 hektar.
Lingkungan rawa dengan pH tanah berkisar antara 5,1 hingga 6,3 dan salinitas air antara 13,3 hingga 17,6 ppt sangat mendukung pertumbuhan di kawasan daerah tersebut.
Penelitian lain menyebutkan bahwa buah nipah mengandung nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan.
Vitamin C dalam buah nipah tidak hanya dapat meningkatkan sistem kekebalan tubuh tetapi juga melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas.
Vitamin B kompleks seperti tiamin, riboflavin, dan folat berkontribusi pada proses metabolisme tubuh dan kesehatan saraf.
Zat besi dalam buah nipah sangat penting untuk pembentukan sel darah merah dan transportasi oksigen.
Kalium membantu menjaga keseimbangan elektrolit dan tekanan darah sementara serat dalam buah nipah dapat meningkatkan pencernaan dan mencegah sembelit.
Selain itu, buah nipah mengandung senyawa antioksidan seperti flavonoid, fenolat, dan asam askorbat yang dapat melawan radikal bebas dalam tubuh, dan berdampak pada kesehatan jantung, serta meningkatkan fungsi pencernaan, menyehatkan kulit, dan memiliki potensi anti-inflamasi.
Hasil penelitian mengenai nilai guna ekonomi nipah di Kabupaten Aceh Barat menunjukkan bahwa nilai ekonomi langsung dari nipah, yang diperoleh dari organ daun dan buah, mencapai Rp. 341.287.000 per tahun.
Organ Daun nipah digunakan untuk produksi pembungkus tembakau, keranjang, sangkak ayam, dan sapu lantai, sedangkan organ buah digunakan untuk produksi kolang-kaling dan manisan buah.
Sedangkan nilai ekonomi tidak langsung yang diperoleh dari fungsi ekologis nipah terhadap produksi udang, kepiting, dan kerang, mencapai Rp. 201.870.000 per tahun.
Sehingga, total nilai guna ekonomi nipah di Kabupaten Aceh Barat sebesar Rp. 543.157.000 per tahun.
Satu hektar tegakan nipah dapat menghasilkan rata-rata 196.120 kolang-kaling, dari jumlah tersebut dapat diperoleh 1,89 ton kolang-kaling dan 3,27 ton tepung nipah.
Tepung nipah memiliki potensi besar untuk nisitaip karena mengandung serat tinggi serta lemak dan kalori yang rendah, menjadikannya penting untuk mereka yang mengikuti program diet.
Memahami potensi substansial tanaman nipah, berbagai upaya telah dilakukan untuk memperluas kegunaannya.
Dosen Fakultas Teknik Universitas Teuku Umar (UTU) telah melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat di Gampong Peunaga Rayeuk, Kecamatan Meureubo, Kabupaten Aceh Barat.
Mereka melatih masyarakat di daerah tersebut untuk mengolah buah nipah menjadi produk buah manisan berkualitas tinggi yang memiliki nilai ekonomi.
Kegiatan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai potensi buah nipah, memotivasi komunitas bahwa buah nipah bisa menjadi sumber pendapatan tambahan jika diolah dengan baik.
Selain sebagai sumber makanan dan kegiatan bernilai ekonomis, nipah juga merupakan ekosistem yang dapat dikembangkan untuk potensi pariwisata di Kabupaten Aceh Barat.
Hutan nipah yang begitu luas dan belum terjamah oleh tangan-tangan manusia dapat dikembangkan menjadi lokasi ekowisata edukasi yang akan sangat menarik bagi para wisatawan baik lokal maupun manca negara.
Kegiatan seperti trekking hutan nipah dengan perahu dan belajar tentang ekosistem mangrove, serta mengamati berbagai proses pengolahan buah nipah menjadi berbagai produk, akan menjadi daya tarik unik bagi pengunjung.
Pengembangan pariwisata kuliner yang berfokus pada buah nipah juga bisa menjadi daya tarik tersendiri.
Memperkenalkan wisatawan kuliner kepada hidangan dan minuman inovatif yang terbuat dari buah nipah tidak hanya akan memperkaya ekonomi lokal, tetapi juga membantu dalam menjaga seni kuliner tradisional Kabupaten Aceh Barat.
Sejauh pengamatan kami, potensi tanaman nipah (Nypa fruticans) belum dieksplorasi secara optimal sebagai sumber makanan, ekonomi, dan pariwisata di Kabupaten Aceh Barat.
Padahal, nipah yang tumbuh di pesisir dan di lahan basah menghasilkan buah yang dapat menjadi makanan dan minuman dengan nilai ekonomi yang tinggi.
Oleh karena itu, hutan nipah memiliki nilai ekowisata yang menjanjikan. Sayangnya, potensi besar ini masih kurang dimanfaatkan dan terlupakan sebgai harta terpendam.
Oleh karena itu, kita sadar bahwa ada kebutuhan untuk sinergi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat untuk mengeksplorasi emas hijau nipah sebagai bagian dari pemberdayaan untuk pembangunan berkelanjutan.
Langkah-langkah yang dapat diambil adalah sebagai berikut:
Langkah pertama adalah mendidik dan mensosialisasikan masyarakat tentang keuntungan nipah. Melalui pelatihan dan penyuluhan, masyarakat dapat menghargai nilai ekonomi dan ekologi nipah.
Selanjutnya, produk nipah yang sangat laku seperti sirup, dodol, dan bahkan tepung nipah harus didorong untuk dikembangkan sebagai bagaian dari industry kreatif UMKM.
Konservasi memerlukan tindakan rehabilitative menjadi pekerjaan yang harus dilakukan.
Area mangrove tempat nipah tumbuh harus dilestarikan dan direhabilitasi saat rusak. Kegiatan ini akan menjamin keberlanjutan sumber daya nipah.
Ada juga peluang serius untuk pengembangan ekonomi dengan eksplorasi nipah seperti ekowisata nipah dan wisata kuliner nipah untuk meningkatkan pariwisata dan pendapatan local masyarakat.
Akhirnya, kolaborasi antara pemerintah daerah, stake holders dan Masyarakat dibutuhkan untuk mendukung penelitian, pengembangan dan keberlanjutan ekosistem nipah dengan tujuan untuk mendalami lebih jauh mengenai potensi gizi, khasiat kesehatan, serta teknik-teknik budidaya yang efisien.
Dengan pelaksanaan langkah-langkah tersebut, pemanfaatan nipah di Kabupaten Aceh Barat akan berkontribusi secara signifikan terhadap ketahanan pangan, peningkatan ekonomi masyarakat, serta pengembangan wisata daerah. (*)
*) PENULIS adalah Guru Besar Bidang Geologi Kelautan Universitas Syiah Kuala dan Tokoh Masyarkat Aceh Barat
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
BACA TULISAN KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI
Indonesia di Simpang Jalan Ke-80: Refleksi atas Ujian Kemerdekaan |
![]() |
---|
Renungan Buya Hamka untuk Dunia Kedokteran |
![]() |
---|
Urgensi Pendidikan Politik untuk Merawat Perdamaian Aceh Pasca Dua Puluh Tahun |
![]() |
---|
Aceh Damai, Perspektif Jurnalistik |
![]() |
---|
Kurikulum Pendidikan Islam Itu "Berbasis Cinta", Solusi Masalah Lokal & Jawaban Tantangan Global |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.