Kupi Beungoh
Ibadah Kurban Idul Adha sebagai Esensi Pengabdian Diri terhadap Perintah Allah SWT
Sehingga kita dengan kesadaran diri, jiwa dan semangat untuk berqurban dan melaksaanakan ibadah Haji ke Baitullah.
*) Oleh: Dr. H. Mukhsinuddi, S.Ag. M.M
SETIAP kali masuknya bulan- bulan Haji, kita akan merekam kembali peristiwa yang fenomental dilakukan oleh Nabiyullah Ibrahim Alaihissalam bersama Anaknya Ismail Alaihissalam.
Historis ini telah dilakukan oleh Nabi Ibrahim AS, terhadap anaknya Ismail AS saat itu.
Nabiyullah Ibrahim begitu patuh dan tunduk terhadap perintah Allah Subhaanawataala tanpa ada keraguan sedikitpun dalam hatinya untuk menyembelih anak yang tercinta Ismail As, begitu juga anaknya dengan rasa pasrah , patuh dan menghargai terhadap orang tuanya. beliau tidak takut dan risau terhadap dirinya akan disembelih oleh Ayahnya.
Prosesi peristiwa ini dikisahkan yang oleh Allah dalam Alquranulkarim dalam (Surat al-Shaffat ayat 99-107) dan dapat kita petik pemaknaan bahwa,
”Ketika Ismail beranjak remaja, Nabi Ibrahim As berkata kepadan Putranya "Wahai putraku, didalam mimpiku ayahmu melihat untuk mengorbankan dan menyembelih kamu.
Bagaimana pendapatmu? Wahai Anakku ” Wahai ayahku, laksanakanlah apa yang telah diperintahkan-Nya kepada Ayah sabagai sang Maha Pencipta dan Maha Tau" Insya Allah ayah nanti akan mendapatiku tergolong orang-orang yang sabar dan patuh" .QS Asshafat 99-100).
Sampailah saatnya antara Nabi Ibrahim As dan Ismail As untuk melakukan tugas suci dan mulia ini yang merupakan sebagai ujian yang paling berat bagi Ibrahim As di dalam hidupnya. Sast terjadi dialog singkat lagi antara keduanya yang menyentuh kalbu antara mereka berdua.
”Wahai ayahku, ikatlah kedua kaki dan tanganku agar aku tidak meronta dan sakit, asahlah pisah yang akan engkau gunakan untuk menyembelihku hingga benar-benar tajam dan hendaklah engkau hentakkan dengan cepat keleherku agar dengan demikian jiwaku pun cepat meninggalkan tubuhku, karena kematian adalah proses yang sangat rumit.
Hindarkanlah pakaianmu ayah dari percikan darahku agar tak terkurangi belas kasihan kepadaku dan juga agar ibuku tidak menjadi sedih dan pilu lantaran melihat noda darahku.
Sampaikanlah salamku untuk ibunda dan berikanlah pakaianku kepadanya untuk menentramkan jiwanya yang dalam”.
Nabi Ibrahim As menyimak pesan putranya yang amat menyentuh qalbunya , namun sesuatu tidak terlena dengan perintah Allah Subhanawataala. Beliau katakan kepada putranya
”Wahai putraku betapa kamu telah meringankanku dalam menunaikan tugas dan ujian dari Allah Swt bagi kita berdua. ” Ketika keduanya telah berserah diri kepada Allah dan Ibrahim membaringkan putranya pada pelipisnya, laku Kami memanggilnya Ibrahim.
Wahai Ibrahim engkau telah membenarkan mimpi itu. Sesungguhnya dengan demikian itu Kami telah berikan balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini adalah sebuah ujian yang sangat nyata dan Kami menggantikannya dengan sembelihan yang besar (hewan lain)” (Q.S. 37: 103-107).
Dengan Seekor domba besar telah menggantikan penyembelihan Ismail As untuk diqurbankan (disembelih) oleh Nabi Ibrahim Alaihisalam.
Dan selanjutnya Allah Subhanawataala mengabadikan sejarah ini yaitu Nabi Ibrahim As dengan jalan memerintahkan generasi-generasi selanjutnya untuk berqurban dan memberikan salam kepadanya dengan kegiatan ibadah Haji ke Baitullah, sebagai lambang dan keteladanan untuk generasi berikutnya.
Sehingga kita dengan kesadaran diri, jiwa dan semangat untuk berqurban dan melaksaanakan ibadah Haji ke Baitullah.
Esensi penyembelihan Qurban
Penyembelihan hewan Qurban yang kita lakukan pada hari Raya Idul Adha 1446 H adalah sebagai syiar Islam dari manifestasi lambang keteladanan yang telah ditunjukkan Nabi Ibrahim As dan Ismail As bagi para generasi sesudahnya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan bahwa, ”Siapa saja yang menyembelih hewan sembelihan sebagai qurban maka di akhirat kelak hewan itu adalah menjadi tunggangannya. Seekor biri-biri (kambing) adalah tunggangan untuk seorang dan seekor sapi tunggangan untuk tujuh orang” (Al-Hadits).
Ini artinya nilai abstrak dari sembelihan hewan qurban yang menjadi sebagai "kenderaan ukhrawi" nanti untuk kita dapat di hari penantian kelak dikemudian hari.
Dari itu mari kita berlomba-lomba dan mampu mendapatkan yang lebih mewah sampai kita dapat berqurban setiap tahunnya.
Kita tanamkan dalam jiwa kita untuk berqurban sekaligus membantu para orang miskin dan orang-orang belum mampu berqurban.
Lalu untuk mencapai kualitas amal ibadah kita kepada Allah Swt. Jangan tumbuhkan sikap kikir dan picik di dalam hidup, karena telah banyak bukti bahwa semua keduniawian ini adalah fana serta bersifat fatamorgana.
Jadikanlah diri kita ke dalam kelompok orang-orang yang dapat memahami realitas ini sebagai sarana untuk menggapai kehidupan yang diridhai dan kasih sayang Allah Swt.
Bagi kita yang telah mampu menyembelih hewan Qurban terus tingkatkan ibadah kita kepada Allah Subhanawataala, dan bagi mereka yang belum mampu berqurban tahun ini, upayakan dengan niat yang kuat bahwa di suatu saat nanti untuk mampu menyembelih hewan qurban sebagaimana orang-orang yang berqurban pada hari Idul Adha 1446 H.
Menuju ke Baitullah
Proses ajaran Nabi Ibrahim Alaihisalam sekaligus yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Sallallahualaihi wassalam dengan menunaikan ibadah haji ke Baitullah Makkah bagi mereka yang telah mampu untuk melaksanakan ibadah haji sabagai pelaksanaan rukun islam yang kelima yang diwajibkan oleh Allah Swt hanya satu kali saja. Bila kita sudah ada kemampuan dan kesempatan.
Dan bila hari ini masih banyak saudara-saudara kita yang belum sekalipun melaksanakan panggilan Nabi Ibrahim Alaihissalam dan berikan kesempatan kepada orang mukmin lainnya belum melakukan haji sebagai bentuk membantu dan menyayangi sesama mukmin, karena banyak saudara- saudara kita yang lain telah menjadi sebagai (waiting list) menunggu bertahun -tahun.
Pelaksanaan ibadah haji tahun 1446 H merupakan kesempatan bagi orang-orang yang telah memenuhi panggilan Nabi Ibrahim As dan Ismail Alaihissalam ke Baitullah Makkah Almukarramah sebagai manisfestasi dari ibadah yang selalu patuh dan tunduk dalam segala perintah Allah Swt dan merupakan kesempatan untuk bisa memanjatkan doa dan keampunannya di Baitullah, sehingga menjadi haji yang mabrur nanti ketika kembali ke tanah air dan menjadi orang-orang yang mampu melaksanakan amanah dan jujur dalam segala kehidupan ini.
Dan bagi mereka telah dan sedang melaksanakan dengan penuh tawadhuk dan keikhlasan serta sabar akan menjadi haji yang diterima oleh Allah Swt. Tidak ada balasan lain bagi seseorang yang mendapatkan haji mabrur kecuali syurga baginya.
Dan kita menyampaikan selamat bagi jemaah haji Provinsi Aceh tahun 1446 H yang sedang melaksanakan ibadah haji dengan penuh keikhlasan dan kesabaran. Semoga selalu dalam lindungan Allah Subhana Wataala. Amin ya Rabbal Alamin. (*)
*) Penulis adalah Dosen STAIN Teungku Dirundeng Meulaboh Provinsi Aceh
KUPI BEUNGOH adalah rubrik opini pembaca Serambinews.com. Setiap artikel menjadi tanggung jawab penulis.
BACA TULISAN KUPI BEUNGOH LAINNYA DI SINI
Akselerasi Pemerataan Dokter Spesialis Lewat Strategi MGBKI |
![]() |
---|
Selamatkan PPP dari Kepemimpinan yang tak Sejalan dengan Nilai-Nilai Dasarnya |
![]() |
---|
Aceh-Malaysia: Jejak Panjang Perdagangan dan Optimisme Baru Menuju Pasar Regional |
![]() |
---|
Bedrotting: Antara Istirahat, Pelarian dan Ancaman Kesehatan Mental |
![]() |
---|
Muktamar X Momentum PPP Kembali Bangkit |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.