Berita Banda Aceh

Bertemu Kepala BPMA Nasri Jalal di IPA, Perusahaan Migas Jepang Minati CCS Arun

“Kita tawarkan blok Arun, karena itu sudah 94 persen lebih siap untuk menerima carbon capture.” NASRI JALAL, Kepala BPMA

Editor: mufti
For serambinews.com
Tim dari Japex saat bertemu dengan Kepala BPMA, Nasri Jalal, Wakil Ketua BPMA, Nizar Saputra, dan Deputi Perencanaan, Edy Kurniawan pada, Kamis (21/5/2025) di Santika Hotel, Kompleks ICE BSD, Tangerang. 

“Kita tawarkan blok Arun, karena itu sudah 94 persen lebih siap untuk menerima carbon capture.” NASRI JALAL, Kepala BPMA

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Perusahan migas asal Jepang, Japan Petroleum Exploration Co, Ltd (Japex) menyatakan, minat untuk investasi pada sektor Carbon Capture and Storage (CCS) atau tangkapan emisi Co2 di Aceh. Lapangan Arun menjadi yang paling potensial digarap oleh Japex.

Tim dari Japex bertemu dengan Kepala Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA), Nasri Jalal, Wakil Ketua BPMA, Nizar Saputra, dan Deputi Perencanaan, Edy Kurniawan, di Santika Hotel, Kompleks ICE BSD, Tangerang, Kamis (21/5/2025).

Nasri Jalal menyatakan, jika pihak Japex berminat untuk masuk berinvestasi dalam sektor CCS dan CCUS di Aceh. Kepada pihak Japex, BPMA memaparkan potensi tangkapan emisi karbon di blok Arun yang sangat potensial.

“Kita tawarkan blok Arun, karena itu sudah 94 persen lebih siap untuk menerima carbon capture. Asia Tenggara merupakan pasar potensial untuk bisnis CCS ini,” ujar Nasri.

Dikatakan, ini merupakan pertemuan awal BPMA dengan pihak Japex. Selanjutnya, mereka akan kembali bertemu untuk membahas lebih detail dan teknis dalam investasi ini. BPMA untuk akan memfasilitasi Japex untuk bertemu dengan Pema Global Energi (PGE) selaku operator di blok Arun.

Karena dalam investasi ini, Japex akan menjadi mitra bisnis PGE untuk tangkapan karbon. Nasri merasa optimis dengan rcana Japex erinvestasi CCS di Aceh. Pasalnya, perusahaan eksplorasi dan produksi hidrokarbon asal Jepang ini sudah memiliki jalinan bisnis yang baik dengan Eenergi Mega Persada (EMP), yang merupakan pemegang saham PGE.

Katanya, dalam bisnis CCS ini, Kementerian ESDM memberikan dua skema, yaitu Wilayah Izin Penyimpanan Karbon (WIPK) dan operator. Namun, BPMA lebih mendorong skema operator, agar bisa memaksimal penerima negara.

Nasri menegaskan, BPMA ingin menarik investor sebanyak mungkin ke Aceh. Oleh karena itu, dalam tahapannya nanti BPMA ingin memastikan pihak Japex nyaman dengan Aceh. Karena apabila mereka berhasil, maka membuka kemungkinan perusahaan Jepang lainnya masuk.

Sebenarnya, kata Nasri, Japex sebagai perusahaan explorasi juga berminat pada beberapa wilayah kerja (WK) yang masih terbuka di Aceh. Beberapa WK terbuka tersebut adalah WK Meuseuraya, Arakundo, Seuramoe, dan WK Lhokseumawe, yang semua berada di pantai timur utara Aceh. “Namun untuk sekarang mereka fokus pada CCS ini dulu,” tutup Nasri.

Langkah BPMA itu sejalan dengan arahan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia yang mengajak kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) minyak dan gas, untuk masuk ke bisnis penyimpanan karbon.

Menurut Bahlil, Indonesia merupakan negara yang memiliki potensi penyimpanan penangkapan karbon terbesar di Asia Pasifik dengan potensi, yang mencapai 572,77 gigaton untuk saline aquifer (akuifer yang airnya asin) dan 4,85 gigaton di depleted reservoir (akuifer yang airnya habis).

Bisnis Carbon Capture and Storage (CCS) adalah bisnis penangkapan dan penyimpanan emisi karbon atau Co2, selanjutnya akan disalurkan melalui pipa ke perut bumi untuk disimpan. Lapangan migas dan pabrik amoniak adalah salah satu dari banyak industry penghasil Co2. Tujuannya, agar Co2 tidak dilepas ke udara atau atmosfer, karena akan memberi dampak terhadap perubahan iklim.(mun)

 

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved