Pulau Sengketa Aceh Sumut
4 Pulau Sengketa Masuk Wilayah Aceh, Mendagri Ungkap Dokumen Penting yang Jadi Dasar
Fakta dokumen tersebut, kata Tito, salah satunya mengacu pada peta topografi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) tahun 1978.
SERAMBINEWS.COM - Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian mengungkapkan dokumen penting yang menjadi dasar Presiden Prabowo Subianto memutuskan empat pulau yang menjadi sengketa antara Aceh dan Sumatera Utara (Sumut), masuk wilayah Aceh.
Dalam konferensi pers pengumuman status Pulau Panjang, Pulau Lipan, Pulau Mangkir Gadang, dan Pulau Mangkir Ketek, Selasa (17/6/2025), Tito menyebut salah satu dokumen penting yang menjadi dasar keputusan tersebut adalah kesepakatan Gubernur Aceh dan Gubernur Sumut pada 1992.
Menurut Tito, sempat ada keberatan dari Gubernur Aceh terkait Keputusan Mendagri tahun 2022 yang memasukkan keempat pulau tersebut ke wilayah Tapanuli Tengah, Sumut.
Atas keberatan itu, Gubernur Aceh saat itu melampirkan dokumen tentang kesepakatan Gubernur Aceh dan Gubernur Sumut pada 1992.
“Salah satu dokumen yang sangat penting adalah dokumen tentang kesepakatan antara Gubernur Aceh saat itu, ini keberatannya,” kata Tito di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa, dipantau dari Breaking News Kompas TV.
“Yang diberikan salah satunya adalah dokumen kesepakatan dua gubernur di tahun 1992, yang disaksikan oleh Menteri saat itu Pak Rudini, ditandatangani oleh Gubernur Aceh saat itu Ibrahim Hasan dan Gubernur Sumatera Utara Pak Raja Inal Siregar,” bebernya.
Fakta dokumen tersebut, kata Tito, salah satunya mengacu pada peta topografi Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) tahun 1978.
Baca juga: Isi Kesepakatan Gubernur Aceh dan Sumut Tandai Selesainya Polemik Empat Pulau
Dia menambahkan, saat keberatan itu disampaikan pada 2022, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) sempat mempertimbangkan kemungkinan keempat pulau ditetapkan menjadi wilayah Aceh.
Namun, karena saat itu dokumen pendukung yang disampaikan hanya berbentuk salinan atau fotokopi, pihaknya urung memasukkan keempat pulau tersebut ke wilayah Aceh.
“Namun saat itu dokumennya hanya dokumen fotokopi. Kita tahu dalam sistem pembuktian, dokumen fotokopi jika nantinya ada masalah hukum, mudah sekali dipatahkan.”
“Oleh karena itu, kesepakatan tahun 2022, setelah adanya data baru ini, semua pihak, Sumut, Aceh, Kemendagri dan juga dari pemerintah pusat yang lain yang termasuk dalam tim pembakuan muka bumi, sama-sama mencari dokumen ini, karena dokumen ini bagi kita penting,” bebernya.
Hingga April 2025, dokumen asli tersebut belum ditemukan. Oleh sebab itu, keempat pulau itu tetap dimasukkan ke wilayah Sumatera Utara.
“Oleh karena itulah sampai April 2025 cakupannya masih tetap masuk Sumatera Utara, sambil kita mencari.”
Menurutnya, pencarian juga dilakukan oleh pihak Pemerintah Provinsi Sumatera dan Aceh, dan tidak satu pun yang membuahkan hasil. Hingga akhirnya pencarian dilakukan di pusat arsip Kemendagri.
Dokumen asli kesepakatan kedua gubernur tidak ditemukan. Yang ditemukan adalah Keputusan Mendagri Nomor 111 tahun 1992 yang ditandatangani pada November.
“Dokumen ini kenapa penting? Dokumen ini menunjukkan bahwa adanya semacam pengakuan, meng-endorse bahwa kesepakatan antara dua gubernur di tahun 1992 yang fotokopi tadi benar adanya, menjadi legalisasi bahwa kesepakatan itu terjadi,” bebernya.
“Ada poin yang sangat penting sekali dalam Kepmendagri maupun kesepakatan itu. Dalam kesepakatan dua gubernur tersebut disampaikan batas wilayah, ada empat poin batas wilayah.”
Dia mengatakan, dalam poin ketiga disebutkan tentang dasar keempat pulau masuk wilayah Aceh, yakni peta topografi TNI AD tahun 1978.
“Kita cari, kita buka petanya. Kalau kita melihat di situ ada titik-titik garis di darat, dan yang menarik adalah di lautnya, ada garis titik-titik, dan ini menjadi dasar bagi kita bahwa empat pulau yang dimaksud, Pulau Mangkir Besar, Mangkir Kecil/Ketek, yang tengah Pulau Lipan, dan yang paling besar namanya Pulau Panjang, itu tidak masuk wilayah Sumatera Utara,” kata Tito memaparkan.
Baca juga: Empat Pulau Kembali ke Aceh, Syech Muharram: Kegaduhan di Masyarakat Akhirnya Berakhir
Sebelumnya, dalam konferensi pers yang sama, Mensesneg Prasetyo Hadi mengatakan Presiden Prabowo Subianto telah memutuskan empat pulau tersebut masuk ke wilayah Aceh.
“Hari ini pemerintah dipimpin langsung oleh Bapak Presiden, tadi kita mengadakan rapat terbatas dalam rangka mencari jalan keluar terhadap permasalahan dinamika empat pulau di Sumatera dan Aceh,” tuturnya.
Ia menjelaskan, keputusan presiden tersebut berdasarkan laporan dari Kementerian Dalam Negeri, dokumen-dokumen, serta data-data pendukung.
“Kemudian tadi Bapak Presiden sudah memutuskan bahwa pemerintah berlandaskan kepada dasar-dasar dokumen yang dimiliki oleh pemerintah, telah mengambil keputusan bahwa keempat pulau, yaitu Pulau Panjang, Pulau Lipan, Pulau Mangkir Gadang, dan Pulau Mangkir Ketek, secara administratif, berdasarkan dokumen yang dimiliki oleh pemerintah, masuk ke wilayah administratif Provinsi Aceh,” kata Prasetyo.
Baca juga: Jembatan Kayu Terancam Putus, Nelayan di Nurussalam Minta Pemerintah tak Menunggu Makan Korban
Baca juga: Terungkap! Kasus Inses di Sumatera Gara-Gara Istri Menopause, Seksolog dr Boyke Angkat Suara
Baca juga: Kontak Senjata TNI dan OPM di Yahukimo, 2 Anggota OPM Egianus Kogoya Tewas Ditembak
Kemendagri Terbitkan Keputusan Penetapan Empat Pulau Milik Aceh, Ini Pesan Safrizal ZA |
![]() |
---|
Rektor Unimal Berkemah di Pulau Panjang Aceh Singkil, Letakkan Tugu Hingga Eksplorasi 4 Pulau Ini |
![]() |
---|
Kisah Rudini dan Safrizal yang “Bertemu Lagi” |
![]() |
---|
Senator Aceh Azhari Cage Ingatkan Dasar Pengembalian 4 Pulau Sengketa ke Aceh Harus Permendagri |
![]() |
---|
Clear! Pemprov Sumut Terima dengan Lapang Dada 4 Pulau Dikembalikan ke Aceh: Sudah tak Ada Masalah |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.