Berita Kutaraja

Aduh! Prevalensi Kegemukan Anak Aceh Usia 5-12 Tahun Capai 17,6 Persen, Jauh di Atas Nasional

Survei Kesehatan Indonesia (SK) tahun 2023 mengungkapkan, bahwa prevalensi obesitas pada anak usia 5–12 tahun di Aceh mencapai 17,6 persen.

Penulis: Saifullah | Editor: Saifullah
Dok Flower Aceh
PROGRAM GIZI TERINTEGRASI - Sejumlah guru dan kepala sekolah mengikuti pelatihan Program Gizi Terintegrasi di Bapelkes Aceh, Banda Aceh, Rabu (19/6/2025). Kegiatan ini bertujuan untuk mengatasi masalah obesitas dan gizi lebih pada anak usia sekolah di Aceh. 

Laporan Saifullah | Banda Aceh

SERAMBINEWS.COM, BANDA ACEH - Survei Kesehatan Indonesia (SK) tahun 2023 mengungkapkan, bahwa prevalensi obesitas pada anak usia 5–12 tahun di Aceh mencapai 17,6 persen.

Angka ini jauh di atas rata-rata nasional yang berada pada besaran 10,8 persen.

Terkait hal ini, Kepala Perwakilan UNICEF Aceh, Andi Yoga Tama dalam paparannya menyampaikan bahwa anak-anak di Aceh menghadapi tiga beban gizi secara bersamaan, stunting, kekurangan gizi mikro, dan obesitas

“Masalah ini bukan semata soal kemiskinan. Pola makan yang tidak sehat, tingginya konsumsi gula, serta kurangnya aktivitas fisik menjadi faktor utama. Banyak anak juga kecanduan gawai dan minim aktivitas gerak,” ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa dampak obesitas tak hanya fisik, tetapi juga menyentuh ranah psikologis. 

Anak-anak dengan berat badan berlebih sering menjadi korban bullying, yang berdampak pada kesehatan mental hingga risiko depresi dan kekerasan.

Untuk menjawab tantangan gizi anak yang semakin kompleks, Pemerintah Aceh bersama UNICEF dan Flower Aceh menyelenggarakan pelatihan pengenalan Program Gizi Terintegrasi kepada kepala sekolah dan guru SD/MI di Banda Aceh dan Aceh Besar. 

Kegiatan ini berlangsung pada 18–19 Juni 2025, di Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Aceh dan diikuti oleh perwakilan dari 10 sekolah terpilih.

Pelatihan ini menjadi salah satu respons atas meningkatnya angka obesitas dan gizi lebih di kalangan anak usia sekolah, yang dinilai mengkhawatirkan.

Dalam sambutannya, dr Rauyani, Kepala Bagian Kesejahteraan dan Pembinaan Sosial Setda Aceh mewakili Kepala Biro Isra menyampaikan, bahwa masalah gizi anak dan remaja di Aceh belum sepenuhnya tertangani.

Ia menekankan bahwa obesitas bukan lagi isu minor, melainkan ancaman nyata bagi generasi muda.

“Banyak anak, terutama perempuan, terpapar standar kecantikan tidak realistis dari media sosial. Pola makan pun terpengaruh, dan tidak sedikit yang mengalami tekanan mental serta perundungan akibat bentuk tubuh mereka,” ujar dr Rauyani.

Ia juga menyoroti pentingnya peran keluarga, sekolah, serta kolaborasi lintas sektor dalam memastikan terpenuhinya hak-hak dasar anak, termasuk gizi dan kesehatan. 

“Delapan fungsi keluarga, dari agama hingga perlindungan, harus diperkuat. Sementara itu, guru dan kepala sekolah merupakan garda terdepan dalam menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan ramah anak,” tambahnya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved