Breaking News

Amerika Serang Iran

Iran Diduga Telah Pindahkan Uraniun yang Diperkaya sebelum 3 Situs Nuklirnya Dibom AS

Mereka memahami bahwa ia mencoba mengulur waktu sambil memindahkan aset militer agar dapat benar-benar menyerang. Jadi saya kira mereka telah memindah

Editor: Ansari Hasyim
AP
Seorang teknisi bekerja di Fasilitas Konversi Uranium di luar kota Isfahan, Iran, 410 kilometer selatan ibukota Teheran pada 3 Februari 2007. 

SERAMBINEWS.COM - Selama Iran masih memperkaya uranium, negara itu masih memiliki program nuklir.

Trita Parsi, wakil presiden eksekutif Quincy Institute for Responsible Statecraft, mengatakan kemungkinan besar Iran telah mengambil tindakan pencegahan sebelum serangan AS.

"Tampaknya mereka telah mendapat peringatan dini – tetapi saya kira bahkan sebelum itu, ketika Trump mengatakan bahwa ia akan membuat keputusan dalam waktu dua minggu, saya kira Iran tidak menganggapnya serius," katanya kepada Al Jazeera.

"Mereka memahami bahwa ia mencoba mengulur waktu sambil memindahkan aset militer agar dapat benar-benar menyerang. Jadi saya kira mereka telah memindahkan aset-aset itu sejak lama – di mana mereka berada masih belum jelas saat ini."

Parsi mengatakan aset nuklir Iran yang paling berharga adalah persediaan uranium yang diperkaya.

“Selama mereka terus memilikinya, mereka sebenarnya masih memiliki program nuklir yang masih dapat dijadikan senjata,” tambahnya.

"Dan saya pikir kita akan segera mendengar dari Israel bahwa ini bukanlah jenis serangan yang berhasil seperti yang diklaim Trump, tetapi mereka akan mulai menyampaikan argumen bahwa perlu ada kampanye pengeboman yang lebih berkelanjutan terhadap Iran."

Iran Berjanji Lawan Serangan AS dengan Sekuat Tenaga

Kementerian Luar Negeri Iran telah mengeluarkan pernyataan yang mengecam serangan terbaru AS terhadap fasilitas nuklirnya sebagai pelanggaran berat dan belum pernah terjadi sebelumnya terhadap hukum internasional, dan mengatakan Iran memiliki hak untuk menolak agresi tersebut.

"Dunia tidak boleh lupa bahwa Amerika Serikat-lah yang, di tengah proses diplomatik, mengkhianati diplomasi dengan mendukung tindakan agresif Israel, dan sekarang melancarkan perang berbahaya terhadap Iran," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita semi-resmi Tasnim.

Kementerian tersebut menyatakan bahwa sudah jelas bahwa AS tidak mematuhi aturan atau etika apa pun, dan demi mencapai tujuan rezim pendudukan dan genosida, tidak menyisakan pelanggaran hukum atau kejahatan.

“Republik Islam Iran menganggap berhak untuk melawan dengan sekuat tenaga agresi militer AS dan kejahatan yang dilakukan oleh rezim jahat ini, dan untuk membela keamanan dan kepentingan nasional Iran,” tambahnya.

Warga Iran Khawatir Netanyahu Ingin Jadikan Iran Seperti Libya, Irak dan Afghanistan

Mehran Kamrava, seorang profesor pemerintahan di Universitas Georgetown di Qatar mengatakan kepada Al Jazeera bahwa rakyat Iran takut bahwa tujuan Israel jauh melampaui tujuan yang dinyatakannya untuk menghancurkan program nuklir dan rudal negara tersebut.

"Banyak orang di Iran percaya bahwa tujuan akhir Israel sebenarnya adalah mengubah Iran menjadi Libya, Irak, seperti setelah invasi AS tahun 2003, dan/atau Afghanistan. Jadi, pemisahan Iran adalah apa yang ada dalam pikiran Netanyahu, setidaknya sejauh menyangkut Teheran," katanya.

Halaman
1234
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved