Breaking News

Konflik Iran vs Israel

Iran Tangkap Lebih dari 700 Orang Diduga Terlibat Jaringan Mossad Mata-mata Israel, Tiga Dieksekusi

Pemerintah Iran mengungkapkan telah menangkap lebih dari 700 orang yang diduga terlibat dalam jaringan mata-mata Israel di dalam negeri.

Editor: Faisal Zamzami
Grid.id
MOSSAD - Ilustrasi agen Mossad Israel. Pemerintah Iran mengungkapkan telah menangkap lebih dari 700 orang yang diduga terlibat dalam jaringan mata-mata Israel di dalam negeri. 

Ketegangan memuncak pada 13 Juni 2025, saat Israel meluncurkan serangan udara terhadap tiga fasilitas nuklir utama Iran: Fordow, Natanz, dan Isfahan.

Serangan ini dilakukan dengan dalih “pembelaan diri antisipatif” terhadap ancaman nuklir Iran.

Tak lama kemudian, Amerika Serikat turut serta dalam operasi militer atas permintaan Israel. Presiden Trump menyebut serangan gabungan ini berhasil "menghancurkan total" instalasi nuklir Iran.

Sebagai respons, Iran meluncurkan rudal ke Pangkalan Udara Al Udeid di Qatar, yang merupakan pangkalan militer terbesar milik AS di kawasan Timur Tengah.

Aksi saling serang ini memunculkan kekhawatiran bahwa kawasan akan kembali terjerumus ke dalam perang skala besar.

Namun dalam waktu singkat, Presiden Trump mengumumkan bahwa Israel dan Iran sepakat untuk melakukan "gencatan senjata total".

Gencatan Senjata Dilanggar, Trump Murka

Gencatan senjata yang diumumkan lewat platform Truth Social sempat dilanggar hanya beberapa jam kemudian. Israel melancarkan serangan ke radar militer dekat Teheran, mengklaim dua rudal balistik telah ditembakkan dari Iran ke wilayahnya.

Iran membantah tuduhan tersebut. Meski demikian, Trump mengecam keras pelanggaran itu dan menekan kedua pihak untuk menghentikan aksi militer. 


Ia kemudian menegaskan bahwa "semua pesawat akan kembali ke pangkalan masing-masing" dan bahwa "tidak akan ada korban lagi".

Dampak di Israel dan Iran

Serangan terhadap fasilitas nuklir Iran merupakan langkah besar bagi Israel. Untuk pertama kalinya dalam sejarah, Israel menyerang langsung target strategis di jantung wilayah Iran.

Keberhasilan ini juga menunjukkan kemampuan militer Israel melakukan operasi jarak jauh serta pengaruh diplomatiknya yang kuat untuk melibatkan AS dalam konflik secara langsung.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut operasi ini sebagai bukti “determinasi dan kekuatan” Israel dalam menghadapi ancaman.

Sementara itu, Iran mengakui bahwa sebagian fasilitas permukaan mengalami kerusakan. Namun, tidak ada informasi independen terkait sejauh mana kerusakan yang terjadi di bagian bawah tanah.

Halaman
123
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved