Berita Bireuen

Kontingen Pidie ke Grand Final, Fahmil Kutub Sayembara Muharram MUDI  Se-Aceh

Kontingen asal daerah penghasil kerupuk mulieng ini menyisihkan lawan-lawan kuat seperti Aceh Timur, Langsa, dan terutama Aceh Utara (Pase)

Penulis: Yusmandin Idris | Editor: Nur Nihayati
IST
KONTINGEN PIDIE - Tim fahmil kutub Pidie bersama pengurus Forsap dalam sayembara Muharram di Dayah MUDI, Samalanga 

Kontingen asal daerah penghasil kerupuk mulieng ini menyisihkan lawan-lawan kuat seperti Aceh Timur, Langsa, dan terutama Aceh Utara (Pase)

Laporan Yusmandin Idris I Bireuen

SERAMBINEWS.COM, BIREUEN - Semangat santri Pidie membara di ajang Sayembara Muharram 1447 H yang berlangsung di arena Meunasah Mideun Jok, Dayah MUDI Mesjid Raya Samalanga, Senin ( 30/6/2025).

Para santri sukses melaju ke grand final.

Tgk Imam Alhafizh Saifuddin, pembina kontingen Pidie sekaligus Ketua Forum Santri Pidie (Forsap) dalam rilisnya kepada Serambinews.com,  Selasa (1/7/2025) melalui rilis nya menyebutkan, dalam kompetisi bergengsi cabang Fahmil Kutub, kontingen Pidie mencatat sejarah dengan tampil heroik.

Kontingen asal daerah penghasil kerupuk mulieng ini menyisihkan
lawan-lawan kuat seperti Aceh Timur, Langsa, dan terutama Aceh Utara (Pase) yang dikenal sebagai rival bebuyutan, dan berhasil melaju ke babak grand final.

Perlombaan tahun ini digelar dalam atmosfer meriah dan khidmat.

Ribuan santri, baik kaum hawa santriwati maupun kaum adam santriwan, memenuhi lokasi festival yang menjadi pusat perhatian dunia dayah Aceh.

Dengan tema “Santri Sapeue Kheun, Aceh Tabangun”, acara ini tak sekadar menjadi ajang unjuk kepiawaian kitab, melainkan juga panggung kebangkitan santri sebagai garda keilmuan Aceh.

Dalam babak pemerataan, Pidie sempat berada di posisi terakhir dengan total skor 425 poin — tertinggal dari Aceh Selatan (550), Langsa (550), dan Aceh Utara (600).

Namun, semangat meusyuhu atau bangkit menjadi bahan bakar luar biasa bagi para pejuang kitab asal Tanah Seulanga ini.

Trio santri tangguh dari Pidie — Tgk. Saidul Abrar sebagai juru bicara, didampingi oleh Tgk. Sulthan Riva dan Tgk. Akmal
Hanif  dikenal sebagai generasi muda penggenggam warisan keilmuan Tgk. Chik Di Tiro.

Mereka tampil penuh percaya diri dan mampu menguasai
arena, baik dari sisi pemahaman teks klasik, kefasihan bahasa Arab,
maupun strategi menjawab soal-soal tingkat tinggi dari perspektif ilmu mantiq, nahwu dan lainnya kitab.

Ketika masuk babak penyisihan, persaingan semakin sengit.

Aceh Utara, yang menjadi lawan klasik dan musuh bebuyutan sekaligus rival terberat Pidie dalam berbagai forum keilmuan, tampil percaya diri.

Halaman
123
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved