Internasional

Tarif AS Naik Lagi! Perang Dagang Jilid Dua di Depan Mata? China Ultimatum Amerika dan Sekutunya

“Satu kesimpulan sangat jelas: dialog dan kerja sama adalah satu-satunya jalan yang benar,” tulis People’s Daily, Selasa (8/7/2025), mengomentari situ

Penulis: Sri Anggun Oktaviana | Editor: Nur Nihayati
Via Kompas
PERANG DAGANG - Presiden AS Donald Trump (kiri) dengan Presiden Cina Xi Jinping (kanan). 

Tarif AS Naik Lagi! Perang Dagang Jilid Dua di Depan Mata? China Ultimatum Amerika dan Sekutunya

SERAMBINEWS.COM-China memperingatkan pemerintahan Presiden Donald Trump agar tidak memicu kembali ketegangan dagang dengan menerapkan kembali tarif pada barang-barang asal China bulan depan.

Negeri Tirai Bambu itu juga mengancam akan mengambil tindakan terhadap negara-negara yang bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk mengeluarkan China dari rantai pasokan global.

Ketegangan ini muncul meski sebelumnya, pada Juni, Washington dan Beijing telah menyepakati sebuah kerangka kerja perdagangan.

Baca juga: Trump Ngamuk ke BRICS, Ancam Kenakan Tarif Tambahan 10 Persen ke Anggotanya, Indonesia Terancam

Kesepakatan itu memulihkan gencatan senjata dalam perang dagang, namun banyak rincian kesepakatan tersebut belum jelas.

 Karena itu, para pelaku pasar di kedua negara kini menunggu untuk melihat apakah kesepakatan tersebut akan berujung pada perdamaian yang lebih permanen atau justru kembali memanas.

Pada Senin (7/7/2025), sehari sebelum pernyataan China, Presiden Trump mulai menginformasikan kepada negara-negara mitra dagang bahwa tarif AS akan kembali dinaikkan secara signifikan per 1 Agustus. 

Sebelumnya, pada April, Trump sempat menunda sebagian besar tarif tinggi dan hanya memberlakukan bea masuk sebesar 10 persen kepada sejumlah negara, untuk memberi waktu mencapai kesepakatan dagang.

Tiongkok, yang sempat dikenakan tarif lebih dari 100 persen pada beberapa produknya, kini diberi waktu hingga 12 Agustus untuk mencapai kesepakatan baru dengan Amerika Serikat.

Jika tidak, Trump mengancam akan kembali memberlakukan tarif tambahan seperti yang diterapkan selama perang dagang pada April dan Mei lalu.

Dilansir dari kantor berita Reuters (8/7/2025), media resmi milik Tiongkok, People’s Daily, melalui kolom opini berjudul "Zhong Sheng" (yang berarti Suara Tiongkok), menyatakan bahwa jalur terbaik dalam menyelesaikan konflik ini adalah melalui kerja sama dan dialog.

Baca juga: Trump Ancam Hukum Negara Pendukung BRICS, Siap-Siap Dihantam Tarif 10 Persen! Indonesia Termasuk!

“Satu kesimpulan sangat jelas: dialog dan kerja sama adalah satu-satunya jalan yang benar,” tulis People’s Daily, Selasa (8/7/2025), mengomentari situasi ketegangan dagang saat ini.

Surat kabar itu juga menyebut tarif yang diberlakukan oleh Trump sebagai bentuk “intimidasi.”

“Praktik telah membuktikan bahwa hanya dengan menegakkan posisi berprinsip dengan teguh, seseorang dapat benar-benar melindungi hak dan kepentingan sahnya,” lanjutnya.

People's Daily juga memperingatkan potensi dimulainya kembali perang tarif jika AS tetap menerapkan apa yang disebut sebagai “batas waktu akhir.”

Menurut data dari Peterson Institute for International Economics, saat ini tarif rata-rata yang dikenakan Amerika Serikat terhadap barang-barang ekspor asal Tiongkok sudah mencapai 51,1 persen.

Sebaliknya, tarif rata-rata Tiongkok terhadap produk dari AS berada di angka 32,6 persen.

Baca juga: Trump Kecam Elon Musk Bentuk Partai Politik Baru di AS, Sebut Konyol dan Tak akan Berhasil

Kedua negara telah mengenakan tarif terhadap hampir seluruh barang yang mereka perdagangkan satu sama lain.

Tak hanya itu, media tersebut juga menyinggung negara-negara di Asia yang mulai menjalin kesepakatan dagang dengan AS yang mengecualikan Tiongkok dari rantai pasokan mereka.

Salah satunya adalah Vietnam.

Pekan lalu, Vietnam dilaporkan berhasil menegosiasikan pengurangan tarif dengan AS, dari 46 persen menjadi 20 persen.

Namun sebagai bagian dari kesepakatan, barang-barang yang “dikirim ulang” dari China melalui Vietnam tetap dikenai tarif sebesar 40 persen.

Menanggapi hal ini, China menyampaikan keberatannya.

Baca juga: Tak Akur Dengan Trump, Harta Elon Musk Menurun, Ini Daftar 10 Orang Terkaya di Dunia pada Awal Juli

“China dengan tegas menentang pihak mana pun yang membuat kesepakatan yang mengorbankan kepentingan China sebagai imbalan atas konsesi tarif,” tulis surat kabar itu.

“Jika situasi seperti itu muncul, China tidak akan menerimanya dan akan menanggapi dengan tegas untuk melindungi kepentingan sahnya.”

Situasi ini menunjukkan bahwa ketegangan dagang antara dua kekuatan ekonomi dunia masih jauh dari kata selesai.

Langkah dan keputusan selanjutnya dari Washington dan Beijing akan sangat menentukan arah hubungan ekonomi global dalam waktu dekat.

(Serambinews.com/Sri Anggun Oktaviana)

Baca juga: Putin Ngamuk Serang Ukraina Usai Telepon Trump, Rusia Hujani Kyiv Pakai 550 Rudal dan Drone

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved