Perjuangan Perpanjangan Dana Otsus Aceh
Dana Otsus Terancam Berakhir 2027, Rektor UTU Sebut Aceh Harus Siap dengan Alternatif Ekonomi Baru
“Namun, jika dana Otsus tak lagi bisa diakomodir, Aceh wajib memikirkan alternatif lain untuk membangun daerah,” tegas Prof Ishak.
Penulis: Sadul Bahri | Editor: Saifullah
Laporan Sa'dul Bahri | Aceh Barat
SERAMBINEWS.COM, MEULABOH - Rektor Universitas Teuku Umar (UTU) Meulaboh, Prof Dr Ishak Hasan menegaskan, pentingnya langkah strategis dan kolektif dari seluruh elemen masyarakat Aceh dalam menyikapi kemungkinan berakhirnya Dana Otonomi Khusus (0tsus) dari pemerintah pusat.
Menurut Prof Ishak, perjuangan politik harus terus digalakkan.
Wali Nanggroe Aceh dan para tokoh penting Aceh, baik di dalam maupun luar pemerintahan, perlu aktif menjalin komunikasi langsung dengan para menteri hingga Presiden Republik Indonesia.
Tujuannya satu, memperjuangkan keberlanjutan atau solusi atas penghentian dana Otsus yang selama ini menjadi salah satu penopang utama pembangunan di Aceh.
"Semua elemen di Aceh harus bersatu. Kita harus berdialog dengan DPR RI, Presiden, dan kementerian terkait,” ujar Prof Ishak.
“Namun, jika dana Otsus tak lagi bisa diakomodir, Aceh wajib memikirkan alternatif lain untuk membangun daerah,” tegas Prof Ishak kepada Serambinews.com, Senin (14/7/2025), menanggapi soal dana otsus jika berakhir di Aceh pada 2027 mendatang.
Terkait hal tersebut, pihaknya menekankan, bahwa fokus Aceh tidak boleh hanya terpaku pada dana khusus.
Aceh harus membuka jalan ekonomi baru yang mandiri dan berkelanjutan.
la mencontohkan inisiatif Pemerintah Aceh saat ini yang telah membuka jalur transportasi laut antara Aceh dan Malaysia sebagai langkah awal membangun konektivitas ekonomi regional.
Namun, menurutnya, transportasi bukan sekadar kapal saja yang berlayar, tetapi juga isi muatannya yang menjadi fokus.
Aceh memiliki potensi luar biasa di sektor pertanian, perikanan, hingga kelautan. Produk-produk ini harus dikelola dan dikemas secara profesional untuk ekspor, seperti ikan beku yang diproses secara higienis sebagaimana yang dilakukan Korea Selatan.
"Sektor perikanan kita sangat kaya, namun belum digarap optimal. Kita butuh peningkatan kualitas pengolahan agar mampu bersaing di pasar global," ujarnya.
Aceh Barat baru-baru ini meresmikan Pabrik Karet Kemah sebagai wujud nyata pengembangan sektor pertanian.
Prof Ishak berharap langkah ini bisa ditiru untuk komoditas lain seperti kelapa sawit yang potensinya sangat besar di Aceh.
la mengusulkan pendirian pabrik minyak goreng di Aceh agar komoditas ini dapat memberikan nilai tambah ekonomi secara lokal.
Pariwisata menjadi sektor strategis lainnya yang bisa menjadi motor penggerak ekonomi Aceh pasca-Otsus.
Prof Ishak Hasan mengajak pemerintah untuk mengembangkan konsep wisata halal dan halal food yang memiliki pasar global besar, khususnya dari negara-negara Islam.
la menyebut, ide pembangunan kereta gantung di kawasan wisata seperti Gunung Geurutee atau Krueng Raya sebagai contoh monumental yang bisa menjadi daya tarik wisata internasional.
Sebagaimana kereta gantung di Langkawi, Malaysia, yang setiap hari didatangi ribuan wisatawan dari berbagai belahan negara.
"Kalau kita punya kereta gantung pertama di Sumatera, itu bisa jadi magnet ekonomi baru. Kenapa orang ke Langkawi, karena ada sensasi wisata yang menarik. Kita juga bisa melakukan itu," jelasnya.
Menyangkut dengan wisata tersebut, maka bandara juga disebut sebagai elemen penting yang harus dimodernisasi.
Akses mudah dan penerbangan langsung dari luar negeri akan memicu ledakan kunjungan wisatawan investasi.
Selain itu, Prof Ishak menyoroti pentingnya pengelolaan sektor pertambangan yang lebih memberikan dampak langsung ke daerah.
la mengusulkan agar pemerintah daerah terlibat aktif dalam pengelolaan tambang, jangan hanya dikelola pihak swasta atau orang luar sebagai upaya agar Pendapatan Asli Daerah (PAD) bisa lebih besar.
Sehingga pemerintah daerah bukan hanya menjadi penonton dari perusahaan luar yang mendapat keuntungan besar.
Di sisi lainnya, sektor peternakan di Aceh juga memiliki potensi besar yang belum tergarap.
la menyarankan pemerintah mengundang investor dari Timur Tengah seperti Arab Saudi atau Uni Emirat Arab untuk membangun industri peternakan berbasis ekspor, dan langkah ini sebagai upaya mengembangkan sektor ekonomi Aceh ke depan.
la juga mengingatkan bahwa semua peluang ini hanya akan berhasil jika seluruh pihak, termasuk Pemerintah Aceh, DPR, akademisi, dan masyarakat, benar-benar bekerja sama dan tidak hanya berhenti pada tataran wacana.
"Kita harus benar-benar memanfaatkan peluang. Bukan sekadar berbicara. Pemerintah Aceh harus kerja keras dan adanya tim yang kuat," tutup Prof Ishak.(*)
Perjuangan Perpanjangan Dana Otsus Aceh
Perjuangan Dana Otsus Aceh 2025
Dana Otsus
Dana Otsus Aceh
Rektor UTU Prof Ishak Hasan
Sumber Ekonomi Baru Aceh
Aceh Barat
Serambinews.com
Serambi Indonesia
Lobi Perpanjangan Dana Otsus Aceh, Bupati Nagan Raya TRK Temui Yusril, Ini Permintaannya ke Prabowo |
![]() |
---|
Guncangan Sosial Intai Aceh Jelang Berakhir Otsus 2027, Pemerintah Pusat Diminta tidak Lepas Tangan |
![]() |
---|
Rektor Unimal Ramal Ekonomi Aceh Mundur & Angka Kemiskinan Meroket Jika Dana Otsus tak Diperpanjang |
![]() |
---|
Ngeri! Begini Prediksi Sosiolog Jika Aceh tanpa Dana Otsus, Timbul Kekacauan dan Krisis Legitimasi |
![]() |
---|
Prof Humam Istilahkan Aceh Disease untuk Pengelolaan Dana Otsus, Bersifat Konsumtif & Belajar Rutin |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.