Infrasruktur

Jalan Ateung Teupat Kerap Hambat Aktivitas Warga, Pemerintah Diminta Prioritaskan Pembangunan

Sayangnya, harapan tersebut hingga kini belum juga membuahkan hasil. Jalan yang menjadi satu-satunya jalur tercepat menuju Meulaboh itu kerap

Penulis: Sadul Bahri | Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/ Kiriman Ahmad Fauzi
JALAN TERGENANG - Warga melintasi badan jalan yang tergenang banjir di kawasan Desa Layung, Kecamatan Bubon, Kabupaten Aceh Barat, Jumat (18/7/2025). 

Laporan Sa’dul Bahri I Aceh Barat

SERAMBINEWS.COM, MEULABOH - Kondisi Jalan Ateung Teupat yang menghubungkan Kecamatan Bubon dengan Woyla Raya, tepatnya di kawasan Desa Layung, Kecamatan Bubon, Kabupaten Aceh Barat, selama ini kerap menghambat aktivitas warga, akibat terendam banjir dan diperparah dengan kondisi badan jalan yang sempit.

Akses jalan vital ini tak hanya menjadi jalur utama warga menuju pusat ibu kota Kabupaten Aceh Barat (Meulaboh), tetapi juga menjadi urat nadi perekonomian masyarakat Woyla yang terus berharap adanya perbaikan nyata dari pemerintah.

Sayangnya, harapan tersebut hingga kini belum juga membuahkan hasil. Jalan yang menjadi satu-satunya jalur tercepat menuju Meulaboh itu kerap kali tergenang banjir, rusak parah, sempit, dan minim penerangan, membuat perjalanan warga terutama di malam hari menjadi sangat berisiko.

“Ini bukan sekadar jalan biasa, ini jalan hajat hidup orang banyak," tegas tokoh masyarakat Woyla, Ahmad Fauzi, Sabtu (19/7/2025).

la menilai kondisi jalan tersebut sudah selayaknya menjadi prioritas utama Pemerintah Aceh dan Aceh Barat, mengingat dampaknya sangat luas terhadap mobilitas dan ekonomi masyarakat.

Menurutnya, jika dilihat dari skala urgensi dan jumlah pengguna jalan, kondisi Jalan Ateung Teupat bisa masuk kategori persoalan mendesak dalam sektor infrastruktur. Namun, sampai kini belum ada kepastian soal langkah pembangunan nyata dari pemerintah.

la mengungkapkan bahwa banyak warga kini mulai pesimis terhadap perhatian pemerintah yang dinilai lamban dalam menangani kebutuhan infrastruktur masyarakat pedalaman.

Kondisi ini diperparah dengan meningkatnya aktivitas kendaraan berat, seiring beroperasinya sebuah pabrik karet baru yang lokasinya berada di sepanjang jalur tersebut. 

Saat musim banjir lintas tersebut harus menggunakan becak barang untuk mengangkut kendaraan untuk melintas, sedangkan mobil kecil selain truk tidak bisa melintas, sehingga masalah ini diharapkan bisa berakhir dengan dibangunnya kembali badan badan tersebut.

Keberadaan pabrik itu seharusnya menjadi pemicu tambahan bagi pemerintah untuk segera meningkatkan kualitas jalan, mengingat jalan kini tidak hanya dilalui warga, tetapi juga menjadi jalur distribusi hasil industri dan pertanian.

Fauzi berharap Pemerintah Aceh dibawah pimpinan Muzakir Manaf (Mualem) hendaknya dapat menjawab keresahan masyarakat ini dengan tindakan konkret. 

la menegaskan, karena jalan tersebut merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi, maka sangat penting bagi Pemkab Aceh Barat untuk serius dan mendorong pembangunan jalan yang layak dan aman.

"Kami tidak meminta muluk-muluk, cukup jalan yang bisa dilalui dengan aman, tidak rusak, dan tidak gelap. Ini soal kebutuhan dasar," pungkasnya.

Warga Woyla dan sejumlah kecamatan lainnya kini menanti janji-janji pembangunan yang bukan sekadar angin lalu, tapi diiringi aksi nyata. Jalan Ateung Teupat bukan hanya penghubung antar wilayah, tetapi juga perhatian dan kehadiran negara di tengah rakyatnya sangat diharapkan.(*)

 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved