Perang Gaza

Lagi, Tentara Penjahat Israel Tewas Terkubur Reruntuhan dalam Ledakan Bom Pejuang Hamas di Gaza

Menurut penyelidikan awal IDF, Loza tewas ketika sebuah ledakan menyebabkan sebuah bangunan runtuh selama operasi di wilayah Rafah

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/IDF
Prajurit yang terbunuh itu bernama Sersan Mayor (purnawirawan) Vladimir Loza, 36, dari Brigade ke-5 Batalyon ke-7020, dari Ashkelon. 

SERAMBINEWS.COM - Seorang prajurit cadangan IDF tewas selama pertempuran di Jalur Gaza selatan pada Senin, militer mengumumkan pada hari Selasa (22/7/2025), kematian kedua dalam beberapa jam saat tentara terus maju dengan serangan baru di wilayah pesisir tersebut.

Pengumuman ini muncul ketika media lokal melaporkan 18 orang tewas dalam serangan Israel di Gaza, sementara kelompok pejuang Hamas mengatakan hampir 20 orang meninggal karena kelaparan selama dua hari sebelumnya. 

Prajurit yang terbunuh itu bernama Sersan Mayor (purnawirawan) Vladimir Loza, 36, dari Brigade ke-5 Batalyon ke-7020, dari Ashkelon.

Menurut penyelidikan awal IDF, Loza tewas ketika sebuah ledakan menyebabkan sebuah bangunan runtuh selama operasi di wilayah Rafah. 

Militer menduga ledakan itu disebabkan oleh alat peledak yang ditanam oleh pejuang Hamas di Gaza.

Baca juga: Tiga Tentara Israel Tewas Diledakkan dalam Tank, Seorang Perwira IDF Luka Parah

Kematian Loza menambah jumlah korban tewas pasukan Israel yang bertempur di Gaza menjadi 456 sejak perang dimulai dengan serangan dahsyat Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan. 

Seorang prajurit lainnya, Sersan Staf Amit Cohen, 19 tahun, dari Batalyon ke-13 Brigade Golani, juga tewas pada hari Senin di Gaza.

Menurut laporan di media Palestina, 16 orang tewas dalam serangan udara Israel Selasa pagi di kamp pengungsi Shati di Kota Gaza bagian barat.

Dua kematian tambahan dan beberapa luka-luka juga dilaporkan dalam serangan terpisah di Deir al-Balah, di Jalur Gaza tengah, saat militer memperluas operasi darat ke kota tersebut.

Sebagian besar penduduk Gaza telah mengungsi berkali-kali selama 21 bulan konflik, dan kamp Al-Shati, di pantai Mediterania, menampung ribuan orang yang mengungsi dari utara di tenda-tenda dan tempat penampungan sementara.

Raed Bakr, 30 tahun, tinggal di kamp bersama ketiga anaknya dan mengatakan ia mendengar ledakan besar sekitar pukul 01.40 dini hari pada hari Selasa, yang menghancurkan tenda mereka.

"Saya merasa seperti mimpi buruk. Api, debu, asap, dan potongan tubuh beterbangan di udara, tanah di mana-mana. Anak-anak menjerit," ujar Bakr, yang istrinya terbunuh tahun lalu, kepada AFP.

Karena mobil pribadi tidak bisa digunakan di jalan karena kekurangan bahan bakar, para tetangga membawa beberapa korban luka dengan berjalan kaki. 

"Tidak ada kendaraan atau bahkan gerobak keledai," katanya.

Muhannad Thabet, 33 tahun, yang juga tinggal di kamp Al-Shati, menyebutnya sebagai “malam teror” karena “serangan udara dan ledakan yang tak henti-hentinya.”

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved