Berita Aceh Tamiang

Pembangunan Pabrik Kulit dari Jamur, Ada Historis Aceh Tamiang di Produknya

Dalam sesi presentasi, pihak MYCL sempat membakar kulit dari jamur. “Ternyata kualitasnya juga lebih bagus dari kulit sapi, tahan api, sudah diuji

|
Penulis: Rahmad Wiguna | Editor: Nurul Hayati
SERAMBINEWS.COM/ RAHMAD WIGUNA
KULIT JAMUR - CEO MYCL Adi R Nugoroho (kanan) menunjukkan material yang akan dijadikan jamur. Perusahaan asal Bandung, Jawa Barat ini sudah memilih Aceh Tamiang sebagai pemasok utama jamur dari limbah kelapa sawit. 

Dalam sesi presentasi, pihak MYCL sempat membakar kulit dari jamur. “Ternyata kualitasnya juga lebih bagus dari kulit sapi, tahan api, sudah diuji tes dibakar,” ungkapnya.

Laporan Rahmad Wiguna | Aceh Tamiang

SERAMBINEWS.COM, KUALASIMPANG - Bupati Aceh Tamiang Irjen Pol (P) Armia Pahmi memastikan dukungan penuh, untuk realisasi berdirinya pabrik kulit berbahan jamur yang diinisiasi MYCL dan FKL.

“Kita membuka pintu selebar-lebarnya untuk investor, ini sangat membantu di tengah terbatasnya anggaran,” kata Armia, Kamis (24/7/2025).

Secara gamblang Armia menyebut APBK 2025 tidak bisa diharapkan karena sebagian besar sudah diplot untuk belanja pegawai.

 “APBK kita tinggal sisa 20 persen, sudah jelas infrastruktur tidak bisa kita harapkan banyak,” ucapnya.

Selain bakal menyerap tenaga kerja, kehadiran pabrik ini bakal disusul geliat ekonomi masyarakat sekitar.

Untuk dia berharap, agar nantinya pihak perusahaan mengedepankan masyarakat lokal sebagai tenaga kerja.

Di sisi lain Armia memuji kualitas kulit yang diproduksi MYCL dari jamur.

Kualitas Kulit Jamur

Dalam sesi presentasi, pihak MYCL sempat membakar kulit dari jamur.

“Ternyata kualitasnya juga lebih bagus dari kulit sapi, tahan api, sudah diuji tes dibakar,” ungkapnya.

Baca juga: Kelompok Tani di Aceh Tamiang Dilatih Tentang Pengaturan Suhu Jamur Merang

CEO MYCL, Adi R Nugroho menjelaskan kemampuan tahan api disebabkan dinding sel mycelium mengandung chitin, protein dan polisakarida.

Pada suhhu tinggi mycelium melepaskan gas seperti NH3,, CO2 dan H2O yang mengencerkan dan menekan api saat pembakaran.

Tingginya kualitas ini membuat permintaan pasar dunia cukup tinggi.

Sebagai contoh kata dia, Amerika Serikat butuh 200 lembar per bulan, sedangkan Inggris jauh lebih tinggi karena mencapai 10 ribu lembar per bulan.

“Sementara kemampuan kita 10 ribu lembar itu selama satu tahun,” jelasnya.

Adi yang datang ke Aceh Tamiang didampingi Project Manajer MYCL, Dimas Sandya dan Business Development, Muth Syaqhobul Fikri optimis pelebaran sayap mereka ke Aceh Tamiang akan memenuhi kebutuhan pasar dunia.

“Tidak jarang kami malah mengimpor jamur dari Jepang, karena memang kebutuhan dunia sangat tinggi,” ucapnya.

Koordinator Sustainable FKL, Hendra Syahrial pun optimis permintaan dunia ini akan terpenuhi mengingat mereka sudah membina 2.200 petani berlabelkan ISPO/RSPO.

Menariknya, hasil penjualan produk kulit ini akan didonasikan untuk digunakan konservasi lingkungan kembali.

“Dan setiap produk nanti akan diselipkan historis tentang Aceh Tamiang, misalnya tentang keberadaan badak, orangutan atau pun tuntong laut yang merupakan endemik Aceh Tamiang,” tuturnya. (*)

Baca juga: Para Pemuda Lhok Awe-Awe Bireuen Dilatih Budidaya Jamur Tiram

 
 
 

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved