Perang Gaza

'Menteri Gila' Israel Bantah Kelaparan di Gaza: Jika Lapar, Mereka Pasti Kembalikan Para Sandera

Pernyataan terbarunya muncul sebagai pembelaan terhadap kebijakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu

Editor: Ansari Hasyim
SERAMBINEWS.COM/AFP
Menteri Keamanan Nasional Israel dari kelompok ekstremis, Itamar Ben Gvir, menyatakan penolakannya yang kuat terhadap kesepakatan gencatan senjata dengan Hamas. 

SERAMBINEWS.COM - Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Israel, Itamar Ben Gvir, pada Jumat mengklaim bahwa "tidak ada kelaparan nyata di Gaza," yang bertentangan dengan peringatan dari puluhan negara dan organisasi kemanusiaan internasional tentang kelaparan yang semakin parah di wilayah kantong yang terkepung tersebut, Anadolu Agency melaporkan.

Dalam sebuah unggahan di X, Ben Gvir berkata: "Tidak ada kelaparan yang nyata di Gaza. Jika mereka lapar, mereka pasti sudah memulangkan para sandera," dan menambahkan: "Saya mendukung Hamas yang kelaparan di Gaza."

Ben Gvir yang juga dilakap 'menteri gila' dan pemimpin partai Kekuatan Yahudi ultranasionalis, telah lama menganjurkan penghentian semua bantuan kemanusiaan ke Gaza, menyerukan pendudukan kembali wilayah tersebut secara penuh, pengusiran penduduk Palestina, dan pembangunan pemukiman Israel.

Pernyataan terbarunya muncul sebagai pembelaan terhadap kebijakan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mencegah masuknya bantuan kemanusiaan ke Gaza, sebuah kebijakan yang secara luas dikutuk sebagai hukuman kolektif.

Baca juga: Regu Penyelamat di Gaza akan Berhenti Beroperasi karena Kehabisan Bahan Bakar

Komentar Ben Gvir sangat berbeda dengan posisi sejumlah pemerintah dan lembaga kemanusiaan, termasuk PBB, yang telah memperingatkan tentang kelaparan massal di Gaza dan menuduh Israel menjadikan makanan sebagai senjata sebagai bagian dari perang genosida.

Jalur Gaza saat ini sedang mengalami salah satu krisis kemanusiaan terburuk dalam sejarahnya. Sejak 7 Oktober 2023, Israel telah melancarkan perang yang menghancurkan di wilayah kantong tersebut, dan sejak 2 Maret, telah menutup semua jalur penyeberangan, menghalangi masuknya makanan, pasokan medis, dan bantuan kemanusiaan.

Penutupan ini telah menyebabkan malnutrisi akut, terutama di kalangan anak-anak dan orang sakit. Kelaparan telah dilaporkan di berbagai daerah, dan organisasi-organisasi bantuan memperingatkan bahwa waktu hampir habis untuk mencegah kematian massal akibat kelaparan.

Menolak seruan internasional untuk gencatan senjata, tentara Israel telah melancarkan serangan brutal di Gaza sejak 7 Oktober 2023, menewaskan lebih dari 59.500 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Pengeboman tanpa henti telah menghancurkan daerah kantong tersebut dan menyebabkan kekurangan pangan serta penyebaran penyakit.

November lalu, Pengadilan Kriminal Internasional mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanannya Yoav Gallant atas kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza.

Israel juga menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional atas perangnya di daerah kantong tersebut.

Para Dokter di Gaza Kelaparan dan Kelelahan, Serukan Aksi Global 

Para dokter di Gaza juga mengalami malnutrisi saat berupaya membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan medis. 

"Kami telah berbicara dengan beberapa dokter yang mengatakan mereka selalu merasa pusing, sakit kepala, atau bahkan pingsan," sebut jurnalis Al Jazeera dalam laporannya, Sabtu.

Pasien di Palestina yang kelaparan dan terluka berdatangan ke rumah sakit setiap hari dalam situasi seperti ini. 

Tidak ada pasokan medis, tidak ada sumber daya nutrisi yang dapat diberikan oleh para dokter tersebut.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved