Konflik Rusia vs Ukraina

Kejamnya Rusia, Siksa Tentara Desersi, Diikat di Pohon, Biarkan Diserang Drone

Sebuah video yang terekam di medan perang Ukraina memperlihatkan seorang prajurit Rusia diikat ke pohon dan ditinggalkan begitu saja. 

Editor: Faisal Zamzami
KEMENTERIAN PERTAHANAN RUSIA
TENTARA - Tentara Rusia menembakkan senjata howitzer kepada pasukan Ukraina di lokasi yang tak disebutkan. Foto ini dirilis Kementerian Pertahanan Rusia pada 22 Maret 2023. 

SERAMBINEWS.COM - Sebuah video yang terekam di medan perang Ukraina memperlihatkan seorang prajurit Rusia diikat ke pohon dan ditinggalkan begitu saja. 

Nasibnya tak diketahui, tetapi ancaman yang menghantuinya sangat jelas: drone serang Ukraina yang dijuluki Baba Yaga tengah mengudara.

Baba Yaga mengacu pada sosok penyihir menakutkan dari cerita rakyat Slavia yang disebut memakan korbannya.

Nama itu kini digunakan tentara Rusia untuk menyebut drone Ukraina berukuran besar yang menyebarkan ketakutan di medan tempur.

Komandan drone Ukraina yang menggunakan nama sandi Munin mengatakan kepada CNN bahwa ia telah dua kali menyaksikan langsung praktik mengikat tentara Rusia ke pohon, dan berkali-kali mendengar percakapan serupa dalam intersepsi radio.

 "Setiap drone besar milik Ukraina mereka sebut Baba Yaga. Itu benar-benar menakutkan bagi mereka yang terluka. Seolah-olah ada mitos menakutkan yang terbang dan membunuh semua orang," ujarnya, sebagaimana dilansir CNN.

CNN memperoleh percakapan komunikasi radio yang memperkuat kesaksian tersebut. 

Dalam rekaman itu, seorang komandan Rusia terdengar dua kali memerintahkan bawahannya untuk mengikat seorang prajurit ke pohon sebagai bentuk hukuman atas tindakan desersi.

"Sembunyikan dia di suatu tempat saat pertempuran berlangsung. Lalu dalam setengah jam, bawa dia keluar dan ikat ke pohon," kata komandan tersebut.

Baca juga: Barat Ketar-ketir, Rusia Pamer Ribuan Drone Shahed Iran, Bisa Luncurkan 2.000 Drone dalam Satu Salvo

Kesaksian

Pemerintah Rusia jarang mengungkap kasus desersi secara terbuka. Namun, melalui media sosial seperti Telegram, muncul sejumlah kesaksian dari prajurit dan keluarga mereka.

Salah satunya datang dari Yuri Duryagin, seorang tentara yang mengunggah video permohonan langsung kepada Presiden Rusia Vladimir Putin.

Dia mengaku bertugas di wilayah Donetsk, Ukraina, dan menyampaikan bahwa perlengkapan yang buruk serta kekurangan amunisi menyebabkan hanya 32 dari 150 anggota satuan yang selamat dalam suatu serangan.

Duryagin juga menyebut hanya menerima kurang dari seperlima gaji yang seharusnya, dan atasannya menganggap keluhan tersebut tidak berguna.

Lebih dari itu, ia menuduh bahwa kematian prajurit di medan perang sering disembunyikan untuk menghindari pembayaran kompensasi kepada keluarga.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved