Sabang
Pernikahan Menurun, Perceraian Masih Tinggi di Sabang, Ini Penyebabnya
“Penurunan ini cukup signifikan dan berpotensi mempengaruhi struktur sosial masyarakat dalam jangka panjang...
Penulis: Aulia Prasetya | Editor: Eddy Fitriadi
“Tantangan pasangan muda saat ini bukan cuma ekonomi, tapi juga bagaimana menjaga komunikasi yang sehat di era digital,” kata Mira.
Mahkamah Syar’iyah Sabang berupaya menyelamatkan rumah tangga yang bermasalah lewat jalur mediasi. Namun banyak pasangan datang ke pengadilan ketika konflik sudah terlalu dalam dan tidak bisa lagi diselesaikan dengan dialog.
“Kalau sudah masuk pengadilan, biasanya masalah sudah menumpuk. Tapi kami tetap mendorong proses damai, apalagi kalau ada anak yang harus dilindungi,” ujar Mira.
Sepanjang 2024, Mahkamah mencatat 61 perkara perceraian, terdiri dari 44 cerai gugat dan 17 cerai talak. Mayoritas disebabkan oleh perselisihan terus-menerus, diikuti dengan alasan ditinggal pasangan, perselingkuhan, hingga karena pasangan sedang menjalani hukuman penjara.
Fenomena ini menempatkan Sabang dalam persimpangan sosial yang serius. Di satu sisi, minat menikah generasi muda terus menurun. Di sisi lain, banyak pernikahan yang kandas karena persoalan mental, digital, hingga budaya komunikasi yang tidak sehat.
“Kami butuh pendekatan lintas sektor, tidak bisa hanya dari Kemenag atau Mahkamah Syar’iyah saja. Ini persoalan sosial dan generasi,” ujar Murdani.
Upaya pencegahan melalui bimbingan pranikah dan edukasi digital disebut menjadi kunci dalam menghadapi tantangan baru rumah tangga masa kini. Tanpa itu, institusi keluarga akan terus berada di bawah ancaman ketidakstabilan.(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.