Perang Gaza

Tolak Semua Opsi Gencatan Senjata, AS dan Israel Ngotot Mau Usir Massal Warga Palestina dari Gaza

Ia juga mempertanyakan prioritas pemerintah Israel, dengan mengklaim bahwa pengembalian tawanan yang ditahan di Gaza dengan selamat

Editor: Ansari Hasyim
/ANTARA/Anadolu/py
Ilustrasi warga Gaza antri bantuan makanan. 

Bahkan sebelum eskalasi terbaru, penduduk Gaza telah mengalami kekurangan pangan kronis, diperparah oleh pembatasan ketat Israel dalam pengiriman bantuan. 

Kini, dengan infrastruktur yang hancur dan akses ke makanan yang hampir mustahil, keputusasaan menjadi hal yang umum.

"Kita bisa bertahan satu atau dua minggu tanpa tepung," kata Mughari. 

"Terkadang kita hanya makan satu kali sehari, yaitu lentil, dan terkadang kita tidak menemukan apa pun untuk dimakan – kita menghabiskan hari dengan minum air putih hanya untuk merasa kenyang."

Keluarganya telah mengungsi paksa tujuh kali sejak perang dimulai. Kelaparan, tidak seperti bom, tidak menawarkan zona aman untuk melarikan diri.

"Kadang kami mendapatkan lentil dari sumbangan atau orang-orang yang beramal, atau kami meminjam uang untuk membelinya, itu saja," ujarnya. 

"Kami tidak menerima bantuan makanan dari dapur umum; itu hanya untuk kamp-kamp tertentu, dalam jumlah kecil."

Di seberang Jalur Gaza, pusat-pusat distribusi yang dioperasikan oleh Yayasan Kemanusiaan Gaza hanya buka sebentar. 

Dalam banyak kasus, tembakan Israel menyasar warga Palestina yang kelaparan, menyebabkan pembantaian yang mengerikan .

'Kita sedang sekarat perlahan-lahan'

Mansoura Fadl al-Helou, seorang janda berusia 58 tahun, tak lagi berusaha mendapatkan bantuan. Lemah dan ketakutan, ia melarang putranya mengambil risiko pergi ke titik distribusi.

"Hanya putra saya satu-satunya yang ada di sini, tetapi saya selalu melarangnya mendekati truk bantuan karena bahaya yang ditimbulkan oleh tentara. Saya tidak tega melihatnya kembali kepada saya sebagai martir," kata al-Helou kepada The Guardian.

Mughari, yang baru-baru ini menjalani operasi jantung terbuka, mengatakan tidak seorang pun dari anak-anaknya, yang semuanya berusia di bawah 12 tahun, mungkin dapat menahan risiko yang terlibat dalam mengejar makanan.

"Kami telah mengirim banyak pesan ke dunia, tetapi tak seorang pun bergerak. Kami tak tahu lagi harus berkata apa. Yang bisa kukatakan kepada dunia adalah kami sekarat perlahan, selamatkan kami dari tragedi ini."

Orang tua menyaksikan anak-anak mereka kelaparan

Halaman
1234
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved