Perang Gaza

Tolak Semua Opsi Gencatan Senjata, AS dan Israel Ngotot Mau Usir Massal Warga Palestina dari Gaza

Ia juga mempertanyakan prioritas pemerintah Israel, dengan mengklaim bahwa pengembalian tawanan yang ditahan di Gaza dengan selamat

Editor: Ansari Hasyim
/ANTARA/Anadolu/py
Ilustrasi warga Gaza antri bantuan makanan. 

SERAMBINEWS.COM - Mohamad Elmasry, seorang profesor di Institut Studi Pascasarjana Doha, mengatakan Gaza telah dibom hingga hancur total dan menuduh Israel dan Amerika Serikat berkomitmen untuk melakukan pengusiran massal terhadap warga Palestina.

"Untuk waktu yang lama, hal itu tidak disebutkan," ujarnya kepada Al Jazeera. 

"Namun, Israel dan Amerika telah menyatakannya dengan jelas. Mereka telah menyatakannya secara eksplisit dalam beberapa kesempatan selama beberapa bulan terakhir."

Ia juga mempertanyakan prioritas pemerintah Israel, dengan mengklaim bahwa pengembalian tawanan yang ditahan di Gaza dengan selamat bukanlah inti dari strateginya.

Menurut Elmasry, Hamas juga telah mengajukan beberapa tawaran gencatan senjata sejak Oktober 2023.

"Proposal itu juga mencakup Hamas yang melepaskan kekuasaan di Gaza, dan menyerahkan kekuasaan kepada pemerintahan teknokratis," ujarnya, seraya menambahkan bahwa gencatan senjata jangka panjang telah dipertimbangkan. 

Baca juga: Hamas Tolak Menyerah Hingga Negara Palestina yang Berdaulat Berdiri

"Hamas, dalam berbagai kesempatan, telah mengajukan gencatan senjata lima tahun dan juga 10 tahun dengan Israel. Israel menolak semua itu."

Ia mengatakan penolakan ini menunjukkan bahwa pemerintah Israel tidak terlalu tertarik pada para tawanan, dan mereka bukan prioritas tinggi.

Sementara itu Menteri Pertama Skotlandia mengatakan jelas ada genosida di Palestina,

“Sangat jelas bahwa ada genosida di Palestina – hal ini tidak dapat disangkal. Saya telah melihat laporan tentang kekejaman mengerikan yang memiliki karakter genosida,” tambah Swinney, seperti dilaporkan surat kabar The National di Skotlandia.

"Saya sudah menyampaikan hal itu, dan jelas belum semua orang merasakannya, tapi itulah yang saya rasakan," tambah Swinney, dalam pernyataan yang ia sampaikan setelah para pengunjuk rasa pro-Palestina berulang kali menyela acara di mana ia berpidato, di Stand Comedy Club, Edinburgh.

Di Pasar Makanan Kota Gaza, Harga-harga Meroket di Tengah Kelaparan

Setelah ekonomi runtuh akibat perang, warga Palestina di Kota Gaza harus menarik uang dari rekening mereka melalui perantara, tetapi dengan biaya tertentu.

Saber Ahmed, seorang pengungsi Palestina di Kota Gaza, menjelaskan bahwa ada pemotongan besar hampir 40 persen dari jumlah yang ingin mereka tarik.

"Dengan menarik 1.000 shekel (hampir $300), Anda akan menerima 600 shekel, yang jumlahnya kurang dari $200. Saat Anda pergi ke pasar, $200 tidak cukup untuk membeli dua kilogram lentil dan satu kilogram tepung. Setiap hari saya membutuhkan sekitar $300 untuk membeli kebutuhan pokok. Ini masalah besar," ujar Ahmed kepada Al Jazeera.

Halaman
1234
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved