Geliat Burni Telong dan Masa Kelam Kala Awan Gelap Menyelimuti Langit Aceh
Gunung Burni Telong kembali menggeliat setelah lebih dari satu abad tertidur. Simak riwayat letusan dahsyat tahun 1839 yang menggelapkan langit A
Letusan ini merupakan letusan dengan kondisi normal pada kawah pusat.
Baca juga: Shella Saukia Angkat Suara soal Temuan BPOM Produk Skincare MC: Kesalahan 2023, Kok Dibahas Lagi?
Baca juga: Telepon Terakhir Warga Aceh Tamiang sebelum Meninggal Dikeroyok di Malaysia
Letusan kedua terjadi pada tanggal 12 dan 13 Januari 1839. Letusan ini mengeluarkan abu yang menyebar hingga ke Pulau Weh.
Letusan ketiga terjadi pada tanggal 14 April 1856. Pada letusan ini keluar abu dan batu dari kawah.
Gunung Burni Telong berhenti meletus lebih dari setengah abad.
Letusan keempat baru terjadi pada bulan Desember tahun 1919 dengan letusan yang normal.
Letusan terakhir terjadi pada tanggal 7 Desember 1924. Letusan ini sangat kecil sehingga hanya menampakkan lima tiang asap di langit.
Kala Langit Aceh Menghitam
Dari semua letusan itu, letusan pada tahun 1839 merupakan yang paling mencolok, karena jangkauan material vulkaniknya dan dampak regional yang ditimbulkan.
Letusan 1839 merupakan salah satu peristiwa vulkanik paling dahsyat dalam sejarah Aceh.
Hari itu, Sabtu, 12 Januari 1838, langit tiba-tiba berubah gelap.
Baca juga: Pemblokiran Rekening oleh PPATK Bikin Resah Masyarakat, OJK Bakal Revisi Aturan Rekening Dormant
Baca juga: Detik-detik Penumpang Teriak Ada Bom di Pesawat Lion Air Bikin Panik, Begini Nasib Pelaku
Bumi berguncang hebat, suara letusan menggelegar memekakkan telinga.
Di sana, Gunung Burni Telong yang gagah menjulang, memuntahkan isi perutnya ke langit.
Awan panas, abu vulkanik, dan suara gemuruh terdengar hingga puluhan kilometer jauhnya.
Burni Telong berada di wilayah yang saat ini kita kenal Kabupaten Bener Meriah, saat itu meletus dengan hebat, menguncang alam dan manusia.
Letusannya bukan hanya sekedar semburan lava, debu, dan batu.
Tetapi peristiwa alam yang telah mengubah lanskap, mengguncang peradaban lokal, dan meninggalkan jejak dalam sejarah geologi Indonesia.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.