Opini

Kawasan Strategis Regional dan Keterbukaan Ekonomi Aceh

Dampak positif dan konkret kawasan strategis regional terhadap keterbukaan ekonomi Aceh, Pertama Akses ke Pasar Global

Editor: Ansari Hasyim
For serambinews.com
Prof Dr Apridar, SE, MSi, Guru Besar Ilmu Ekonomi Studi Pembangunan dan Dewan Pakar Pusat Riset Komunikasi Pemasaran, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Universitas Syiah Kuala 

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi (PMDN+PMA) di Aceh pada tahun 2022 mencapai Rp 7,3 triliun, tumbuh signifikan dibanding tahun-tahun sebelumnya. Sektor utama yang diminati termasuk listrik, gas & air, perdagangan & reparasi, serta pertanian.

Posisi geostrategis adalah faktor pertimbangan kunci bagi investor, terutama di sektor infrastruktur dan energi yang terkait jalur pelayaran.

Ketiga Pengembangan Infrastruktur Logistik dan Konektivitas. Menyadari potensi strategisnya, pemerintah pusat dan daerah berinvestasi besar-besaran dalam pengembangan infrastruktur logistik di Aceh.

Proyek seperti Pelabuhan Internasional Kuala Tanjung (Sumatera Utara) yang berdekatan dan rencana pengembangan Pelabuhan Arun Lhokseumawe serta Pelabuhan Malahayati bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan efisiensi.

Investasi infrastruktur yang dilakukan secara langsung tentu akan meningkatkan konektivitas Aceh dengan jaringan perdagangan global.

Pelabuhan yang modern dan efisien mengurangi dwelling time, menurunkan biaya logistik, dan meningkatkan daya saing ekspor Aceh. Konektivitas yang baik juga mendukung pengembangan kawasan ekonomi khusus (KEK) seperti KEK Arun Lhokseumawe yang fokus pada industri petrokimia dan energi.

Kementerian Perhubungan mengalokasikan anggaran untuk revitalisasi dan peningkatan kapasitas pelabuhan di Aceh. Pembangunan jalan tol Sigli-Banda Aceh dan rencana jalan tol di pantai timur (misalnya, Lhokseumawe-Langsa) juga memperkuat konektivitas darat ke pelabuhan, menciptakan rantai logistik yang lebih terintegrasi.

Keempat Mendorong Kerjasama Ekonomi Sub-Regional. Aceh merupakan anggota aktif dalam kerjasama sub-regional seperti Indonesia-Malaysia-Thailand Growth Triangle (IMT-GT) dan Kerjasama Ekonomi Selat Malaka (MES-Economic Cooperation). Posisi geografis Aceh yang berdekatan dengan Malaysia (Kedah, Perlis) dan Thailand (Selatan) menjadikannya pintu gerbang alami untuk kerjasama ekonomi segitiga ini.

Kerjasama ini memfasilitasi perdagangan perbatasan, investasi lintas negara, pengembangan pariwisata terpadu (misalnya, wisata halal), dan pembangunan infrastruktur penghubung seperti jalan dan konektivitas maritim. Perdagangan perbatasan melalui pos lintas batas (PLB) di Aceh, seperti PLB Lhokseumawe (dengan Malaysia) meskipun masih berkembang, menunjukkan potensi kerjasama langsung. Forum-forum IMT-GT secara konsisten memasukkan proyek-proyek infrastruktur dan ekonomi yang melibatkan Aceh, seperti peningkatan konektivitas dan promosi investasi bersama.

Kelima Peningkatan Profil Internasional dan Pariwisata. Keberadaan Aceh di jalur pelayaran internasional dan sejarahnya sebagai pusat perdagangan dan budaya Islam di Asia Tenggara meningkatkan visibilitas internasionalnya. Profil internasional tersebut, tentu akan menarik tidak hanya investor, tetapi juga wisatawan mancanegara.

Sektor pariwisata, terutama wisata bahari (diving, surfing di Pulau Weh), wisata sejarah (pesisir Samudera Hindia), dan wisata halal, mendapat manfaat langsung dari keterbukaan dan aksesibilitas yang ditawarkan oleh lokasi strategisnya. Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (Banda Aceh) menjadi penghubung udara penting.

Dinas Pariwisata Aceh mencatat tren kunjungan wisatawan mancanegara yang terus meningkat (meski sempat terpukul pandemi), dengan target untuk terus ditingkatkan. Wisatawan dari Eropa, Asia Timur, dan Timur Tengah merupakan pasar potensial yang diakses lebih mudah berkat posisi geografis Aceh.

Tantangan dan Pemanfaatan Optimal

Meski dampak positifnya jelas, optimalisasi potensi kawasan strategis tersebut menghadapi tantangan:

1. Infrastruktur Pendukung: yaitu kapasitas dan efisiensi pelabuhan, jaringan jalan pendukung, dan ketersediaan energi masih perlu ditingkatkan.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved