Perang Gaza

Al Jazeera Ucapkan Selamat Tinggal kepada 4 Jurnalis Terbaiknya yang Dibunuh Israel di Gaza

Di sana, mereka gugur sebagai martir. Serangan ini terjadi di tengah konsekuensi bencana dari serangan Israel yang terus berlanjut

Editor: Ansari Hasyim
shutterstock
al jazeera 

SERAMBINEWS.COM - Jaringan Media Al Jazeera mengutuk dengan sekeras-kerasnya pembunuhan yang disengaja terhadap korespondennya Anas Al Sharif dan Mohammed Qraiqea, bersama dengan fotografer Ibrahim Al Thaher, dan Mohamed Nofal, oleh pasukan pendudukan Israel dalam serangan terang-terangan dan terencana lainnya terhadap kebebasan pers.

Dalam pernyataan yang mengakui kejahatan mereka oleh pasukan pendudukan Israel, para jurnalis menjadi sasaran serangan terarah ke tenda tempat mereka bertugas di seberang Kompleks Medis Al-Shifa di Gaza

Di sana, mereka gugur sebagai martir. Serangan ini terjadi di tengah konsekuensi bencana dari serangan Israel yang terus berlanjut di Gaza, yang telah mengakibatkan pembantaian tanpa henti terhadap warga sipil, kelaparan paksa, dan penghancuran seluruh komunitas. 

Perintah untuk membunuh Anas Al Sharif, salah satu jurnalis Gaza yang paling berani, dan rekan-rekannya, merupakan upaya putus asa untuk membungkam suara-suara yang mengungkap rencana perebutan dan pendudukan Gaza.

Baca juga: Pembunuhan 5 Jurnalis Al Jazeera Terjadi sebelum Rencana Israel Merebut dan Duduki Kota Gaza

Saat Al Jazeera Media Network mengucapkan selamat tinggal kepada satu lagi kelompok jurnalis terbaiknya, yang dengan berani dan gigih mendokumentasikan penderitaan Gaza dan rakyatnya sejak awal perang, Al Jazeera menganggap pasukan pendudukan dan pemerintah Israel bertanggung jawab atas sengaja menargetkan dan membunuh para jurnalisnya. 

Hal ini menyusul hasutan dan seruan berulang kali dari berbagai pejabat dan juru bicara Israel untuk menargetkan jurnalis pemberani Anas Al Sharif dan rekan-rekannya.

Anas dan rekan-rekannya merupakan salah satu suara terakhir yang tersisa dari Gaza, memberikan liputan langsung tanpa filter kepada dunia tentang realitas mengerikan yang dialami rakyatnya. 

Sementara media internasional dilarang masuk, para jurnalis Al Jazeera tetap berada di Gaza yang terkepung, merasakan kelaparan dan penderitaan yang mereka dokumentasikan melalui lensa mereka. 

Baca juga: Analis: Israel Bunuh Jurnalis Al Jazeera untuk Cegah Liputan Operasi Militer Merebut Kota Gaza

Melalui liputan langsung yang berkelanjutan dan berani, mereka telah menyampaikan kisah-kisah saksi mata yang memilukan tentang kengerian yang dilepaskan selama 22 bulan pengeboman dan penghancuran tanpa henti.

Meskipun kehilangan sejumlah jurnalis akibat serangan yang disengaja dan bekerja di bawah ancaman terus-menerus, Anas Al Sharif, Mohammed Qraiqea, dan rekan-rekan mereka tetap bertahan di jalur itu untuk memastikan dunia melihat kebenaran mengerikan yang dialami penduduk Gaza.

Sambil mengutuk keras kejahatan keji ini dan upaya berkelanjutan otoritas Israel untuk membungkam kebenaran, Al Jazeera Media Network menyerukan kepada komunitas internasional dan semua organisasi terkait untuk mengambil langkah tegas guna menghentikan genosida yang sedang berlangsung ini dan mengakhiri penargetan yang disengaja terhadap jurnalis. 

Al Jazeera menekankan bahwa kekebalan bagi para pelaku dan kurangnya akuntabilitas justru memperkuat tindakan Israel dan mendorong penindasan lebih lanjut terhadap para saksi kebenaran.

Dibunuh Israel, Ini Sosok Anas al-Sharif & Mohammed Qreiqeh, PBB: Jurnalis Terakhir yang Tersisa di Gaza

Jurnalis terkemuka Al Jazeera di Gaza, Palestina Anas al-Sharif melaporkan pemboman Israel di Kota Gaza sebelum dia terbunuh dalam serangan tertarget Israel bersama empat rekannya pada Minggu malam.

Pria berusia 28 tahun itu adalah salah satu jurnalis paling terkemuka di Gaza dan terus melaporkan, meskipun ia tahu nyawanya dalam bahaya.

Halaman
12
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved